Ghana Melepas Mendiang Mantan Sekjen PBB Kofi Annan

Jum'at, 14 September 2018 - 10:00 WIB
Ghana Melepas Mendiang...
Ghana Melepas Mendiang Mantan Sekjen PBB Kofi Annan
A A A
ACCRA - Ghana menggelar upacara pelepasan untuk mendiang mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kofi Annan kemarin.

Upacara pemakaman itu dihadiri para pemimpin Afrika dan negarawan internasional yang memuji sepak terjang Annan untuk kemanusiaan dan perdamaian dunia. Annan merupakan warga negara Ghana dan peraih Nobel Perdamaian yang meninggal dunia di rumah sakit Swiss bulan lalu pada usia 80 tahun.

Jenazahnya diterbangkan ke Accra pada Senin (10/9) untuk pemakaman di tempat kelahirannya. Di negara itu dia dianggap sebagai pahlawan nasional. Sebanyak 6.000 peziarah memenuhi aula tempat upacara pemakaman.

Peti jenazahnya dibungkus bendera nasional Ghana dan diletakkan di lokasi yang dapat dilihat oleh publik. Sekjen PBB Antonio Guterres turut hadir dalam upacara pemakaman itu, bersama para mantan Presiden Ghana, pemimpin Pantai Gading, Liberia, Namibi, dan Niger, serta Putra Mahkota Norwegia.

Dalam pidatonya, Guterres memuji Annan yang menjabat tujuh periode sebagai Sekjen PBB antara 1997 dan 2006. Annan dianggap sebagai pemimpin dunia yang luar biasa dengan keyakinan mendalam atas peran PBB sebagai kekuatan untuk kebaikan.

“Saat kita menghadapi terjangan angin masalah dan turbulensi, kita selalu diinspirasi oleh warisan Kofi Annan,” ujar Guterres, dikutip kantor berita Reuters. Guterres menambahkan, “Dunia kita lebih membutuhkan itu sekarang dibandingkan sebelumnya.”

Upacara itu ditayangkan di sejumlah layar lebar yang dipasang di luar auditorium agar warga yang tak dapat masuk ke dalam gedung tetap dapat menyaksikan prosesi acara. Banyak warga di ibu kota memakai baju hitam sebagai tanda penghormatan dan berkabung.

Pada Rabu (12/9), keluarga Annan dan pejabat Ghana juga menggelar ritual tradisional. Annan yang memiliki silsilah keturunan Ashanti Ghana itu diberi gelar kerajaan sebagai Raja Ashanti pada 2002. Para tetua menyatakan ritual itu termasuk memberinya baju dan air, yang diperlukan untuk membersihkan jalan untuk perjalanan damai kerajaan mereka.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1244 seconds (0.1#10.140)