Iran: Tidak Ada Lagi yang Mempercayai Amerika
A
A
A
TEHERAN - Teheran mengaku sulit untuk membayangkan pembicaraan baru dengan Amerika Serikat (AS) setelah kehilangan kepercayaan dari dunia dengan pengambilan keputusan yang tidak menentu. Hal itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif.
"Bayangkan negosiasi sekarang - bagaimana kita bisa mempercayai mereka?" kata Zarif mengatakan kepada wartawan pada penyiar negara IRINN.
"Amerika telah ber-zig-zag terus-menerus, jadi sekarang tidak ada yang mempercayai mereka," imbuhnya seperti dikutip dari AFP, Rabu (8/8/2018).
Zarif berbicara sehari setelah Washington menerapkan kembali tahap pertama sanksi keras menyusul penarikannya dari kesepakatan nuklir 2015.
Presiden Donald Trump mengatakan dia ingin pembicaraan dengan Iran mengenai kesepakatan baru yang mencakup seluruh "perilaku buruk" di wilayah Timur Tengah. Namun Iran menolak keinginan Trump tersebut.
"Ada perbedaan besar kali ini," kata Zarif.
"Sebelum tidak ada yang mendukung Iran. Tapi sekarang, semua negara di dunia mendukung Iran," tukasnya.
Amerika Serikat pada Selasa kembali memberlakukan gelombang sanksi sepihak terhadap Iran yang telah dicabut pada tahun 2015 di bawah perjanjian nuklir penting antara Teheran dan kekuatan dunia.
Presiden Donald Trump menarik AS dari kesepakatan pada bulan Mei, memicu pemberlakukan sanksi yang menargetkan akses Iran ke uang kertas AS dan industri utama, termasuk mobil dan karpet.
Sanksi itu diatur untuk diikuti oleh gelombang kedua pada 5 November, menargetkan sektor minyak dan gas Teheran - sektor vital bagi ekonominya - dan Bank Sentral.
"Bayangkan negosiasi sekarang - bagaimana kita bisa mempercayai mereka?" kata Zarif mengatakan kepada wartawan pada penyiar negara IRINN.
"Amerika telah ber-zig-zag terus-menerus, jadi sekarang tidak ada yang mempercayai mereka," imbuhnya seperti dikutip dari AFP, Rabu (8/8/2018).
Zarif berbicara sehari setelah Washington menerapkan kembali tahap pertama sanksi keras menyusul penarikannya dari kesepakatan nuklir 2015.
Presiden Donald Trump mengatakan dia ingin pembicaraan dengan Iran mengenai kesepakatan baru yang mencakup seluruh "perilaku buruk" di wilayah Timur Tengah. Namun Iran menolak keinginan Trump tersebut.
"Ada perbedaan besar kali ini," kata Zarif.
"Sebelum tidak ada yang mendukung Iran. Tapi sekarang, semua negara di dunia mendukung Iran," tukasnya.
Amerika Serikat pada Selasa kembali memberlakukan gelombang sanksi sepihak terhadap Iran yang telah dicabut pada tahun 2015 di bawah perjanjian nuklir penting antara Teheran dan kekuatan dunia.
Presiden Donald Trump menarik AS dari kesepakatan pada bulan Mei, memicu pemberlakukan sanksi yang menargetkan akses Iran ke uang kertas AS dan industri utama, termasuk mobil dan karpet.
Sanksi itu diatur untuk diikuti oleh gelombang kedua pada 5 November, menargetkan sektor minyak dan gas Teheran - sektor vital bagi ekonominya - dan Bank Sentral.
(ian)