Korea Selatan: Korut Memiliki 60 Bom Nuklir
A
A
A
SEOUL - Pemerintah Korea Selatan atau Republik Korea percaya bahwa Korea Utara (Korut) memiliki 60 bom nuklir. Namun, Seoul menolak untuk menerima predikat Pyongyang sebagai negara nuklir.
Menteri Unifikasi Korea Selatan Cho Myoung-gyon kepada parlemen mengatakan estmiasi jumlah senjata nuklir negara yang terisolasi itu antara 20 hingga 60 buah.
Ini pertama kalinya seorang pejabat senior Seoul secara terbuka berbicara tentang jumlah senjata rahasia Korut.
Menurut Cho, informasi itu berasal dari otoritas intelijen.
Namun, dia mengatakan ini tidak berarti Korea Selatan akan menerima Korea Utara sebagai negara nuklir. Menurutnya, upaya diplomatik Seoul untuk menghentikan program nuklir Korea Utara akan terus berlanjut.
Menurut laporan pemerintah Korea Selatan, Korea Utara diyakini telah memproduksi 50kg (110lbs) senjata plutonium, cukup untuk pembuatan setidaknya delapan bom nuklir.
Agen mata-mata utama Korea Selatan, National Intelligence Service, tidak berkomentar atas laporan tersebut.
Saat pembicaraan denuklirisasi antara Amerika Serikat dan Korea Utara terus macet, Pyongyang telah memperingatkan Washington bahwa negara itu tidak dapat menggunakan deklarasi untuk mengakhiri Perang Korea sebagai sebuah chip tawar-menawar.
Sebaliknya, Pyongyang menginginkan pencabutan sanksi sehingga pembicaraan dapat dilanjutkan.
Kedua Korea secara teknis masih berperang karena meskipun gencatan senjata ditandatangani pada tahun 1953, tidak ada perjanjian damai yang pernah disepakati.
Pada bulan April, pemimpin kedua Korea bertemu di zona demiliterisasi di mana kedua pihak sepakat untuk menandatangani perjanjian pada akhir tahun nanti.
Kantor berita pemerintah Pyongyang melaporkan bahwa pemerintah Kim Jong-un telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk mengakhiri permusuhan dengan Seoul.
Dalam sebuah editorialnya, media pemerintah itu mengatakan deklarasi yang menggantikan gencatan senjata 65 tahun untuk secara resmi mengakhiri perang "bukan hanya hadiah dari seorang laki-laki ke yang lain".
"Itu tidak pernah bisa menjadi tawar-menawar untuk membuat DPRK denuklirisasi," tulis surat kabar pemerintah Korut, seperti dikutip Sky News, Selasa (2/10/2018) malam.
Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo diperkirakan akan melakukan perjalanan ke Korea Utara segera dalam upaya untuk menghidupkan kembali perundingan guna mengatur panggung untuk pertemuan kedua antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un.
Menteri Unifikasi Korea Selatan Cho Myoung-gyon kepada parlemen mengatakan estmiasi jumlah senjata nuklir negara yang terisolasi itu antara 20 hingga 60 buah.
Ini pertama kalinya seorang pejabat senior Seoul secara terbuka berbicara tentang jumlah senjata rahasia Korut.
Menurut Cho, informasi itu berasal dari otoritas intelijen.
Namun, dia mengatakan ini tidak berarti Korea Selatan akan menerima Korea Utara sebagai negara nuklir. Menurutnya, upaya diplomatik Seoul untuk menghentikan program nuklir Korea Utara akan terus berlanjut.
Menurut laporan pemerintah Korea Selatan, Korea Utara diyakini telah memproduksi 50kg (110lbs) senjata plutonium, cukup untuk pembuatan setidaknya delapan bom nuklir.
Agen mata-mata utama Korea Selatan, National Intelligence Service, tidak berkomentar atas laporan tersebut.
Saat pembicaraan denuklirisasi antara Amerika Serikat dan Korea Utara terus macet, Pyongyang telah memperingatkan Washington bahwa negara itu tidak dapat menggunakan deklarasi untuk mengakhiri Perang Korea sebagai sebuah chip tawar-menawar.
Sebaliknya, Pyongyang menginginkan pencabutan sanksi sehingga pembicaraan dapat dilanjutkan.
Kedua Korea secara teknis masih berperang karena meskipun gencatan senjata ditandatangani pada tahun 1953, tidak ada perjanjian damai yang pernah disepakati.
Pada bulan April, pemimpin kedua Korea bertemu di zona demiliterisasi di mana kedua pihak sepakat untuk menandatangani perjanjian pada akhir tahun nanti.
Kantor berita pemerintah Pyongyang melaporkan bahwa pemerintah Kim Jong-un telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk mengakhiri permusuhan dengan Seoul.
Dalam sebuah editorialnya, media pemerintah itu mengatakan deklarasi yang menggantikan gencatan senjata 65 tahun untuk secara resmi mengakhiri perang "bukan hanya hadiah dari seorang laki-laki ke yang lain".
"Itu tidak pernah bisa menjadi tawar-menawar untuk membuat DPRK denuklirisasi," tulis surat kabar pemerintah Korut, seperti dikutip Sky News, Selasa (2/10/2018) malam.
Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo diperkirakan akan melakukan perjalanan ke Korea Utara segera dalam upaya untuk menghidupkan kembali perundingan guna mengatur panggung untuk pertemuan kedua antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un.
(mas)