New York Times: Mossad Dalang Pembunuhan Ilmuwan Rudal Suriah
A
A
A
NEW YORK - New York Times, mengutip sumber intelijen Timur Tengah, melaporkan bahwa agen mata-mata Mossad, Israel, dalang di balik serangan bom mobil yang membunuh ilmuwan rudal Suriah, Dr Aziz Azbar. Sebelumnya, media Damaskus juga menuduh Mossad sebagai pelakunya.
Aziz Azabar tewas dalam ledakan bom di mobil bersama sopirnya beberapa menit setelah meninggalkan rumahnya di Provinsi Hama pada Sabtu malam. Menurut New York Times (NYT), media yang berbasis di Amerika Serikat, ilmuwan top dalam pengembangan rudal Scud Suriah itu sudah diintai intelijen Israel selama berbulan-bulan.
Ini adalah keempat kalinya selama tiga tahun terakhir Israel membunuh ilmuwan senjata di luar negeri.
Dengan hukum Israel, hanya perdana menteri yang dapat mengesahkan operasi pembunuhan oleh Mossad. Juru bicara untuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Avigdor Lieberman menolak untuk menanggapi laporan NYT yang diterbitkan hari Senin.
Aziz Asbar merupakan direktur riset di Pusat Studi dan Penelitian Imiah milik lembaga militer rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Lembaga itu terkait dengan program senjata kimia Suriah. Dia juga dianggap dalam program rudal Fateh Iran.Baca Juga: Bom Mobil Tewaskan Kepala Fasilitas Senjata Kimia Suriah
Menurut NYT, dia memimpin Sektor 4, unit rahasia di Pusat Studi dan Penelitian Ilmiah di Masyaf yang mengembangkan roket dan rudal balistik. Di lembaga itulah, dia bekerja pada retrofit SM600 Tishreen Suriah untuk mengubahnya menjadi peluru kendali presisi dengan bantuan Pasukan Quds Iran yang dipimpin Qasem Soleimani.
Israel telah bekerja untuk menggagalkan pembongkaran militer Iran di Suriah, karena khawatir bahwa ketika perang sipil berkecamuk di negara itu berakhir, milisi Syiah pro-Iran yang membantu rezim Assad, termasuk Hizbullah, akan mengubah pandangan mereka terhadap Israel.
NYT, dalam laporannya, menyatakan Asbar juga bekerja dalam beberapa tahun terakhir pada pembangunan pabrik senjata bawah tanah baru untuk menggantikan pabrik yang hancur oleh serangan Israel tahun lalu.
Dia dianggap sebagai rekan dekat Presiden Assad dan bekerja langsung di bawahnya, tanpa mediasi. Dia juga memiliki hubungan erat dengan para ilmuwan Iran, Korea Utara dan Hizbullah.
Seorang pejabat dari aliansi pro-Suriah mengatakan kepada NYT bahwa dia yakin Israel menjadikan Asbar sebagai sasaran karena peran sentralnya dalam program rudal Suriah, bahkan sebelum pecahnya perang saudara di negeri Assad yang sudah berlangsung 7 tahun.Baca Juga: Mossad Israel Dituduh Dalangi Pembunuhan Ilmuwan Rudal Suriah
September lalu, Israel menyerang pabrik senjata yang dijalankan oleh Asbar di Masyaf. Orang-orang Iran mulai membangun kembali pabrik yang sama musim panas ini, namun di bawah tanah. Banyak dari situs itu kembali hancur dalam serangan rudal yang diduga oleh Tel Aviv pada 22 Juli.
Mossad telah secara konsisten menolak bertanggung jawab atas pembunuhan para ilmuwan asing, tak terkecuali pada pembunuhan Azbar.
Gilad Erdan kepala Keamanan Publik Israel dan Departemen Urusan Strategis, menolak untuk membahas keterlibatan Israel dalam pembunuhan ilmuwan Suriah, tetapi menyambut baik berita kematian Azbar.
"Kami jelas tidak mengomentari laporan-laporan semacam ini tetapi kita dapat berbicara tentang orang itu sendiri, yang bertanggung jawab untuk meletakkan senjata berkualitas tinggi di tangan beberapa orang jahat, dan sehingga kita dapat mengatakan bahwa fakta dia tidak lagi bersama kita adalah hal yang baik," katanya kepada Radio Israel, yang dikutip Selasa (7/8/2018).
Aziz Azabar tewas dalam ledakan bom di mobil bersama sopirnya beberapa menit setelah meninggalkan rumahnya di Provinsi Hama pada Sabtu malam. Menurut New York Times (NYT), media yang berbasis di Amerika Serikat, ilmuwan top dalam pengembangan rudal Scud Suriah itu sudah diintai intelijen Israel selama berbulan-bulan.
Ini adalah keempat kalinya selama tiga tahun terakhir Israel membunuh ilmuwan senjata di luar negeri.
Dengan hukum Israel, hanya perdana menteri yang dapat mengesahkan operasi pembunuhan oleh Mossad. Juru bicara untuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Avigdor Lieberman menolak untuk menanggapi laporan NYT yang diterbitkan hari Senin.
Aziz Asbar merupakan direktur riset di Pusat Studi dan Penelitian Imiah milik lembaga militer rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Lembaga itu terkait dengan program senjata kimia Suriah. Dia juga dianggap dalam program rudal Fateh Iran.Baca Juga: Bom Mobil Tewaskan Kepala Fasilitas Senjata Kimia Suriah
Menurut NYT, dia memimpin Sektor 4, unit rahasia di Pusat Studi dan Penelitian Ilmiah di Masyaf yang mengembangkan roket dan rudal balistik. Di lembaga itulah, dia bekerja pada retrofit SM600 Tishreen Suriah untuk mengubahnya menjadi peluru kendali presisi dengan bantuan Pasukan Quds Iran yang dipimpin Qasem Soleimani.
Israel telah bekerja untuk menggagalkan pembongkaran militer Iran di Suriah, karena khawatir bahwa ketika perang sipil berkecamuk di negara itu berakhir, milisi Syiah pro-Iran yang membantu rezim Assad, termasuk Hizbullah, akan mengubah pandangan mereka terhadap Israel.
NYT, dalam laporannya, menyatakan Asbar juga bekerja dalam beberapa tahun terakhir pada pembangunan pabrik senjata bawah tanah baru untuk menggantikan pabrik yang hancur oleh serangan Israel tahun lalu.
Dia dianggap sebagai rekan dekat Presiden Assad dan bekerja langsung di bawahnya, tanpa mediasi. Dia juga memiliki hubungan erat dengan para ilmuwan Iran, Korea Utara dan Hizbullah.
Seorang pejabat dari aliansi pro-Suriah mengatakan kepada NYT bahwa dia yakin Israel menjadikan Asbar sebagai sasaran karena peran sentralnya dalam program rudal Suriah, bahkan sebelum pecahnya perang saudara di negeri Assad yang sudah berlangsung 7 tahun.Baca Juga: Mossad Israel Dituduh Dalangi Pembunuhan Ilmuwan Rudal Suriah
September lalu, Israel menyerang pabrik senjata yang dijalankan oleh Asbar di Masyaf. Orang-orang Iran mulai membangun kembali pabrik yang sama musim panas ini, namun di bawah tanah. Banyak dari situs itu kembali hancur dalam serangan rudal yang diduga oleh Tel Aviv pada 22 Juli.
Mossad telah secara konsisten menolak bertanggung jawab atas pembunuhan para ilmuwan asing, tak terkecuali pada pembunuhan Azbar.
Gilad Erdan kepala Keamanan Publik Israel dan Departemen Urusan Strategis, menolak untuk membahas keterlibatan Israel dalam pembunuhan ilmuwan Suriah, tetapi menyambut baik berita kematian Azbar.
"Kami jelas tidak mengomentari laporan-laporan semacam ini tetapi kita dapat berbicara tentang orang itu sendiri, yang bertanggung jawab untuk meletakkan senjata berkualitas tinggi di tangan beberapa orang jahat, dan sehingga kita dapat mengatakan bahwa fakta dia tidak lagi bersama kita adalah hal yang baik," katanya kepada Radio Israel, yang dikutip Selasa (7/8/2018).
(mas)