Iran Eksekusi Mati Pebisnis atas Kejahatan Ekonomi
A
A
A
TEHERAN - Otoritas Iran pada hari Sabtu (22/12/2018) mengeksekusi seorang pebisnis yang dihukum mati oleh pengadilan jalur cepat yang dibentuk untuk memerangi kejahatan ekonomi.
Hukuman mati terhadap pebisnis bernama Hamidreza Baqeri-Dermani dijatuhkan menyusul demo besar yang memprotes praktik korupsi. Demo itu menyebabkan puluhan orang dipenjara.
Pengadilan revolusioner Islam—yang keputusannya tidak dapat diajukan banding, kecuali dalam kasus hukuman mati—didirikan pada Agustus. Pengadilan dibentuk setelah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menyerukan tindakan cepat dan adil untuk menghadapi "perang ekonomi" yang diluncurkan oleh musuh-musuh asing setelah Amerika Serikat menerapkan kembali sanksi terhadap Teheran.
"Hamidreza Baqeri-Dermani telah dihukum karena menyebarkan korupsi di bumi, sebuah pelanggaran mendasar di bawah hukum Islam Iran, untuk berbagai pelanggaran termasuk penyuapan dan penipuan," bunyi siaran televisi pemerintah Iran yang dikutip Reuters.
Hukuman matinya dikuatkan oleh Mahkamah Agung bulan ini.
Iran sebelumnya mengeksekusi mati dua pedagang atas tuduhan kejahatan ekonomi pada bulan November. Eksekusi itu dijalankankan dalam upaya untuk membendung kesalahan keuangan dalam menghadapi krisis ekonomi dan sanksi AS.
AS memberlakukan kembali sanksinya terhadap Iran yang sempat dicabut. Sanksi diberlakukan setelah Presiden Donald Trump menarik Washington dari perjanjian nuklir internasional 2015 antara Iran dan enam kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China).
Pengadilan khusus Iran tersebut telah memenjarakan puluhan pengusaha dan pedagang hingga 20 tahun.
Jatuhnya nilai mata uang Iran awal awal tahun ini telah mengganggu perdagangan luar negeri negara tersebut dan memicu inflasi tahunan hingga empat kali lipat menjadi hampir 40 persen pada November.
Anjloknya nilai mata uang Iran telah memicu protes jalanan sporadis sejak akhir tahun lalu.
Para ekonom Iran menyatakan kampanye melawan kejahatan ekonomi, dikombinasikan dengan perintah dari Ayatollah Khamenei bulan ini untuk memperkuat negara itu, telah membuat banyak pedagang lebih waspada dengan penawaran mata uang.
Hukuman mati terhadap pebisnis bernama Hamidreza Baqeri-Dermani dijatuhkan menyusul demo besar yang memprotes praktik korupsi. Demo itu menyebabkan puluhan orang dipenjara.
Pengadilan revolusioner Islam—yang keputusannya tidak dapat diajukan banding, kecuali dalam kasus hukuman mati—didirikan pada Agustus. Pengadilan dibentuk setelah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menyerukan tindakan cepat dan adil untuk menghadapi "perang ekonomi" yang diluncurkan oleh musuh-musuh asing setelah Amerika Serikat menerapkan kembali sanksi terhadap Teheran.
"Hamidreza Baqeri-Dermani telah dihukum karena menyebarkan korupsi di bumi, sebuah pelanggaran mendasar di bawah hukum Islam Iran, untuk berbagai pelanggaran termasuk penyuapan dan penipuan," bunyi siaran televisi pemerintah Iran yang dikutip Reuters.
Hukuman matinya dikuatkan oleh Mahkamah Agung bulan ini.
Iran sebelumnya mengeksekusi mati dua pedagang atas tuduhan kejahatan ekonomi pada bulan November. Eksekusi itu dijalankankan dalam upaya untuk membendung kesalahan keuangan dalam menghadapi krisis ekonomi dan sanksi AS.
AS memberlakukan kembali sanksinya terhadap Iran yang sempat dicabut. Sanksi diberlakukan setelah Presiden Donald Trump menarik Washington dari perjanjian nuklir internasional 2015 antara Iran dan enam kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China).
Pengadilan khusus Iran tersebut telah memenjarakan puluhan pengusaha dan pedagang hingga 20 tahun.
Jatuhnya nilai mata uang Iran awal awal tahun ini telah mengganggu perdagangan luar negeri negara tersebut dan memicu inflasi tahunan hingga empat kali lipat menjadi hampir 40 persen pada November.
Anjloknya nilai mata uang Iran telah memicu protes jalanan sporadis sejak akhir tahun lalu.
Para ekonom Iran menyatakan kampanye melawan kejahatan ekonomi, dikombinasikan dengan perintah dari Ayatollah Khamenei bulan ini untuk memperkuat negara itu, telah membuat banyak pedagang lebih waspada dengan penawaran mata uang.
(mas)