Iran: AS Tengah Lancarkan Perang Psikologis
A
A
A
TEHERAN - Amerika Serikat (AS) sedang melancarkan perang psikologis terhadap Iran dan mitra bisnisnya. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif.
"Fokus (Amerika) adalah pada perang psikologis terhadap Iran dan mitra bisnisnya," kata Zarif seperti dikutip dari Reuters, Minggu (26/8/2018).
Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan negara-negara dunia pada bulan Mei dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran. Pihak lain yang menyetujui kesepakatan nuklir 2015 berusaha mencari cara untuk menyelamatkan perjanjian tersebut.
Menurut Zarif keputusan Trump untuk mundur dari perjanjian itu telah melukai Amerika Serikat.
"Sejak saat Trump mengumumkan penarikan dari kesepakatan nuklir, Amerika belum dapat mencapai tujuannya," ucap Zarif.
Washington keluar dari perjanjian nuklir bertujuan untuk memaksa Teheran mengakhiri program nuklirnya dan dukungannya terhadap kelompok militan di Suriah dan Irak.
Zarif juga mengungkapkan bahwa kesepakatan nuklir telah menyebabkan konflik politik di Iran.
"Ada beberapa di negara yang, bukannya meletakkan dasar untuk menggunakan peluang yang disajikan oleh kesepakatan nuklir, memilih pertarungan politik," kata Zarif.
"Dan pertarungan politik ini menyebabkan keputusasaan dan kekecewaan," imbuhnya.
Para kritikus garis keras dari kesepakatan itu mengecam Presiden Iran Hassan Rouhani setelah penarikan Amerika. Mereka mengklaim perjanjian itu adalah bentuk kapitulasi.
"Fokus (Amerika) adalah pada perang psikologis terhadap Iran dan mitra bisnisnya," kata Zarif seperti dikutip dari Reuters, Minggu (26/8/2018).
Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan negara-negara dunia pada bulan Mei dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran. Pihak lain yang menyetujui kesepakatan nuklir 2015 berusaha mencari cara untuk menyelamatkan perjanjian tersebut.
Menurut Zarif keputusan Trump untuk mundur dari perjanjian itu telah melukai Amerika Serikat.
"Sejak saat Trump mengumumkan penarikan dari kesepakatan nuklir, Amerika belum dapat mencapai tujuannya," ucap Zarif.
Washington keluar dari perjanjian nuklir bertujuan untuk memaksa Teheran mengakhiri program nuklirnya dan dukungannya terhadap kelompok militan di Suriah dan Irak.
Zarif juga mengungkapkan bahwa kesepakatan nuklir telah menyebabkan konflik politik di Iran.
"Ada beberapa di negara yang, bukannya meletakkan dasar untuk menggunakan peluang yang disajikan oleh kesepakatan nuklir, memilih pertarungan politik," kata Zarif.
"Dan pertarungan politik ini menyebabkan keputusasaan dan kekecewaan," imbuhnya.
Para kritikus garis keras dari kesepakatan itu mengecam Presiden Iran Hassan Rouhani setelah penarikan Amerika. Mereka mengklaim perjanjian itu adalah bentuk kapitulasi.
(ian)