Amerika Serikat Keluar dari Perjanjian Nuklir

Senin, 22 Oktober 2018 - 11:42 WIB
Amerika Serikat Keluar dari Perjanjian Nuklir
Amerika Serikat Keluar dari Perjanjian Nuklir
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan Washington akan keluar dari traktat era Perang Dingin yang mewajibkan AS dan Rusia menghancurkan senjata nuklir kelas menengah.

Moskow menegaskan akan membalas tindakan sepihak Washington tersebut. Traktat Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) yang ditandatangani Presiden Ronald Reagan dan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev pada 1987. Dengan traktat itu, kedua negara harus menghancurkan senjata nuklir jarak pendek dan menengah serta misil konvensional.

”Rusia tidak (menghancurkan senjata nuklir), untuk kita menghentikan kesepakatan tersebut dan kita akan keluar dari kesepakatan tersebut,” ujar Trump saat berkampanye di Nevada, Amerika Serikat, Sabtu (20/10) waktu setempat.

”Rusia telah melakukan pelanggaran selama bertahuntahun,” katanya. Presiden Trump menegaskan AS tidak akan mengizinkan Rusia memiliki senjata nuklir, sedangkan Washington tidak diizinkan.

”Saya tidak tahu kenapa Presiden (Barack) Obama tidak melakukan negosiasi atau menarik diri (dari INF),” tuturnya. Pada 2014, Presiden Obama menuding Rusia melanggar INF setelah Moskow melakukan uji coba peluncuran misil. Dia dilaporkan tidak keluar dari INF karena ditekan para pemimpin Eropa.

Mereka takut jika AS keluar dari traktat INF, maka perlombaan senjata akan kembali dimulai. Penasihat keamanan nasional Trump, John Bolton, akan berkunjung ke Moskow pekan depan. Dia akan mengonfirmasi AS keluar dari INF saat berunding dengan para pejabat Rusia.

Menteri Pertahanan Inggris Gavin Williamson dalam pernyataannya yang dilaporkan Financial Times mengatakan London tetap mendukung langkah Washington. ”Kremlin memang telah melakukan pelanggaran,” katanya.

Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov kemarin menegaskan tindakan sepihak AS itu sangat berbahaya. ”Itu bisa memicu pembalasan secara teknik teknologi militer,” ujarnya dilansir Reuters.

Dia memaparkan, INF merupakan traktat yang memiliki signifikan bagi keamanan internasional dan keamanan senjata nuklir. Menurut Ryabkov, jika AS menarik diri dari INF, Rusia tidak memiliki pilihan lain, tetapi akan membalas. ”Tapi, kita tidak akan melakukan hal yang terlalu jauh,” katanya.

Dia juga menyebut penarikan dari INF sebagai langkah berbahaya. Apalagi INF tetap dianggap sebagai langkah untuk menjaga stabilitas paling strategis. ”Pemerintahan Trump menggunakan traktat itu sebagai upaya menjelekkan Kremlin dan menempatkan keamanan dunia dalam risiko,” ujar Ryabkov.

”Kita tentu tidak akan menerima ultimatum dan metode penjelekan,” ujarnya. Otoritas AS percaya Moskow mengembangkan dan menempatkan sistem peluncur darat yang disebut dengan Novator 9M729 sebagai bentuk pelanggaran traktat INF. Sistem senjata nuklir yang dikembangkan Rusia itu menjadikan mereka meluncurkannya dalam hitungan cepat.

Namun, Rusia secara konsisten membantah pelanggaran itu. ”AS akan mengembangkan senjata, kecuali Rusia dan China sepakat menghentikan pengembangan senjata nuklir,” ujar Trump.

China memang bukan pihak yang ikut dalam perjanjikan INF, tapi Beijing berinvestasi dalam jumlah besar untuk mengembangkan senjata nuklir. The New York Timesmelaporkan AS mempertimbangkan keluar dari traktat untuk melawan ekspansi militer China di Pasifik barat. INF sendiri melarang pengembangan misil jarak jauh dan menengah antara 500 hingga 5.500 km.

Kesepakatan itu ditandatangani pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden AS Ronald Reagan pada 1987. Hampir 2.700 misil dihancurkan pada 1991. Kedua negara diizinkan menginspeksi instalasi nuklir.

Presiden George W Bush menarik diri dari Traktat Misil Anti-Balistik yang melarang penggunaan misil balistik berkekuatan nuklir pada 2002. Tapi, pada 2007, Presiden Rusia Vladimir Putin mendeklarasikan INF tidak akan melayani kepentingan Rusia.

AS terakhir keluar dari Traktat Misil Anti-Balistik pada 2002 saat Presiden George W Bush. Traktat itu, sebenarnya bertujuan melarang penggunaan misil balistik berkekuatan nuklir.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3703 seconds (0.1#10.140)