Brasil Panggil Dubesnya di Nikaragua
A
A
A
BRASILIA - Brasil mengutuk aksi kekerasan terhadap demonstran anti-pemerintah di Nikaragua. Brazil pun memanggil duta besarnya di Managua pada hari Selasa setelah kematian seorang mahasiswa asal negara itu.
Dalam sebuah pernyataan, kementerian luar negeri Brasil menyatakan Raynéia Gabrielle Lima, seorang mahasiswa kedokteran di Universitas Amerika di Managua, tewas oleh tembakan pada hari Senin.
"Pemerintah Brasil mengutuk penindasan yang memburuk dan penggunaan kekerasan yang tidak proporsional serta mematikan serta penggunaan kelompok paramiliter dalam operasi yang dikoordinasi oleh tim keamanan," bunyi pernyataan itu.
"Duta Besar Nikaragua dipanggil untuk memberikan penjelasan dan duta besar kami telah dipanggil kembali dari Managua," kata seorang juru bicara kementerian seperti dikutip dari Reuters, Rabu (25/7/2018).
Hampir 300 orang tewas dalam bentrokan yang terjadi beberapa minggu terakhir dalam tindakan represif terhadap aksi protes oleh pemerintah Presiden Daniel Ortega. Ortega pertama kali mengambil alih kekuasaan pada tahun 1979 ketika para pemberontak Sandinista menggulingkan kediktatoran Somoza. Ia kembali menjadi presiden pada tahun 2007.
Puluhan ribu orang turun ke jalan pada bulan April atas undang-undang baru yang meningkatkan kontribusi keamanan sosial pekerja dan pengusaha. Ortega membatalkan pemotongan, tetapi aksi represi terhadap perbedaan pendapat memicu protes yang lebih luas.
Dalam sebuah pernyataan, kementerian luar negeri Brasil menyatakan Raynéia Gabrielle Lima, seorang mahasiswa kedokteran di Universitas Amerika di Managua, tewas oleh tembakan pada hari Senin.
"Pemerintah Brasil mengutuk penindasan yang memburuk dan penggunaan kekerasan yang tidak proporsional serta mematikan serta penggunaan kelompok paramiliter dalam operasi yang dikoordinasi oleh tim keamanan," bunyi pernyataan itu.
"Duta Besar Nikaragua dipanggil untuk memberikan penjelasan dan duta besar kami telah dipanggil kembali dari Managua," kata seorang juru bicara kementerian seperti dikutip dari Reuters, Rabu (25/7/2018).
Hampir 300 orang tewas dalam bentrokan yang terjadi beberapa minggu terakhir dalam tindakan represif terhadap aksi protes oleh pemerintah Presiden Daniel Ortega. Ortega pertama kali mengambil alih kekuasaan pada tahun 1979 ketika para pemberontak Sandinista menggulingkan kediktatoran Somoza. Ia kembali menjadi presiden pada tahun 2007.
Puluhan ribu orang turun ke jalan pada bulan April atas undang-undang baru yang meningkatkan kontribusi keamanan sosial pekerja dan pengusaha. Ortega membatalkan pemotongan, tetapi aksi represi terhadap perbedaan pendapat memicu protes yang lebih luas.
(ian)