AL dan AU Inggris Cekcok Soal F-35
A
A
A
LONDON - Inggris tengah dalam proses memperoleh 48 jet F-35B Amerika Serikat (AS) untuk Angkatan Laut (AL) mereka. Namun, muncul permasalahan di mana Angkatan Udara (AU) mereka ingin mengembangkan armadanya sendiri.
Inggris baru saja memperkenalkan kapal induk fungsional HMS Queen Elizabeth kepada Angkatan Lautnya pada bulan Desember 2017 dan HMS Prince of Wales pada 2020. Mereka pun berencana memperkuat keberadaan kapal induk itu dengan 48 jet F-35 Lightning II yang dapat beroperasi dari kapal laut.
Akan tetap, Angkatan Udara Inggris mendorong London untuk membeli jet supersonik F-35A Lockheed Martin, yang tidak mampu lepas landas dari kapal induk.
Hal itu diungkapkan oleh dua sumber yang dekat dengan AL Inggris. Sumber-sumber itu mengatakan bahwa setiap pemotongan dari pesanan untuk pesawat F-35B generasi berikutnya, yang akan dapat lepas landas dan mendarat di HMS Queen Elizabeth dan HMS Prince of Wales, akan menjadi kesalahan besar, karena mendistribusikan pesawat-pesawat itu ke kapal induk senilai 3 miliar poundsterling akan membuat kapal induk itu ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang agar bisa mengangkutnya.
"Ini akan benar-benar melemahkan seluruh program operator," kata salah satu sumber kepada Sky News yang dikutip Sputnik, Sabtu (1/12/2018).
"Tidak ada alasan operasional apa pun bagi Angkatan Udara untuk memiliki varian (dari F-35). Jika tidak bisa terbang dari kapal induk, seharusnya tidak dibeli,” imbuh sumber tadi.
Sumber tersebut menguraikan bahwa para pejabat AL Inggris marah atas keinginan AU untuk menempatkan agenda kepentingan diri sendiri di atas apa yang terbaik bagi bangsa. AL Inggris menyebutnya sebagai aib yang seharusnya tidak diperbolehkan terjadi.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan kepada Sky News bahwa kebijakannya untuk memboyong 48 jet F-35 tetap tidak berubah. Lebih dari sepertiga pesawat tempur itu telah dikirimkan, dan sisanya diharapkan akan dikirimkan dan beroperasi pada tahun 2025. Secara keseluruhan, Inggris berencana untuk membeli total 138 pesawat Lockheed Martin, tanpa menyebutkan variannya, selama masa program pakai yang dipimpin AS, Sky News melaporkan.
Pejabat AU Inggris menepis semua klaim tersebut, menyebut desas-desus itu sebagai "kurang informasi".
Namun, sumber mengatakan kepada Sky News bahwa keputusan akhir pada kelompok terakhir 13 jet dari 48 jet pertama tidak secara resmi harus dilakukan hingga akhir tahun depan. Ia menambahkan bahwa keputusan untuk beralih ke varian pesawat tempur F-35A akan membuat AS marah, yang telah membantu Inggris membangun kembali kemampuannya untuk meluncurkan kapal perang tersebut setelah angkatan bersenjata Inggris dipaksa untuk menunda operasi kapal induk pada tahun 2010 guna menghemat keuangan.
"Apa yang tidak dipahami orang adalah potensi kerusakan yang akan terjadi pada hubungan AS-Inggris," kata salah satu sumber.
Ia menambahkan bahwa AS menanggap AL Inggris sebagai satu-satunya pasukan angkatan laut yang bisa mengoperasikan kapal induk, tapi kapal induk harus bisa beroperasi dengan pesawat tempur.
“Jika Inggris datang ke teater operasional tanpa pesawat tempur, itu akan benar-benar merusak kemampuan militer mereka. Untuk AS ini adalah masalah yang sangat besar. Jika AU pergi untuk varian dengan mengorbankan kapal induk, yang secara efektif apa yang mereka katakan, ini akan dianggap oleh AS sebagai pengkhianatan besar,” kata sumber itu, dikutip oleh Sky News.
Para perwira senior di AU diketahui sangat tertarik untuk mencampur F-35 yang mampu mendarat di kapal induk dan berbasis di darat terlepas dari varian apa yang akan dibeli. Mereka mencatat model F-35A, yang biayanya kurang dari 90 juta Poundsterling, dapat terbang lebih jauh dan membawa lebih banyak senjata. Namun para ahli senior dari jurnal Analisis Pertahan Inggris mencatat bahwa dalam keadaan saat ini, Inggris tidak dapat membeli dua armada F-35 yang berbeda.
Sumber-sumber juga menggarisbawahi bahwa pejabat AU Inggris ingin membeli F-35 berbasis darat di antara varian apa pun akhirnya dibeli karena mereka tidak ingin memiliki masa depan mereka terkait dengan pesawat beroperasi dari laut.
Inggris baru saja memperkenalkan kapal induk fungsional HMS Queen Elizabeth kepada Angkatan Lautnya pada bulan Desember 2017 dan HMS Prince of Wales pada 2020. Mereka pun berencana memperkuat keberadaan kapal induk itu dengan 48 jet F-35 Lightning II yang dapat beroperasi dari kapal laut.
Akan tetap, Angkatan Udara Inggris mendorong London untuk membeli jet supersonik F-35A Lockheed Martin, yang tidak mampu lepas landas dari kapal induk.
Hal itu diungkapkan oleh dua sumber yang dekat dengan AL Inggris. Sumber-sumber itu mengatakan bahwa setiap pemotongan dari pesanan untuk pesawat F-35B generasi berikutnya, yang akan dapat lepas landas dan mendarat di HMS Queen Elizabeth dan HMS Prince of Wales, akan menjadi kesalahan besar, karena mendistribusikan pesawat-pesawat itu ke kapal induk senilai 3 miliar poundsterling akan membuat kapal induk itu ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang agar bisa mengangkutnya.
"Ini akan benar-benar melemahkan seluruh program operator," kata salah satu sumber kepada Sky News yang dikutip Sputnik, Sabtu (1/12/2018).
"Tidak ada alasan operasional apa pun bagi Angkatan Udara untuk memiliki varian (dari F-35). Jika tidak bisa terbang dari kapal induk, seharusnya tidak dibeli,” imbuh sumber tadi.
Sumber tersebut menguraikan bahwa para pejabat AL Inggris marah atas keinginan AU untuk menempatkan agenda kepentingan diri sendiri di atas apa yang terbaik bagi bangsa. AL Inggris menyebutnya sebagai aib yang seharusnya tidak diperbolehkan terjadi.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan kepada Sky News bahwa kebijakannya untuk memboyong 48 jet F-35 tetap tidak berubah. Lebih dari sepertiga pesawat tempur itu telah dikirimkan, dan sisanya diharapkan akan dikirimkan dan beroperasi pada tahun 2025. Secara keseluruhan, Inggris berencana untuk membeli total 138 pesawat Lockheed Martin, tanpa menyebutkan variannya, selama masa program pakai yang dipimpin AS, Sky News melaporkan.
Pejabat AU Inggris menepis semua klaim tersebut, menyebut desas-desus itu sebagai "kurang informasi".
Namun, sumber mengatakan kepada Sky News bahwa keputusan akhir pada kelompok terakhir 13 jet dari 48 jet pertama tidak secara resmi harus dilakukan hingga akhir tahun depan. Ia menambahkan bahwa keputusan untuk beralih ke varian pesawat tempur F-35A akan membuat AS marah, yang telah membantu Inggris membangun kembali kemampuannya untuk meluncurkan kapal perang tersebut setelah angkatan bersenjata Inggris dipaksa untuk menunda operasi kapal induk pada tahun 2010 guna menghemat keuangan.
"Apa yang tidak dipahami orang adalah potensi kerusakan yang akan terjadi pada hubungan AS-Inggris," kata salah satu sumber.
Ia menambahkan bahwa AS menanggap AL Inggris sebagai satu-satunya pasukan angkatan laut yang bisa mengoperasikan kapal induk, tapi kapal induk harus bisa beroperasi dengan pesawat tempur.
“Jika Inggris datang ke teater operasional tanpa pesawat tempur, itu akan benar-benar merusak kemampuan militer mereka. Untuk AS ini adalah masalah yang sangat besar. Jika AU pergi untuk varian dengan mengorbankan kapal induk, yang secara efektif apa yang mereka katakan, ini akan dianggap oleh AS sebagai pengkhianatan besar,” kata sumber itu, dikutip oleh Sky News.
Para perwira senior di AU diketahui sangat tertarik untuk mencampur F-35 yang mampu mendarat di kapal induk dan berbasis di darat terlepas dari varian apa yang akan dibeli. Mereka mencatat model F-35A, yang biayanya kurang dari 90 juta Poundsterling, dapat terbang lebih jauh dan membawa lebih banyak senjata. Namun para ahli senior dari jurnal Analisis Pertahan Inggris mencatat bahwa dalam keadaan saat ini, Inggris tidak dapat membeli dua armada F-35 yang berbeda.
Sumber-sumber juga menggarisbawahi bahwa pejabat AU Inggris ingin membeli F-35 berbasis darat di antara varian apa pun akhirnya dibeli karena mereka tidak ingin memiliki masa depan mereka terkait dengan pesawat beroperasi dari laut.
(ian)