Capres Oposisi Diprediksi Menang
A
A
A
MEXICO CITY - Warga Meksiko memberikan suara dalam pemilu presiden kemarin. Tokoh sayap kiri Andres Manuel Lopez Obrador diperkirakan menang dalam pesta demokrasi itu.
Lopez Obrador merupakan mantan walikota Mexico City yang akan menguatkan kubu nasionalis dan memperkeras pertentangan terhadap Amerika Serikat (AS). Obrador unggul dalam sejumlah survei selama kampanye. Jika menang maka dia akan menjadi tokoh sayap kiri pertama yang menjabat presiden setelah puluhan tahun negara itu dikuasai sayap tengah Partai Institusional Revolusioner (PRI).
Sebagai runner up dalam pemilu 2012 dan 2006, Lopez Obrador menyatakan dirinya sebagai satu-satunya orang yang mampu membersihkan kelas politik yang selama ini dipenuhi korupsi, dengan kondisi masyarakat yang mengalami kejahatan tinggi dan pertumbuhan ekonomi di bawah standar.
“Presiden baru Meksiko akan memiliki otoritas moral dan politik untuk mendorong semua orang berperilaku dengan integritas dan menjadikan kejujuran sebagai jalan hidup,” papar Lopez Obrador, dikutip kantor berita Reuters.
Undang-undang melarang Presiden Enrique Pena Nieto maju lagi dalam pemilu. Meski demikian popularitasnya telah merosot saat namanya tercemar oleh berbagai investigasi terkait skandal konflik kepentingan dan penggelapan dana yang dilakukan para petinggi PRI.
Setelah berkampanye tanpa lelah di penjuru Meksiko selama 13 tahun terakhir, Lopez Obrador mengalami peningkatan dan kemerosotan karir politik saat berbagai partai yang ada menghadapi banyak masalah sosial dan ekonomi.
“Biarkan harapan Meksiko berubah. Sekarang kami tidak tahu apakah kita datang atau pergi,” kata Oswaldo Angeles, 20, pendukung Lopez Obrador dari Atlacomulco, basis PRI sekitar 90 km dari Mexico City dan pusat kota Pena Nieto.
Lopez Obrador, 64, masih memiliki janji kebijakan yang samar. Dia ingin mendapat dukungan dari kelompok nasionalis, liberal sayap kiri dan konservatif. Dia berjanji mengurangi kesenjangan sosial, menaikkan gaji dan belanja negara untuk kesejahteraan, serta menjalankan anggaran yang ketat.
Sebagai pengkritik agenda ekonomi pemerintah, kritiknya membuat khawatir beberapa pihak. Namun dia melontarkan ide referendum untuk menyelesaikan isu-isu kontroversial apakah akan melanjutkan kebijakan Pena Nieto untuk membuka industri minyak dan gas pada modal swasta.
Lawan utamanya, Ricardo Anaya merupakan mantan pemimpin sayap kanan tengah Partai Aksi Nasional (PAN) yang memimpin aliansi sayap kanan-kiri. Lawan lainnya adalah mantan menteri keuangan sekaligus calon dari PRI Jose Antonio Meade.
Semua kandidat saling mengkritik lawan-lawan mereka. Lopez Obrador pun semakin unggul dalam berbagai survei dengan selisih hingga 20% poin.
Jika menang, Lopez Obrador menghadapi situasi keamanan yang semakin sulit dibandingkan Pena Nieto. Kampanye pemilu telah diwarnai kekerasan paling berdarah dalam sejarah modern negara itu. Berbagai pembunuhan juga mencapai rekor tertinggi.
Presiden baru akan mewajiri konflik dengan Presiden AS Donald Trump dalam isu migrasi dan perdagangan, serta perundingan Kesepakatan Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) yang belum selesai. Semua kondisi itu semakin menekan mata uang peso Meksiko.
Trump mengancam perang dagang terhadap Amerika Utara terkait NAFTA. Trump juga menegaskan bahwa Meksiko harus membayar untuk rencana tembok perbatasan yang banyak membuat marah warga Meksiko.
Lopez Obrador mencoba mengambil langkah hati-hati dan ingin membuat kesepakatan dengan Trump agar Meksiko mengendalikan imigrasi ilegal dengan imbalan dukungan ekonomi. Jika itu terbukti mustahil dan Trump tetap memprovokasi Meksiko, Lopez Obrador tampaknya tidak akan tetap diam. (Syarifudin)
Lopez Obrador merupakan mantan walikota Mexico City yang akan menguatkan kubu nasionalis dan memperkeras pertentangan terhadap Amerika Serikat (AS). Obrador unggul dalam sejumlah survei selama kampanye. Jika menang maka dia akan menjadi tokoh sayap kiri pertama yang menjabat presiden setelah puluhan tahun negara itu dikuasai sayap tengah Partai Institusional Revolusioner (PRI).
Sebagai runner up dalam pemilu 2012 dan 2006, Lopez Obrador menyatakan dirinya sebagai satu-satunya orang yang mampu membersihkan kelas politik yang selama ini dipenuhi korupsi, dengan kondisi masyarakat yang mengalami kejahatan tinggi dan pertumbuhan ekonomi di bawah standar.
“Presiden baru Meksiko akan memiliki otoritas moral dan politik untuk mendorong semua orang berperilaku dengan integritas dan menjadikan kejujuran sebagai jalan hidup,” papar Lopez Obrador, dikutip kantor berita Reuters.
Undang-undang melarang Presiden Enrique Pena Nieto maju lagi dalam pemilu. Meski demikian popularitasnya telah merosot saat namanya tercemar oleh berbagai investigasi terkait skandal konflik kepentingan dan penggelapan dana yang dilakukan para petinggi PRI.
Setelah berkampanye tanpa lelah di penjuru Meksiko selama 13 tahun terakhir, Lopez Obrador mengalami peningkatan dan kemerosotan karir politik saat berbagai partai yang ada menghadapi banyak masalah sosial dan ekonomi.
“Biarkan harapan Meksiko berubah. Sekarang kami tidak tahu apakah kita datang atau pergi,” kata Oswaldo Angeles, 20, pendukung Lopez Obrador dari Atlacomulco, basis PRI sekitar 90 km dari Mexico City dan pusat kota Pena Nieto.
Lopez Obrador, 64, masih memiliki janji kebijakan yang samar. Dia ingin mendapat dukungan dari kelompok nasionalis, liberal sayap kiri dan konservatif. Dia berjanji mengurangi kesenjangan sosial, menaikkan gaji dan belanja negara untuk kesejahteraan, serta menjalankan anggaran yang ketat.
Sebagai pengkritik agenda ekonomi pemerintah, kritiknya membuat khawatir beberapa pihak. Namun dia melontarkan ide referendum untuk menyelesaikan isu-isu kontroversial apakah akan melanjutkan kebijakan Pena Nieto untuk membuka industri minyak dan gas pada modal swasta.
Lawan utamanya, Ricardo Anaya merupakan mantan pemimpin sayap kanan tengah Partai Aksi Nasional (PAN) yang memimpin aliansi sayap kanan-kiri. Lawan lainnya adalah mantan menteri keuangan sekaligus calon dari PRI Jose Antonio Meade.
Semua kandidat saling mengkritik lawan-lawan mereka. Lopez Obrador pun semakin unggul dalam berbagai survei dengan selisih hingga 20% poin.
Jika menang, Lopez Obrador menghadapi situasi keamanan yang semakin sulit dibandingkan Pena Nieto. Kampanye pemilu telah diwarnai kekerasan paling berdarah dalam sejarah modern negara itu. Berbagai pembunuhan juga mencapai rekor tertinggi.
Presiden baru akan mewajiri konflik dengan Presiden AS Donald Trump dalam isu migrasi dan perdagangan, serta perundingan Kesepakatan Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) yang belum selesai. Semua kondisi itu semakin menekan mata uang peso Meksiko.
Trump mengancam perang dagang terhadap Amerika Utara terkait NAFTA. Trump juga menegaskan bahwa Meksiko harus membayar untuk rencana tembok perbatasan yang banyak membuat marah warga Meksiko.
Lopez Obrador mencoba mengambil langkah hati-hati dan ingin membuat kesepakatan dengan Trump agar Meksiko mengendalikan imigrasi ilegal dengan imbalan dukungan ekonomi. Jika itu terbukti mustahil dan Trump tetap memprovokasi Meksiko, Lopez Obrador tampaknya tidak akan tetap diam. (Syarifudin)
(nfl)