Khamenei: Tanah Suci Makkah Bukan Milik Penguasa Saudi
A
A
A
TEHERAN - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengkritik Arab Saudi atas pengelolaan haji dan menyerukan penyelidikan baru terkait tragedi Mina tahun 2015. Dia menyatakan, tanah suci Makkah dan Mina bukan milik penguasa Saudi tapi milik semua Muslim.
Umat Islam dari berbagai negara mulai melakukan perjalanan ke Saudi untuk melaksanakan ibadah haji tahun ini. Momen ini berlangsung di tengah ketegangan antara Teheran dan Riyadh atas perang proxy di Irak, Suriah, Lebanon dan Yaman.
Riyadh mengatakan, hampir 800 jamaah haji meninggal ketika dua kelompok besar jamaah "bertabrakan" di persimpangan jalan di Mina, beberapa kilometer di sebelah timur Mekkah. Tragedi itu terjadi saat para jamaah melakukan perjalanan untuk melakukan ritual melontar jumrah atau dikenal dengan "merajam Iblis" di Jamarat.
Angka hitungan dari negara-negara korban menunjukkan lebih dari 2.000 jamaah diyakini telah meninggal, termasuk lebih dari 400 jamaah asal Iran.
“Komite pencari fakta, dengan kehadiran Iran, harus dibentuk untuk menyelidiki kekejaman ini. Otoritas Iran yang relevan harus memobilisasi semua sumber daya hukum untuk menindaklanjuti tragedi itu," kata Khamenei dalam pidatonya di depan penyelenggara haji Iran.
"Tanah suci Mekkah dan Mina milik semua Muslim...itu bukan milik penguasa Arab Saudi," kata Khamenei, yang dikutip Reuters, Selasa (17/7/2018).
Kerajaan Saudi, rival utama Iran, selama ini menampilkan diri sebagai penjaga ortodoksi Islam dan penjaga tempat-tempat tersuci di Makkah dan Madinah.
Iran pernah memboikot haji tahun 2016 di tengah ketegangan dengan Arab Saudi atas insiden itu. Sedangkan pada 2017, sekitar 90.000 jamaah asal Iran mengikuti pelaksanaan ibadah haji.
"Haji adalah kesempatan terbaik untuk menampilkan bahwa agama dan politik tidak dapat dipisahkan...haji yang sebenarnya adalah kombinasi dari persatuan dan mencari pembebasan dari kafir," katanya.
Sekitar 85.000 jamaah asal Iran bersiap menjalankan ibadah haji tahun ini di kota suci Islam, Makkah.
Riyadh dan Teheran tidak memiliki hubungan diplomatik setelah terputus pada tahun 2016. Saudi memutuskan hubungan diplomatik pada tahun itu setelah kedutaan dan konsulatnya di Iran diserang dan dibakar demonstran setempat. Amuk demonstran itu sebagai protes terhadap Saudi yang mengeksekusi mati ulama Syiah Saudi, Nimr Baqr al-Nimr, pada Januari 2016 atas tuduhan terlibat terorisme.
Permusuhan kedua negara semakin jelas ketika Arab Saudi menyambut keputusan Presiden Donald Trump yang menarik Amerika Serikat keluar dari perjanjian nuklir Iran 2015. Teheran mengecam "pengkhianatan" Washington dalam perjanjian tersebut.
Umat Islam dari berbagai negara mulai melakukan perjalanan ke Saudi untuk melaksanakan ibadah haji tahun ini. Momen ini berlangsung di tengah ketegangan antara Teheran dan Riyadh atas perang proxy di Irak, Suriah, Lebanon dan Yaman.
Riyadh mengatakan, hampir 800 jamaah haji meninggal ketika dua kelompok besar jamaah "bertabrakan" di persimpangan jalan di Mina, beberapa kilometer di sebelah timur Mekkah. Tragedi itu terjadi saat para jamaah melakukan perjalanan untuk melakukan ritual melontar jumrah atau dikenal dengan "merajam Iblis" di Jamarat.
Angka hitungan dari negara-negara korban menunjukkan lebih dari 2.000 jamaah diyakini telah meninggal, termasuk lebih dari 400 jamaah asal Iran.
“Komite pencari fakta, dengan kehadiran Iran, harus dibentuk untuk menyelidiki kekejaman ini. Otoritas Iran yang relevan harus memobilisasi semua sumber daya hukum untuk menindaklanjuti tragedi itu," kata Khamenei dalam pidatonya di depan penyelenggara haji Iran.
"Tanah suci Mekkah dan Mina milik semua Muslim...itu bukan milik penguasa Arab Saudi," kata Khamenei, yang dikutip Reuters, Selasa (17/7/2018).
Kerajaan Saudi, rival utama Iran, selama ini menampilkan diri sebagai penjaga ortodoksi Islam dan penjaga tempat-tempat tersuci di Makkah dan Madinah.
Iran pernah memboikot haji tahun 2016 di tengah ketegangan dengan Arab Saudi atas insiden itu. Sedangkan pada 2017, sekitar 90.000 jamaah asal Iran mengikuti pelaksanaan ibadah haji.
"Haji adalah kesempatan terbaik untuk menampilkan bahwa agama dan politik tidak dapat dipisahkan...haji yang sebenarnya adalah kombinasi dari persatuan dan mencari pembebasan dari kafir," katanya.
Sekitar 85.000 jamaah asal Iran bersiap menjalankan ibadah haji tahun ini di kota suci Islam, Makkah.
Riyadh dan Teheran tidak memiliki hubungan diplomatik setelah terputus pada tahun 2016. Saudi memutuskan hubungan diplomatik pada tahun itu setelah kedutaan dan konsulatnya di Iran diserang dan dibakar demonstran setempat. Amuk demonstran itu sebagai protes terhadap Saudi yang mengeksekusi mati ulama Syiah Saudi, Nimr Baqr al-Nimr, pada Januari 2016 atas tuduhan terlibat terorisme.
Permusuhan kedua negara semakin jelas ketika Arab Saudi menyambut keputusan Presiden Donald Trump yang menarik Amerika Serikat keluar dari perjanjian nuklir Iran 2015. Teheran mengecam "pengkhianatan" Washington dalam perjanjian tersebut.
(mas)