Bomber AS Dilarang Terbang di Atas Semenanjung Korea
A
A
A
WASHINGTON - Pesawat pembom Amerika Serikat (AS) tidak lagi melakukan penerbangan di Korea Selatan (Korsel) setelah Seoul meminta misi semacam itiu dihentikan. Hal itu diungkapkan oleh Jenderal Charles Brown, yang mengepalai Pasukan Udara Pasifik AS.
Brown mengatakan bahwa penghentian itu membantu menciptakan ruang bagi upaya diplomatik yang sedang berlangsung untuk mengatasi kegiatan nuklir Korea Utara (Korut).
"Saat kita akan melalui aspek diplomatik, kita tidak ingin benar-benar melakukan sesuatu yang akan menggagalkan negosiasi diplomatik," ujar Brown.
“Jadi itu bagian dari alasan mengapa kami tidak melakukan (penerbangan) ke Korea,” imbuhnya seperti dikutip dari Japan Times, Selasa (27/11/2018).
Sebagai bagian dari apa yang disebut Misi Pengoperasian Bomber Berkepanjangan, Angkatan Udara AS telah menyimpan pesawat pembom jenis B-1B, B-52 dan B-2 di wilayah AS di Guam sejak 2004.
Pesawat-pesawat ini secara rutin melakukan penerbangan di seluruh wilayah, sering dengan mitra termasuk Jepang, Korsel dan Australia, sebagai cara pelatihan dan mengerahkan kehadiran militer yang kuat terhadap Korut dan musuh potensial lainnya.
Brown mengatakan meski tidak terbang di atas semenanjung Korea, jumlah keseluruhan penerbangan pembom tidak berubah.
AS dan Korsel telah menurunkan atau membatalkan beberapa latihan militer bersama sejak pertemuan bersejarah antara Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump di Singapura pada bulan Juni.
Pada pertemuan tersebut, Trump mengumumkan AS akan berhenti mengadakan latihan gabungan dengan Korsel, menyebut biaya mereka mahal dan "sangat provokatif."
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis pekan lalu mengatakan AS dan Korsel mengurangi ruang lingkup "Foal Eagle," latihan bersama yang dijadwalkan untuk dihelat pada musim semi 2019.
Foal Eagle adalah yang terbesar dari latihan gabungan reguler yang diadakan oleh dua negara sekutu itu. Latihan ini selalu membuat marah Pyongyang, yang mengutuknya sebagai persiapan untuk invasi.
Brown mengatakan bahwa penghentian itu membantu menciptakan ruang bagi upaya diplomatik yang sedang berlangsung untuk mengatasi kegiatan nuklir Korea Utara (Korut).
"Saat kita akan melalui aspek diplomatik, kita tidak ingin benar-benar melakukan sesuatu yang akan menggagalkan negosiasi diplomatik," ujar Brown.
“Jadi itu bagian dari alasan mengapa kami tidak melakukan (penerbangan) ke Korea,” imbuhnya seperti dikutip dari Japan Times, Selasa (27/11/2018).
Sebagai bagian dari apa yang disebut Misi Pengoperasian Bomber Berkepanjangan, Angkatan Udara AS telah menyimpan pesawat pembom jenis B-1B, B-52 dan B-2 di wilayah AS di Guam sejak 2004.
Pesawat-pesawat ini secara rutin melakukan penerbangan di seluruh wilayah, sering dengan mitra termasuk Jepang, Korsel dan Australia, sebagai cara pelatihan dan mengerahkan kehadiran militer yang kuat terhadap Korut dan musuh potensial lainnya.
Brown mengatakan meski tidak terbang di atas semenanjung Korea, jumlah keseluruhan penerbangan pembom tidak berubah.
AS dan Korsel telah menurunkan atau membatalkan beberapa latihan militer bersama sejak pertemuan bersejarah antara Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump di Singapura pada bulan Juni.
Pada pertemuan tersebut, Trump mengumumkan AS akan berhenti mengadakan latihan gabungan dengan Korsel, menyebut biaya mereka mahal dan "sangat provokatif."
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis pekan lalu mengatakan AS dan Korsel mengurangi ruang lingkup "Foal Eagle," latihan bersama yang dijadwalkan untuk dihelat pada musim semi 2019.
Foal Eagle adalah yang terbesar dari latihan gabungan reguler yang diadakan oleh dua negara sekutu itu. Latihan ini selalu membuat marah Pyongyang, yang mengutuknya sebagai persiapan untuk invasi.
(ian)