AS Bakal 'Khianati' Perjanjian Senjata Nuklir, Gorbachev Kecam Trump
A
A
A
MOSKOW - Mantan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev mengecam langkah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan secara sepihak menarik Washington keluar dari perjanjian senjata nuklir dengan Rusia. Dia menyebut Trump berpikiran sempit dan mengambil langkah salah.
Perjanjian bernama Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) Treaty ini diteken Gorbachev dengan Presiden AS saat itu Ronald Reagan. Setelah Soviet runtuh dan berganti menjadi Rusia perjanjian INF terus dipertahankan untuk mencegah perlombaan senjata yang mengarah pada perang nuklir.
"Sangat tidak dapat diterima untuk melanggar perjanjian lama tentang perlucutan senjata," kata Gorbachev kepada Interfax mengacu pada perjanjian INF.
"Tidak dapat begitu sulit untuk memahami bahwa membuang perjanjian semacam itu adalah berpikiran sempit, seperti yang mereka katakan," ujar Gorbachev yang dilansir Senin (22/10/2018).
"Langkah Trump adalah kesalahan yang akan melemahkan semua upaya, yang dibuat oleh para pemimpin Uni Soviet dan AS sendiri untuk mencapai perlucutan senjata nuklir," imbuh dia.
Evaluasi serupa atas rencana "pengkhianatan" Trump terhadap perjanjian INF disampaikan Kepala Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Rusia , Konstantin Kosachev. Menurutnya, langkah AS itu akan membuka jalan untuk menimbulkan kekacauan dalam hal senjata nuklir.
"Sekarang sekutu Barat AS menghadapi pilihan; baik memulai di jalan yang sama, mungkin mengarah ke perang baru, atau memihak akal sehat, setidaknya demi naluri pelestarian diri mereka," katanya.
Jerman, sekutu AS, menyatakan keprihatinan atas konsekuensi "mengkhianati" perjanjian INF.
"Perjanjian itu selama 30 tahun menjadi pilar penting arsitektur keamanan Eropa kami," kata Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu.
Berlin telah berulang kali berbicara kepada Moskow tentang tuduhan serius soal dugaan Rusia melanggar perjanjian INF. Tapi Maas kini berbalik mengecam Washington. "Jerman mendesak AS untuk mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi," ujarnya.
Alasan Trump untuk menarikan AS keluar dari perjanjian senjata nuklir dengan Rusia karena Moskow belum menghormati kesepakatan puluhan tahun. Namun, Rusia membantah klaim itu dan menuntut bukti nyata dari AS.
Perjanjian bernama Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) Treaty ini diteken Gorbachev dengan Presiden AS saat itu Ronald Reagan. Setelah Soviet runtuh dan berganti menjadi Rusia perjanjian INF terus dipertahankan untuk mencegah perlombaan senjata yang mengarah pada perang nuklir.
"Sangat tidak dapat diterima untuk melanggar perjanjian lama tentang perlucutan senjata," kata Gorbachev kepada Interfax mengacu pada perjanjian INF.
"Tidak dapat begitu sulit untuk memahami bahwa membuang perjanjian semacam itu adalah berpikiran sempit, seperti yang mereka katakan," ujar Gorbachev yang dilansir Senin (22/10/2018).
"Langkah Trump adalah kesalahan yang akan melemahkan semua upaya, yang dibuat oleh para pemimpin Uni Soviet dan AS sendiri untuk mencapai perlucutan senjata nuklir," imbuh dia.
Evaluasi serupa atas rencana "pengkhianatan" Trump terhadap perjanjian INF disampaikan Kepala Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Rusia , Konstantin Kosachev. Menurutnya, langkah AS itu akan membuka jalan untuk menimbulkan kekacauan dalam hal senjata nuklir.
"Sekarang sekutu Barat AS menghadapi pilihan; baik memulai di jalan yang sama, mungkin mengarah ke perang baru, atau memihak akal sehat, setidaknya demi naluri pelestarian diri mereka," katanya.
Jerman, sekutu AS, menyatakan keprihatinan atas konsekuensi "mengkhianati" perjanjian INF.
"Perjanjian itu selama 30 tahun menjadi pilar penting arsitektur keamanan Eropa kami," kata Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu.
Berlin telah berulang kali berbicara kepada Moskow tentang tuduhan serius soal dugaan Rusia melanggar perjanjian INF. Tapi Maas kini berbalik mengecam Washington. "Jerman mendesak AS untuk mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi," ujarnya.
Alasan Trump untuk menarikan AS keluar dari perjanjian senjata nuklir dengan Rusia karena Moskow belum menghormati kesepakatan puluhan tahun. Namun, Rusia membantah klaim itu dan menuntut bukti nyata dari AS.
(mas)