Menlu Iran: Upaya AS Gulingkan Rezim Teheran Akan Gagal
A
A
A
TEHERAN - Pembentukan Kelompok Aksi Iran di Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) bertujuan untuk menggulingkan Republik Islam Iran. Namun hal itu akan berujung pada kegagalan.
Hal itu dikatakan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif pada ulang tahun ke 65 dari kudeta yang didukung AS menggulingkan perdana menteri Iran yang dipilih secara demokratis Mohammed Mossadegh.
Membandingkan sanksi baru AS terhadap Teheran yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump dengan kudeta tahun 1953 yang menggulingkan Perdana Menteri Iran, Mohammed Mossadegh, Zarif mengatakan Teheran tidak akan membiarkan sejarah terulang.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Kamis menunjuk penasihat kebijakan senior Brian Hook sebagai perwakilan khusus untuk Iran yang bertanggung jawab atas Kelompok Aksi Iran. Kelompok ini dibentuk untuk mengoordinasikan kampanye tekanan Trump terhadap Iran menyusul penarikan Washington dari kesepakatan nuklir internasional dengan Teheran.Baca Juga: Jalankan Kebijakan Anti Teheran, AS Bentuk Kelompok Aksi Iran
“65 tahun yang lalu hari ini, AS menggulingkan pemerintahan demokratis Dr. Mossadegh, memulihkan kediktatoran dan menundukkan Iran selama 25 tahun ke depan. Sekarang sebuah "Kelompok Aksi" bermimpi melakukan hal yang sama melalui tekanan, misinformasi & hasutan. Tidak akan lagi," cuit Zarif seperti dikutip dari Reuters, Senin (20/8/2018).
AS dan Inggris mengatur penggulingan Mossadegh setelah ia bertindak untuk menasionalisasi industri minyak Iran, memulihkan kekuasaan Shah Mohammed Reza Pahlavi. Syah yang didukung Barat kemudian digulingkan dalam Revolusi Islam 1979 di Iran.
Ketua Parlemen Iran Ali Larijani mengatakan kudeta itu adalah pelajaran sejarah terbaik yang tidak bisa dipercaya oleh orang Amerika.
"Berani-beraninya Anda berbicara tentang kebebasan bangsa Iran dengan catatan gelap Anda dari kudeta 19 Agustus, dan penunjukan rezim totaliter boneka," kata Larijani seperti dikutip oleh kantor berita negara IRNA, mengacu pada pemerintahan Shah.
"Amerika memberlakukan sanksi tetapi mereka mengklaim mereka mendukung kebebasan, hak asasi manusia, dan keamanan global dan regional," tukas Larijani.
Kudeta Anglo-Amerika 1953 tetap merupakan luka terbuka dalam hubungan Iran dengan Barat. Pada Maret 2000, Menteri Luar Negeri Madeleine Albright menjadi pejabat senior Amerika pertama yang mengakui peran Amerika dalam kudeta, menyebutnya kemunduran bagi perkembangan politik Iran.
Washington dan Teheran tidak memiliki hubungan diplomatik sejak jatuhnya rezim Syah. Dasawarsa permusuhan mereda dengan kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan AS di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama dan lima kekuatan dunia lainnya. Namun ketegangan tinggi berlanjut setelah Trump menarik Washington keluar dari kesepakatan, menyebutnya cacat dan menguntungkan Iran.
Hal itu dikatakan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif pada ulang tahun ke 65 dari kudeta yang didukung AS menggulingkan perdana menteri Iran yang dipilih secara demokratis Mohammed Mossadegh.
Membandingkan sanksi baru AS terhadap Teheran yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump dengan kudeta tahun 1953 yang menggulingkan Perdana Menteri Iran, Mohammed Mossadegh, Zarif mengatakan Teheran tidak akan membiarkan sejarah terulang.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Kamis menunjuk penasihat kebijakan senior Brian Hook sebagai perwakilan khusus untuk Iran yang bertanggung jawab atas Kelompok Aksi Iran. Kelompok ini dibentuk untuk mengoordinasikan kampanye tekanan Trump terhadap Iran menyusul penarikan Washington dari kesepakatan nuklir internasional dengan Teheran.Baca Juga: Jalankan Kebijakan Anti Teheran, AS Bentuk Kelompok Aksi Iran
“65 tahun yang lalu hari ini, AS menggulingkan pemerintahan demokratis Dr. Mossadegh, memulihkan kediktatoran dan menundukkan Iran selama 25 tahun ke depan. Sekarang sebuah "Kelompok Aksi" bermimpi melakukan hal yang sama melalui tekanan, misinformasi & hasutan. Tidak akan lagi," cuit Zarif seperti dikutip dari Reuters, Senin (20/8/2018).
AS dan Inggris mengatur penggulingan Mossadegh setelah ia bertindak untuk menasionalisasi industri minyak Iran, memulihkan kekuasaan Shah Mohammed Reza Pahlavi. Syah yang didukung Barat kemudian digulingkan dalam Revolusi Islam 1979 di Iran.
Ketua Parlemen Iran Ali Larijani mengatakan kudeta itu adalah pelajaran sejarah terbaik yang tidak bisa dipercaya oleh orang Amerika.
"Berani-beraninya Anda berbicara tentang kebebasan bangsa Iran dengan catatan gelap Anda dari kudeta 19 Agustus, dan penunjukan rezim totaliter boneka," kata Larijani seperti dikutip oleh kantor berita negara IRNA, mengacu pada pemerintahan Shah.
"Amerika memberlakukan sanksi tetapi mereka mengklaim mereka mendukung kebebasan, hak asasi manusia, dan keamanan global dan regional," tukas Larijani.
Kudeta Anglo-Amerika 1953 tetap merupakan luka terbuka dalam hubungan Iran dengan Barat. Pada Maret 2000, Menteri Luar Negeri Madeleine Albright menjadi pejabat senior Amerika pertama yang mengakui peran Amerika dalam kudeta, menyebutnya kemunduran bagi perkembangan politik Iran.
Washington dan Teheran tidak memiliki hubungan diplomatik sejak jatuhnya rezim Syah. Dasawarsa permusuhan mereda dengan kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan AS di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama dan lima kekuatan dunia lainnya. Namun ketegangan tinggi berlanjut setelah Trump menarik Washington keluar dari kesepakatan, menyebutnya cacat dan menguntungkan Iran.
(ian)