Diduga Mata-mata Korut, Pegawai Senat Prancis Diciduk
A
A
A
PARIS - Badan intelijen Prancis menangkap seorang pegawai sipil senior karena diduga menjadi mata-mata bagi Korea Utara (Korut). Hal itu diungkapkan oleh sumber peradilan di Paris.
Presiden Asosiasi Persahabatan Prancis-Korea yang memiliki buku tertulis tentang negara yang terisolasi itu, Benoit Quennedey, dijebloskan ke tahanan pada hari Minggu.
"Jaksa penuntut Paris sedang menyelidikinya atas pengumpulan dan penyampaian informasi kepada kekuatan asing yang cenderung merusak kepentingan fundamental bangsa," kata seorang sumber peradilan seperti dikutip dari France24, Selasa (27/11/2018).
Sumber itu mengatakan penyelidik dari dinas intelijen domestik Prancis, DGSI, sedang mencari tahu apakah Quennedey memberikan informasi ke Pyongyang.
Acara televisi harian Quotidien melaporkan bahwa kantor Quennedey telah digeledah. Penyelidikan kasus itu sendiri telah dimulai pada bulan Maret.
Menurut situs Senat Prancis, Quennedey adalah administrator senior di majelis tinggi parlemen Prancis di departemen arsitektur, warisan dan kebun.
Menurut situs web penerbitnya, Delga, ia telah sering menulis artikel tentang Korut dan sering bepergian ke seluruh semenanjung.
Asosiasi Persahabatan Prancis-Korea mendorong hubungan lebih dekat dengan Korut dan mendukung reunifikasi Korea yang terbagi.
Korut di bawah Kim Jong-un berada di bawah sanksi ekonomi yang ketat yang bertujuan memaksa rezim untuk meninggalkan program rudal nuklirnya.
Ikatan dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat telah meningkat secara nyata sejak Jong-un dan Presiden AS Donald Trump mengadakan pertemuan bersejarah di Singapura pada Juni lalu. Namun AS masih mendorong untuk mempertahankan sanksi sampai "denuklirisasi akhir" yang sepenuhnya diverifikasi oleh Pyongyang.
Dalam wawancara yang diposting di YouTube pada bulan Agustus, Quennedey menyambut mencairnya ketegangan di Semenanjung Korea.
Presiden Asosiasi Persahabatan Prancis-Korea yang memiliki buku tertulis tentang negara yang terisolasi itu, Benoit Quennedey, dijebloskan ke tahanan pada hari Minggu.
"Jaksa penuntut Paris sedang menyelidikinya atas pengumpulan dan penyampaian informasi kepada kekuatan asing yang cenderung merusak kepentingan fundamental bangsa," kata seorang sumber peradilan seperti dikutip dari France24, Selasa (27/11/2018).
Sumber itu mengatakan penyelidik dari dinas intelijen domestik Prancis, DGSI, sedang mencari tahu apakah Quennedey memberikan informasi ke Pyongyang.
Acara televisi harian Quotidien melaporkan bahwa kantor Quennedey telah digeledah. Penyelidikan kasus itu sendiri telah dimulai pada bulan Maret.
Menurut situs Senat Prancis, Quennedey adalah administrator senior di majelis tinggi parlemen Prancis di departemen arsitektur, warisan dan kebun.
Menurut situs web penerbitnya, Delga, ia telah sering menulis artikel tentang Korut dan sering bepergian ke seluruh semenanjung.
Asosiasi Persahabatan Prancis-Korea mendorong hubungan lebih dekat dengan Korut dan mendukung reunifikasi Korea yang terbagi.
Korut di bawah Kim Jong-un berada di bawah sanksi ekonomi yang ketat yang bertujuan memaksa rezim untuk meninggalkan program rudal nuklirnya.
Ikatan dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat telah meningkat secara nyata sejak Jong-un dan Presiden AS Donald Trump mengadakan pertemuan bersejarah di Singapura pada Juni lalu. Namun AS masih mendorong untuk mempertahankan sanksi sampai "denuklirisasi akhir" yang sepenuhnya diverifikasi oleh Pyongyang.
Dalam wawancara yang diposting di YouTube pada bulan Agustus, Quennedey menyambut mencairnya ketegangan di Semenanjung Korea.
(ian)