Makanan Mumi Es Berusia 5.300 Tahun Bikin 41 Ilmuwan Bingung
A
A
A
SYDNEY - Sebanyak 41 ilmuwan dari seluruh dunia dibuat bingung dengan makanan terakhir yang masuk perut mumi es berusia 5.300 tahun. Mumi itu ditemukan di Pegunungan Alpen di Italia tahun 1991.
Mumi es itu dikenal dengan nama Otzi. Para ilmuwan terkejut dengan lemak tinggi di perut Otzi ketika ditemukan pertama kali. Namun, arteri mumi tersebut mengeras yang biasanya akibat dari diet lemak.
Puluhan ilmuwan tersebut menganalisis potongan makanan padat yang "diawetkan" dengan baik di perut mumi tersebut. Dalam penelitian mereka diketahui bahwa makanan terakhir Otzi yang mengandung lemak tinggi adalah rusa merah dan ibex (sejenis kambing liar) berada di perutnya bersama dengan gandum einkorn dan sejenis pakis beracun.
Hampir separuh isi perutnya yang gemuk didominasi ibex. Daging ibex kemungkinan dimakan setelah dipanggang karena ada partikel-partikel arang di perut mumi es tersebut.
Temuan makanan lemak tinggi di perut mumi itu wajar karena dia tinggal di lingkungan yang dingin, di mana makanan berlemak tinggi akan menjadi sumber kalori ekstra yang berharga untuk membantunya bertahan hidup.
Namun, yang lebih membingungkan lagi adalah keberadaan pakis beracun, yang diduga oleh para ilmuwan digunakan Otzi untuk membungkus makanan untuk disantap. Kemungkinan lain adalah dijadikan obat herbal untuk membantu meringankan nyeri perut yang mungkin disebabkan oleh parasit di ususnya.
Philip Doble, seorang profesor kimia di University of Technology Sydney, adalah salah satu ilmuwan yang menganalisis isi perut Otzi dan menemukan jejak zat besi, kalsium, seng, magnesium dan natrium bersama dengan mangan dan tembaga.
Satu gram isi perut dikirim kepadanya di Sydney dari Museum Arkeologi Tyrol Selatan di Italia, di mana Otzi tinggal dalam keadaan beku. Tes sebelumnya pada sisa-sisa tubuh Otzi mengungkapkan dia berusia 45 tahun saat dia dibunuh, dengan anak panah menembus kepala hingga bahu kiri yang menyebabkan dia mati kehabisan darah.
Ketika dia meninggal, perutnya penuh dengan makanan, yang berarti dia kemungkinan menyantap makanan sesaat setelah dia diserang atau sedang makan ketika serangan panah terjadi.
Profesor Doble mengatakan bahwa penelitian tentang perut Otzi memberikan gambaran langka tentang pola makan sehari-hari orang-orang selama "Zaman Tembaga", masa ketika manusia berpindah dari pemburu-pengumpul menjadi petani.
Makanan terakhirnya seimbang dengan tidak ada bukti logam berat, yang menunjukkan bahwa dia hidup di lingkungan murni pada saat orang Eropa mulai mengekstrak logam dari batu untuk membuat peralatan.
"Mungkin dietnya menunjukkan bahwa orang-orang mulai memiliki lebih banyak waktu luang tersebut," kata Doble kepada AAP, yang dikutip Sabtu (14/7/2018).
“Tidak harus mengumpulkan makanan yang memberi Anda kesempatan untuk melakukan hal-hal lain seperti belajar membuat logam, membangun rumah, seni dan budaya, dan lainnya."
“Jadi ini memiliki berbagai implikasi untuk permulaan peradaban. Itulah mengapa sangat menarik karena memberi Anda jendela ke masa lalu," ujarnya.
Mumi es itu dikenal dengan nama Otzi. Para ilmuwan terkejut dengan lemak tinggi di perut Otzi ketika ditemukan pertama kali. Namun, arteri mumi tersebut mengeras yang biasanya akibat dari diet lemak.
Puluhan ilmuwan tersebut menganalisis potongan makanan padat yang "diawetkan" dengan baik di perut mumi tersebut. Dalam penelitian mereka diketahui bahwa makanan terakhir Otzi yang mengandung lemak tinggi adalah rusa merah dan ibex (sejenis kambing liar) berada di perutnya bersama dengan gandum einkorn dan sejenis pakis beracun.
Hampir separuh isi perutnya yang gemuk didominasi ibex. Daging ibex kemungkinan dimakan setelah dipanggang karena ada partikel-partikel arang di perut mumi es tersebut.
Temuan makanan lemak tinggi di perut mumi itu wajar karena dia tinggal di lingkungan yang dingin, di mana makanan berlemak tinggi akan menjadi sumber kalori ekstra yang berharga untuk membantunya bertahan hidup.
Namun, yang lebih membingungkan lagi adalah keberadaan pakis beracun, yang diduga oleh para ilmuwan digunakan Otzi untuk membungkus makanan untuk disantap. Kemungkinan lain adalah dijadikan obat herbal untuk membantu meringankan nyeri perut yang mungkin disebabkan oleh parasit di ususnya.
Philip Doble, seorang profesor kimia di University of Technology Sydney, adalah salah satu ilmuwan yang menganalisis isi perut Otzi dan menemukan jejak zat besi, kalsium, seng, magnesium dan natrium bersama dengan mangan dan tembaga.
Satu gram isi perut dikirim kepadanya di Sydney dari Museum Arkeologi Tyrol Selatan di Italia, di mana Otzi tinggal dalam keadaan beku. Tes sebelumnya pada sisa-sisa tubuh Otzi mengungkapkan dia berusia 45 tahun saat dia dibunuh, dengan anak panah menembus kepala hingga bahu kiri yang menyebabkan dia mati kehabisan darah.
Ketika dia meninggal, perutnya penuh dengan makanan, yang berarti dia kemungkinan menyantap makanan sesaat setelah dia diserang atau sedang makan ketika serangan panah terjadi.
Profesor Doble mengatakan bahwa penelitian tentang perut Otzi memberikan gambaran langka tentang pola makan sehari-hari orang-orang selama "Zaman Tembaga", masa ketika manusia berpindah dari pemburu-pengumpul menjadi petani.
Makanan terakhirnya seimbang dengan tidak ada bukti logam berat, yang menunjukkan bahwa dia hidup di lingkungan murni pada saat orang Eropa mulai mengekstrak logam dari batu untuk membuat peralatan.
"Mungkin dietnya menunjukkan bahwa orang-orang mulai memiliki lebih banyak waktu luang tersebut," kata Doble kepada AAP, yang dikutip Sabtu (14/7/2018).
“Tidak harus mengumpulkan makanan yang memberi Anda kesempatan untuk melakukan hal-hal lain seperti belajar membuat logam, membangun rumah, seni dan budaya, dan lainnya."
“Jadi ini memiliki berbagai implikasi untuk permulaan peradaban. Itulah mengapa sangat menarik karena memberi Anda jendela ke masa lalu," ujarnya.
(mas)