Jatuh Cinta pada Tentara IDF, Aktivis Boikot Jadi Pendukung Israel
A
A
A
TEL AVIV - Seorang aktivis gerakan Boycott Divestment and Sanctions (BDS) asal Amerika Serikat (AS) berubah menjadi pendukung Israel setelah dia jatuh cinta pada tentara perempuan Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Padahal, gerakan itu selama ini pro-Palestina dengan memboikot rezim Zionis dan produk-produknya.
Aktivis bernama Jess Belding tidak mampu "memboikot" perasaannya terhadap tentara perempuan IDF bernama Ronnie Zidon. Pasangan itu kini tinggal di Israel dan berharap bisa segera menikah.
Kisah cinta mereka dimulai setelah Belding, seorang mahasiswa Amerika di Yale University, mulai berkorespondensi dengan Zidon.
Sekadar diketahui, BDF adalah kampanye global untuk mengakhiri pendudukan Israel atas tanah Palestina melalui boikot barang dan jasa Israel, divestasi dana dan sanksi.
Meskipun memiliki pandangan politik yang sangat berbeda, kedua wanita muda ini terikat atas kekaguman mereka terhadap band pop One Direction.
Ketika perang di Gaza pecah antara Hamas dan Israel pada tahun 2014, Zidon mengirim foto ke Belding yang menunjukkan ibunya meringkuk di tempat perlindungan bom. Menurut Belding, sejak itu dia mulai mempertanyakan dukungannya untuk BDS.
Dia mengatakan kepada Ynet yang dikutip Senin (3/12/2018), bahwa dia mulai merasakan "rasa sakit dari pihak Israel", dan akhirnya membalikkan opini anti-Israel menjadi seorang Zionisme.
Dua tahun kemudian Belding pindah ke Israel dan mengadopsi nama Ibrani "Maayan", serta jadi penganut Yudaisme. Pasangan itu berencana menikah pada musim panas mendatang.
Sejak dimulai tahun 2005 di Palestina, gerakan BDS telah menyebar ke seluruh dunia. Gerekan itu mendapatkan dukungan tidak hanya dari masyarakat, tetapi juga kalangan bisnis dan beberapa pemerintah.
Setelah mendorong beberapa perusahaan seperti Airbnb dan HP hengkang dari program pemukiman Yahudi, gerakan BDS dianggap sebagai ancaman eksistensial oleh otoritas Israel.
Para pemimpin kelompok BDS yang berasal dari Prancis, Italia, Chili, dan negara-negara lain telah dilarang masuk ke Israel. Namun para aktivis mengatakan bahwa mereka tidak akan menyerah pada ancaman apa pun sampai penarikan pasukan Israel dari wilayah Palestina yang diduduki.
Gerakan itu juga menyuarakan kesetaraan penuh untuk warga Arab-Palestina di Israel dan memberikan hak atas kembalinya para pengungsi Palestina.
Kekerasan antara Israel dan Palestina telah meningkat tahun ini, dengan lebih dari 170 orang Palestina tewas oleh tembakan IDF dalam protes perbatasan Gaza-Israel. Protes mingguan itu sampai kini belum diakhiri.
Aktivis bernama Jess Belding tidak mampu "memboikot" perasaannya terhadap tentara perempuan IDF bernama Ronnie Zidon. Pasangan itu kini tinggal di Israel dan berharap bisa segera menikah.
Kisah cinta mereka dimulai setelah Belding, seorang mahasiswa Amerika di Yale University, mulai berkorespondensi dengan Zidon.
Sekadar diketahui, BDF adalah kampanye global untuk mengakhiri pendudukan Israel atas tanah Palestina melalui boikot barang dan jasa Israel, divestasi dana dan sanksi.
Meskipun memiliki pandangan politik yang sangat berbeda, kedua wanita muda ini terikat atas kekaguman mereka terhadap band pop One Direction.
Ketika perang di Gaza pecah antara Hamas dan Israel pada tahun 2014, Zidon mengirim foto ke Belding yang menunjukkan ibunya meringkuk di tempat perlindungan bom. Menurut Belding, sejak itu dia mulai mempertanyakan dukungannya untuk BDS.
Dia mengatakan kepada Ynet yang dikutip Senin (3/12/2018), bahwa dia mulai merasakan "rasa sakit dari pihak Israel", dan akhirnya membalikkan opini anti-Israel menjadi seorang Zionisme.
Dua tahun kemudian Belding pindah ke Israel dan mengadopsi nama Ibrani "Maayan", serta jadi penganut Yudaisme. Pasangan itu berencana menikah pada musim panas mendatang.
Sejak dimulai tahun 2005 di Palestina, gerakan BDS telah menyebar ke seluruh dunia. Gerekan itu mendapatkan dukungan tidak hanya dari masyarakat, tetapi juga kalangan bisnis dan beberapa pemerintah.
Setelah mendorong beberapa perusahaan seperti Airbnb dan HP hengkang dari program pemukiman Yahudi, gerakan BDS dianggap sebagai ancaman eksistensial oleh otoritas Israel.
Para pemimpin kelompok BDS yang berasal dari Prancis, Italia, Chili, dan negara-negara lain telah dilarang masuk ke Israel. Namun para aktivis mengatakan bahwa mereka tidak akan menyerah pada ancaman apa pun sampai penarikan pasukan Israel dari wilayah Palestina yang diduduki.
Gerakan itu juga menyuarakan kesetaraan penuh untuk warga Arab-Palestina di Israel dan memberikan hak atas kembalinya para pengungsi Palestina.
Kekerasan antara Israel dan Palestina telah meningkat tahun ini, dengan lebih dari 170 orang Palestina tewas oleh tembakan IDF dalam protes perbatasan Gaza-Israel. Protes mingguan itu sampai kini belum diakhiri.
(mas)