Backpacker Inggris Dibunuh di Auckland, PM Selandia Baru Minta Maaf
A
A
A
WELLINGTON - Perdana Menteri (PM) Jacinda Ardern, pada Senin (10/12/2018), menahan air mata saat meminta maaf kepada keluarga seorang backpacker Inggris yang tewas dibunuh di Selandia Baru. Seorang pria lokal telah ditangkap atas tuduhan membunuh turis perempuan berusia 22 tahun tersebut.
Pembunuhan itu mengejutkan publik Selandia Baru, mengingat kejahatan serius relatif jarang terjadi di negara tersebut.
Grace Millane, yang berkeliling dunia setelah menyelesaikan studi universitas-nya, hilang di Auckland, kota terbesar di Selandia Baru, pada 1 Desember 2018.
Polisi setempat menemukan jasad Millane pada hari Minggu di semak-semak hanya beberapa meter dari kawasan jalan yang indah di Waitakere Ranges, Auckland. Tubuh korban belum diidentifikasi secara resmi, tetapi polisi percaya itu tubuh Millane.
"Atas nama Selandia Baru, saya ingin meminta maaf kepada keluarga Grace," kata PM Ardern dalam konferensi pers mingguan di parlemen, yang dikutip Reuters.
"Ada rasa luka dan malu yang luar biasa di kalangan warga Selandia Baru bahwa ini terjadi di negara kami," ujarnya.
"Putri Anda seharusnya aman di sini dan dia tidak..., dan saya minta maaf untuk itu," kata Ardern.
Seorang pria 26 tahun telah dihadirkan di pengadilan Auckland pada hari ini atas tuduhan membunuh Grace Millane. Dia telah diinterogasi polisi setelah diduga bersama dengan Millane di beberapa tempat.
Pria itu meminta agar namanya tidak dipublikasikan. Namun, hakim Evangelos Thomas menolak permintaannya.
Pengacara pria tersebut, Ian Brookie, mengajukan banding terhadap keputusan hakim dan pria itu tidak dapat diidentifikasi sampai keputusan tentang banding itu dibuat.
Pria itu ditahan sampai dimunculkan lagi di pengadilan pada bulan Januari mendatang.
Hakim Thomas juga berbicara kepada anggota keluarga Millane, yang melakukan perjalanan dari Inggris ke Selandia Baru dan menghadiri sidang pengadilan hari Senin.
"Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan pada Anda saat ini, tetapi kesedihan Anda pasti putus asa," kata Thomas, yang dilansir RNZ. "Kami semua berharap keadilan akan hadir secara adil dan cepat dan akhirnya memberi Anda kedamaian."
Kasus ini telah memicu perdebatan publik di Twitter tentang apakah Selandia Baru masih aman atau tidak bagi backpacker perempuan. Publik juga mempertanyakan apakah pembunuhan itu akan membuat perempuan enggan bepergian sendirian atau tidak.
Pembunuhan itu mengejutkan publik Selandia Baru, mengingat kejahatan serius relatif jarang terjadi di negara tersebut.
Grace Millane, yang berkeliling dunia setelah menyelesaikan studi universitas-nya, hilang di Auckland, kota terbesar di Selandia Baru, pada 1 Desember 2018.
Polisi setempat menemukan jasad Millane pada hari Minggu di semak-semak hanya beberapa meter dari kawasan jalan yang indah di Waitakere Ranges, Auckland. Tubuh korban belum diidentifikasi secara resmi, tetapi polisi percaya itu tubuh Millane.
"Atas nama Selandia Baru, saya ingin meminta maaf kepada keluarga Grace," kata PM Ardern dalam konferensi pers mingguan di parlemen, yang dikutip Reuters.
"Ada rasa luka dan malu yang luar biasa di kalangan warga Selandia Baru bahwa ini terjadi di negara kami," ujarnya.
"Putri Anda seharusnya aman di sini dan dia tidak..., dan saya minta maaf untuk itu," kata Ardern.
Seorang pria 26 tahun telah dihadirkan di pengadilan Auckland pada hari ini atas tuduhan membunuh Grace Millane. Dia telah diinterogasi polisi setelah diduga bersama dengan Millane di beberapa tempat.
Pria itu meminta agar namanya tidak dipublikasikan. Namun, hakim Evangelos Thomas menolak permintaannya.
Pengacara pria tersebut, Ian Brookie, mengajukan banding terhadap keputusan hakim dan pria itu tidak dapat diidentifikasi sampai keputusan tentang banding itu dibuat.
Pria itu ditahan sampai dimunculkan lagi di pengadilan pada bulan Januari mendatang.
Hakim Thomas juga berbicara kepada anggota keluarga Millane, yang melakukan perjalanan dari Inggris ke Selandia Baru dan menghadiri sidang pengadilan hari Senin.
"Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan pada Anda saat ini, tetapi kesedihan Anda pasti putus asa," kata Thomas, yang dilansir RNZ. "Kami semua berharap keadilan akan hadir secara adil dan cepat dan akhirnya memberi Anda kedamaian."
Kasus ini telah memicu perdebatan publik di Twitter tentang apakah Selandia Baru masih aman atau tidak bagi backpacker perempuan. Publik juga mempertanyakan apakah pembunuhan itu akan membuat perempuan enggan bepergian sendirian atau tidak.
(mas)