Pejabat Myanmar Kunjungi Kamp Rohingya di Bangladesh

Kamis, 01 November 2018 - 10:40 WIB
Pejabat Myanmar Kunjungi...
Pejabat Myanmar Kunjungi Kamp Rohingya di Bangladesh
A A A
DHAKA - Para pejabat Myanmar mengunjungi kamp pengungsi Muslim Rohingya di Bangladesh kemarin untuk mendorong proses repatriasi.

Lebih dari 700.000 pengungsi Rohingya mengungsi ke Bangladesh dari Rakhine, Myanmar, untuk menghindari kekerasan yang terjadi. Para pejabat Myanmar menyatakan repatriasi pengungsi akan dimulai bulan depan, tapi badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) menganggap kondisi di Rakhine belum kondusif untuk repatriasi.

“UNHCR telah menyelesaikan fase kedua penilaian di Rakhine, tapi aksesnya masih dibatasi,” kata juru bicara UNHCR Andrej Mahecic di Jenewa, kemarin, dikutip kantor berita Reuters .

Rohingya dan muslim lain di tiga wilayah mengalami kerentanan ekonomi akibat pembatasan gerak serta sentimen yang terasa adalah ketakutan dan ketidakpercayaan Rohingya pada Pemerintah Myanmar.

“Sekitar 60 pemimpin masya rakat Rohingya bertemu delegasi Myanmar di kamp Kutupalong, Bangladesh,” kata sumber dua pria Rohingya yang hadir dalam pertemuan itu dikutip kantor berita Reuters. Myanmar menyatakan telah siap menerima kembali pengungsi sejak Januari dan telah membangun kamp dekat perbatasan untuk menerima mereka.

Sekretaris tetap Kementerian Luar Negeri Myanmar Myint Thu yang sekaligus ketua delegasi Myanmar menyatakan, pihaknya telah memverifikasi sekitar 5.000 nama pengungsi dan repatriasi akan dimulai dengan gelombang pertama sebanyak 2.000 Rohingya pada pertengahan November.

“Kita di sini untuk bertemu orang dari kamp-kamp sehingga saya dapat menjelaskan bahwa kita telah menyiapkan untuk mereka kembali dan kemudian saya dapat mendengar suara mereka,” kata Myint Thu.

“Bangladesh menyerahkan daftar tambahan lebih dari 22.000 pengungsi Rohingya untuk diverifikasi Myanmar,” ungkap Komisioner Pemulihan dan Repatriasi Bangladesh Abul Kalam. Para pemimpin Rohingya menjelaskan setelah pertemuan dengan delegasi Myanmar bahwa mereka tidak yakin dengan rencana repatriasi.

“Mereka katakan, kami tidak harus tinggal di kamp lama, tapi saat kami tanya berapa hari, mereka tidak menjawab,” ujar Mohib Ullah, perwakilan pengungsi Rohingya di Bangladesh.

Mohib Ullah menyatakan, para pemimpin Rohingya ingin Myanmar mengakui mereka sebagai kelompok etnik dengan hak menjadi warga negara Myanmar sebelum mereka kembali. Myanmar masih tidak menganggap Rohingya sebagai kelompok etnik asli negara itu.

Banyak warga Myanmar menyebut Rohingya dengan panggilan “Bengalis” atau termasuk warga Bangladesh. Selebaran yang diberikan pada para pengungsi oleh pejabat Myanmar mendorong pengungsi menerima kartu identitas baru sebagai langkah pertama diakui kewarganegaraannya. Banyak Rohingya menolak kartu itu karena membuat mereka merasa seperti warga asing.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7603 seconds (0.1#10.140)