50.000 Warga Myanmar Mengungsi Akibat Bendungan Jebol
A
A
A
YANGON - Lebih dari 50.000 warga Myanmar mengungsi setelah bendungan jebol dan menyebabkan banjir bandang yang menerjang perdesaan dan perkotaan.
Sejumlah jalan raya utama yang menghubungkan Kota Yangon, Mandalay, dan ibu kota Naypyitaw juga terputus akibat tergenang air. Departemen Pemadam Kebakaran Myanmar mengirimkan tim khusus ke bendungan irigasi Swar setelah jebol pada pukul 05.30 waktu lokal.
Banyak orang di wilayah sekitar meninggalkan rumah mereka karena khawatir ketinggian air akan meningkat, sekalipun daerah mereka tidak terdampak banjir bendungan jebol. Seorang sumber dari Kementerian Bantuan dan Transmigrasi mengatakan keseluruhan pengungsi mencapai 54.000 orang.
Mereka berasal dari berbagai wilayah, baik dari wilayah terdampak ataupun wilayah sekitar. Sejauh ini hanya ada tiga wilayah tergenang air banjir, yakni Kota Swar dan dua desa. ”Spillway (pintu saluran air) bendungan rusak, jebol, dan membanjiri dua desa,” ungkap Departemen Pemadam Kebakaran Myanmar dikutip Reuters.
”Lebih dari 5.400 warga diungsikan ke biara dan area aman lainnya di kota praja Yedashe,” kata Chan Nyein Thu dari Departemen Penanggulangan Bencana. Aung Hla Min dari pemerintahan daerah lokal mengatakan lebih dari 1.500 warga mengungsi ke Kota Thagaya.
Sementara itu, sekitar 1.500 orang lainnya berasal dari empat desa berbeda di dekat bendungan menginap di biara umat Buddha. Hal itu diungkapkan petugas pemadam kebakaran Yedashe Kaung Myat Thiha.
Foto peristiwa yang menyebar di Facebook menampilkan upaya evakuasi yang dilakukan Angkatan Bersenjata Myanmar. Mereka menggunakan kayak dan perahu bambu sambil menggendong anak-anak dan mendampingi orang lanjut usia. Warga lokal Mya Min mengatakan arus air mulai berhenti pada siang hari.
”Sisa air tinggal sepertiga dari jumlah air yang ada di bendungan,” kata Min. Juru Bicara (Jubir) Pemerintah Myanmar, Zaw Htay, mengatakan sampai sore kemarin tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
”Kami saat ini berupaya merelokasi dan menggunakan jalan alternatif untuk melintasi area terdampak,” katanya. Berdasarkan keterangan Kementerian Pertanian dan Irigasi, bendungan yang mampu menampung hingga 70 juta galon itu dibangun pada 2004 untuk mengairi lebih dari 20.000 hektare ladang pertanian.
Pemerintah Myanmar menggalakkan pembangunan bendungan untuk menambah jumlah pembangkit listrik tenaga air (PLTA) demi memenuhi kebutuhan listrik di negara itu.
Sejumlah jalan raya utama yang menghubungkan Kota Yangon, Mandalay, dan ibu kota Naypyitaw juga terputus akibat tergenang air. Departemen Pemadam Kebakaran Myanmar mengirimkan tim khusus ke bendungan irigasi Swar setelah jebol pada pukul 05.30 waktu lokal.
Banyak orang di wilayah sekitar meninggalkan rumah mereka karena khawatir ketinggian air akan meningkat, sekalipun daerah mereka tidak terdampak banjir bendungan jebol. Seorang sumber dari Kementerian Bantuan dan Transmigrasi mengatakan keseluruhan pengungsi mencapai 54.000 orang.
Mereka berasal dari berbagai wilayah, baik dari wilayah terdampak ataupun wilayah sekitar. Sejauh ini hanya ada tiga wilayah tergenang air banjir, yakni Kota Swar dan dua desa. ”Spillway (pintu saluran air) bendungan rusak, jebol, dan membanjiri dua desa,” ungkap Departemen Pemadam Kebakaran Myanmar dikutip Reuters.
”Lebih dari 5.400 warga diungsikan ke biara dan area aman lainnya di kota praja Yedashe,” kata Chan Nyein Thu dari Departemen Penanggulangan Bencana. Aung Hla Min dari pemerintahan daerah lokal mengatakan lebih dari 1.500 warga mengungsi ke Kota Thagaya.
Sementara itu, sekitar 1.500 orang lainnya berasal dari empat desa berbeda di dekat bendungan menginap di biara umat Buddha. Hal itu diungkapkan petugas pemadam kebakaran Yedashe Kaung Myat Thiha.
Foto peristiwa yang menyebar di Facebook menampilkan upaya evakuasi yang dilakukan Angkatan Bersenjata Myanmar. Mereka menggunakan kayak dan perahu bambu sambil menggendong anak-anak dan mendampingi orang lanjut usia. Warga lokal Mya Min mengatakan arus air mulai berhenti pada siang hari.
”Sisa air tinggal sepertiga dari jumlah air yang ada di bendungan,” kata Min. Juru Bicara (Jubir) Pemerintah Myanmar, Zaw Htay, mengatakan sampai sore kemarin tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
”Kami saat ini berupaya merelokasi dan menggunakan jalan alternatif untuk melintasi area terdampak,” katanya. Berdasarkan keterangan Kementerian Pertanian dan Irigasi, bendungan yang mampu menampung hingga 70 juta galon itu dibangun pada 2004 untuk mengairi lebih dari 20.000 hektare ladang pertanian.
Pemerintah Myanmar menggalakkan pembangunan bendungan untuk menambah jumlah pembangkit listrik tenaga air (PLTA) demi memenuhi kebutuhan listrik di negara itu.
(don)