AS Kirim Kapal Induk untuk Patroli di Laut China Selatan
A
A
A
MANILA - Militer Amerika Serikat (AS) telah mengirim kapal induk untuk patroli di Laut China Selatan yang disengketakan. Pengiriman kapal induk ketiga untuk tahun ini dilakukan Washington di saat China menumpuk kekuatan militer di pulau-pulau reklamasi di kawasan tersebut.
Kapal USS Ronald Reagan seberat 97.000 ton dan membawa lebih dari 70 pesawat telah berlabuh di Teluk Manila pada hari Selasa (26/6/2018). Kapal raksasa ini juga menjadi tempat pertemuan antara para pejabat angkatan laut AS dan Filipina dan tempat untuk kebebasan ribuan pelaut yang telah berminggu-minggu bertugas di laut.
"Kehadiran militer AS di wilayah tersebut telah mendukung kemampuan kami untuk membela bangsa dan sekutu kami," kata pejabat Angkatan Laut AS, Laksamana Muda Marc Dalton, kepada wartawan di atas kapal USS Ronald Reagan.
"Dan mempromosikan kemampuan kami untuk melindungi kebebasan laut, perdagangan tanpa hambatan, untuk mencegah konflik dan pemaksaan serta untuk mempromosikan kepatuhan terhadap tatanan internasional berbasis aturan," lanjut Dalton, seperti dikutip Fox News.
Dua operator kapal militer Amerika lainnya sebelumnya berpatroli di perairan, di mana China dan lima negara Asia lainnya telah bersengketa selama beberapa dekade atas klaim wilayah yang mengangkangi beberapa jalur laut tersibuk di dunia itu.
Beberapa wilayah di Laut China Selatan yang diperebutkan diyakini memiliki deposit gas alam dan minyak bawah laut.
China sebelumnya dilaporkan telah menyebarkan rudal anti-kapal, rudal surface-to-air, jammer elektronik dan peralatan lainnya di pulau-pulau yang dibangun di atas terumbu karang di Kepulauan Spratly yang disengketakan. Beijing bahkan mendaratkan pesawat pembom di Woody Island di Paracels beberapa waktu yang memicu kecaman dari negara-negara lain yang bersengketa.
AS sejatinya tidak memiliki klaim teritorial di wilayah tersebut, tetapi telah menyatakan bahwa kebebasan navigasi dan penerbangan di perairan itu adalah kepentingan nasional AS.
Menteri Pertahanan AS James Mattis mengatakan pada awal bulan ini bahwa keputusan pemerintah Donald Trump baru-baru ini untuk menolak China bergabung dalam latihan angkatan laut multinasional adalah "tanggapan awal" terhadap aktivitas militer Beijing di pulau-pulau reklamasi.
Mattis menyebut tindakan AS sebagai konsekuensi yang relatif kecil. "Saya percaya ada konsekuensi yang jauh lebih besar di masa depan," katanya.
Sedangkan China berpendapat bahwa haknya untuk membangun pertahanan di pulau-pulau di Laut China Selatan yang diklaim sebagai wilayah kedaulatannya.
Beijing telah membangun landasan pacu raksasa di pulau-pulau reklamasi untuk memproyeksikan kekuatan militernya dan berpotensi membatasi kebebasan navigasi di kawasan Laut China Selatan.
Kapal USS Ronald Reagan seberat 97.000 ton dan membawa lebih dari 70 pesawat telah berlabuh di Teluk Manila pada hari Selasa (26/6/2018). Kapal raksasa ini juga menjadi tempat pertemuan antara para pejabat angkatan laut AS dan Filipina dan tempat untuk kebebasan ribuan pelaut yang telah berminggu-minggu bertugas di laut.
"Kehadiran militer AS di wilayah tersebut telah mendukung kemampuan kami untuk membela bangsa dan sekutu kami," kata pejabat Angkatan Laut AS, Laksamana Muda Marc Dalton, kepada wartawan di atas kapal USS Ronald Reagan.
"Dan mempromosikan kemampuan kami untuk melindungi kebebasan laut, perdagangan tanpa hambatan, untuk mencegah konflik dan pemaksaan serta untuk mempromosikan kepatuhan terhadap tatanan internasional berbasis aturan," lanjut Dalton, seperti dikutip Fox News.
Dua operator kapal militer Amerika lainnya sebelumnya berpatroli di perairan, di mana China dan lima negara Asia lainnya telah bersengketa selama beberapa dekade atas klaim wilayah yang mengangkangi beberapa jalur laut tersibuk di dunia itu.
Beberapa wilayah di Laut China Selatan yang diperebutkan diyakini memiliki deposit gas alam dan minyak bawah laut.
China sebelumnya dilaporkan telah menyebarkan rudal anti-kapal, rudal surface-to-air, jammer elektronik dan peralatan lainnya di pulau-pulau yang dibangun di atas terumbu karang di Kepulauan Spratly yang disengketakan. Beijing bahkan mendaratkan pesawat pembom di Woody Island di Paracels beberapa waktu yang memicu kecaman dari negara-negara lain yang bersengketa.
AS sejatinya tidak memiliki klaim teritorial di wilayah tersebut, tetapi telah menyatakan bahwa kebebasan navigasi dan penerbangan di perairan itu adalah kepentingan nasional AS.
Menteri Pertahanan AS James Mattis mengatakan pada awal bulan ini bahwa keputusan pemerintah Donald Trump baru-baru ini untuk menolak China bergabung dalam latihan angkatan laut multinasional adalah "tanggapan awal" terhadap aktivitas militer Beijing di pulau-pulau reklamasi.
Mattis menyebut tindakan AS sebagai konsekuensi yang relatif kecil. "Saya percaya ada konsekuensi yang jauh lebih besar di masa depan," katanya.
Sedangkan China berpendapat bahwa haknya untuk membangun pertahanan di pulau-pulau di Laut China Selatan yang diklaim sebagai wilayah kedaulatannya.
Beijing telah membangun landasan pacu raksasa di pulau-pulau reklamasi untuk memproyeksikan kekuatan militernya dan berpotensi membatasi kebebasan navigasi di kawasan Laut China Selatan.
(mas)