Hantam Bus Sekolah, Sekjen PBB Kutuk Serangan Udara Saudi Cs
A
A
A
NEW YORK - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio Guterres, mengutuk serangan udara oleh pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi yang menghantam bus sekolah. Serangan yang menewaskan puluhan anak-anak itu terjadi di sebuah pasar yang sibuk di provinsi utara Saada.
Sementara jumlah korban pasti tetap harus dikonfirmasi, laporan berita awal mengindikasikan bahwa jumlah korban bisa di atas 60, dengan lusinan anak terluka parah. Sebagian besar korban adalan anak-anak berusia antara 10 dan 13 tahun.
Dalam pernyataannya, Sekjen PBB menyerukan semua pihak untuk menghormati kewajiban mereka di bawah hukum humaniter internasional, khususnya aturan dasar perbedaan, proporsionalitas dan tindakan pencegahan dalam serangan. Ia juga menekankan bahwa semua pihak harus konsisten untuk menyelamatkan warga dan bangunan sipil dalam pelaksanaan operasi militer.
Guterres pun menyerukan penyelidikan independen dan cepat atas insiden ini dan menyampaikan ucapan belasungkawa terdalam kepada keluarga korban seperti dikutip dari Xinhua, Jumat (10/8/2018).
Konflik Yaman berakar pada pemberontakan yang terjadi pada tahun 2011. Tetapi pertempuran meningkat pada Maret 2015, ketika koalisi internasional yang dipimpin oleh Arab Saudi campur tangan secara militer atas permintaan presiden Yaman.
Sementara jumlah korban pasti tetap harus dikonfirmasi, laporan berita awal mengindikasikan bahwa jumlah korban bisa di atas 60, dengan lusinan anak terluka parah. Sebagian besar korban adalan anak-anak berusia antara 10 dan 13 tahun.
Dalam pernyataannya, Sekjen PBB menyerukan semua pihak untuk menghormati kewajiban mereka di bawah hukum humaniter internasional, khususnya aturan dasar perbedaan, proporsionalitas dan tindakan pencegahan dalam serangan. Ia juga menekankan bahwa semua pihak harus konsisten untuk menyelamatkan warga dan bangunan sipil dalam pelaksanaan operasi militer.
Guterres pun menyerukan penyelidikan independen dan cepat atas insiden ini dan menyampaikan ucapan belasungkawa terdalam kepada keluarga korban seperti dikutip dari Xinhua, Jumat (10/8/2018).
Konflik Yaman berakar pada pemberontakan yang terjadi pada tahun 2011. Tetapi pertempuran meningkat pada Maret 2015, ketika koalisi internasional yang dipimpin oleh Arab Saudi campur tangan secara militer atas permintaan presiden Yaman.
(ian)