Diduga Terlibat di Konflik Sudan Selatan, AS Sanksi Jenderal Israel
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) dilaporkan menjatuhkan sanksi kepada seorang pensiunan jenderal Angkatan Darat Israel. Pria yang diketahui bernama Israel Ziv itu disanksi atas dugaan keterlibatanya dalam konflik di Sudan Selatan.
Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi kepada Ziv dan tiga perusahaan yang dia kontrol. AS juga menuduhnya menggunakan konsultan pertanian sebagai penutup untuk penjualan senjata senilai USD 150 juta kepada pemerintah Sudan Selatan dan sisi lain dia juga menjual senjata kepada kelompok oposisi.
"Dia (Ziv) juga dilaporkan merencanakan untuk mengatur serangan oleh tentara bayaran di ladang minyak dan infrastruktur Sudan Selatan, dalam upaya untuk menciptakan masalah yang hanya dapat diselesaikan oleh perusahaan dan afiliasinya," kata Departemen Keuangan AS.
Melansir Arab News pada Senin (17/12), Ziv membantah tudingan AS tersebut. Dia mengatakan tidak pernah memperdagangkan senjata dan menyebut tuduhan terhadapnya menggelikan, tidak berdasar dan sepenuhnya tidak sesuai dengan kenyataan.
“Kami memiliki proyek pertanian yang luar biasa di sana. banyak komunitas yang bergantung padanya. Puluhan ribu orang dipekerjakan melalui proyek ini dan memberi makan pasar Sudan Selatan. Jadi siapa pun yang mengklaim proyek ini adalah penutup harus datang melihatnya," ucap Ziv.
"Ini bukan pertama kalinya pemerintah (AS) telah menggunakan sanksi untuk menegakkan kebijakan luar negerinya. Saya mudah didekati. Saya ingin percaya pada kesopanan administrasi dan mereka dipersilakan datang, untuk memeriksa, untuk menyelidikinya. Kami akan membuka semuanya untuk mereka," sambungnya.
Konflik di Sudan Selatan meletus pada tahun 2013, yang diawali keputusan Presiden Sudan Selatan, Salva Kiir Mayardit memecat Riek Machar sebagai wakilnya. Konflik bermuatan etnis kemudian menyebar, menutup ladang minyak dan memaksa jutaan orang melarikan diri.
Setidaknya 383 ribu orang Sudan Selatan telah meninggal akibat perang, baik itu tewas dalam pertempuran, atau disebabkan oleh kelaparan, penyakit atau faktor lainnya.
Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi kepada Ziv dan tiga perusahaan yang dia kontrol. AS juga menuduhnya menggunakan konsultan pertanian sebagai penutup untuk penjualan senjata senilai USD 150 juta kepada pemerintah Sudan Selatan dan sisi lain dia juga menjual senjata kepada kelompok oposisi.
"Dia (Ziv) juga dilaporkan merencanakan untuk mengatur serangan oleh tentara bayaran di ladang minyak dan infrastruktur Sudan Selatan, dalam upaya untuk menciptakan masalah yang hanya dapat diselesaikan oleh perusahaan dan afiliasinya," kata Departemen Keuangan AS.
Melansir Arab News pada Senin (17/12), Ziv membantah tudingan AS tersebut. Dia mengatakan tidak pernah memperdagangkan senjata dan menyebut tuduhan terhadapnya menggelikan, tidak berdasar dan sepenuhnya tidak sesuai dengan kenyataan.
“Kami memiliki proyek pertanian yang luar biasa di sana. banyak komunitas yang bergantung padanya. Puluhan ribu orang dipekerjakan melalui proyek ini dan memberi makan pasar Sudan Selatan. Jadi siapa pun yang mengklaim proyek ini adalah penutup harus datang melihatnya," ucap Ziv.
"Ini bukan pertama kalinya pemerintah (AS) telah menggunakan sanksi untuk menegakkan kebijakan luar negerinya. Saya mudah didekati. Saya ingin percaya pada kesopanan administrasi dan mereka dipersilakan datang, untuk memeriksa, untuk menyelidikinya. Kami akan membuka semuanya untuk mereka," sambungnya.
Konflik di Sudan Selatan meletus pada tahun 2013, yang diawali keputusan Presiden Sudan Selatan, Salva Kiir Mayardit memecat Riek Machar sebagai wakilnya. Konflik bermuatan etnis kemudian menyebar, menutup ladang minyak dan memaksa jutaan orang melarikan diri.
Setidaknya 383 ribu orang Sudan Selatan telah meninggal akibat perang, baik itu tewas dalam pertempuran, atau disebabkan oleh kelaparan, penyakit atau faktor lainnya.
(esn)