Tutup Masjid, Kanselir Austria Terima Ancaman Pembunuhan
A
A
A
WINA - Otoritas Austria meluncurkan penyelidikan anti terorisme setelah Kanselir Sebastian Kurz mendapat ancaman pembunuhan. Ancaman pembunuhan itu diterima Kurz di media sosial.
Ancaman pembunuhan ini adalah buntut dari pengumuman pemerintah Austria yang akan menutup tujuh masjid dan mengusir 60 imam. Kebijakan itu sebagai bagian dari kampanye melawan radikalisasi yang telah memicu gelombang kemarahan.
"Beberapa orang di media sosial mengancam Sebastian Kurz secara pribadi. Sementara beberapa postingan menuduh kanselir menginginkan perang, sedangkan yang lain secara terbuka mengatakan dia (kurz) harus mempersiapkan kematian," menurut harian nasional Austria Oesterreich yang dikutip Russia Today, Selasa (12/6/2018).
Beberapa postingan juga mengatakan bahwa kepala pemerintah Austria akan menemukan dirinya dalam kotak sampah, sementara yang lain hanya menuliskan: "Allahu Akbar!"
Kantor kanselir mengkonfirmasikan kepada Oesterreich bahwa Kurz banyak menerima ancaman kematian, terutama di Facebook dan Instagram, serta di beberapa "layanan olahpesan instan.
"Situasi itu dianggap sangat serius sehingga badan intelijen domestik dan kontra-terorisme Austria, BVT, meluncurkan investigasi kontra-terorisme ke dalam masalah ini," menurut kementerian dalam negeri Austria.
Langkah-langkah tambahan juga diambil untuk meningkatkan keamanan pribadi Kurz, yang saat ini sedang berkunjung ke Israel, serta beberapa menteri lainnya.
Sementara itu, juru bicara kantor kanselir mengatakan bahwa pemerintah tidak akan membiarkan dirinya kalah dan akan melanjutkan kebijakannya seperti yang direncanakan.
Penutupan masjid dan pengusiran imam diumumkan pada tanggal 8 Juni lalu. "Masyarakat paralel, politik Islam dan kecenderungan radikalisasi tidak memiliki tempat di negara kita," kata Kurz, mengomentari keputusan pemerintah pada waktu itu.
Beberapa masjid diduga oleh pihak berwenang telah dipengaruhi oleh organisasi ultra-nasionalis Turki yang disebut 'Serigala Abu-abu.' Para pemimpin spiritual, yang dapat dikenakan pengusiran, saat ini sedang diselidiki karena melanggar Hukum Islam 2015 yang melarang agama apa pun menerima pendanaan luar negeri atau bertindak melawan negara dan masyarakat Austria.
Langkah Wina segera dikecam oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang memperingatkan itu bahkan bisa menyebabkan "perang antara salib dan bulan sabit." Sebelumnya, juru bicara pemimpin Turki, Ibrahim Kalin, menyebut langkah itu sebagai "Islamofobia" dan mengatakan itu dibuat semata-mata karena alasan politik.
Pada hari Minggu, Otoritas Agama Islam Austria, IGGO, juga mengecam langkah pemerintah dengan mengatakan itu bertujuan untuk "mendiskreditkan" komunitas Muslim Austria untuk mencetak "poin politik." Lembaga ini terutama mengutuk waktu langkah pemerintah, karena mengumumkan penutupan masjid pada hari Jumat terakhir bulan suci Ramadhan hanya beberapa jam sebelum sholat. IGGO mengaanggap itu adalah penghinaan terhadap semua Muslim Austria.
Ancaman pembunuhan ini adalah buntut dari pengumuman pemerintah Austria yang akan menutup tujuh masjid dan mengusir 60 imam. Kebijakan itu sebagai bagian dari kampanye melawan radikalisasi yang telah memicu gelombang kemarahan.
"Beberapa orang di media sosial mengancam Sebastian Kurz secara pribadi. Sementara beberapa postingan menuduh kanselir menginginkan perang, sedangkan yang lain secara terbuka mengatakan dia (kurz) harus mempersiapkan kematian," menurut harian nasional Austria Oesterreich yang dikutip Russia Today, Selasa (12/6/2018).
Beberapa postingan juga mengatakan bahwa kepala pemerintah Austria akan menemukan dirinya dalam kotak sampah, sementara yang lain hanya menuliskan: "Allahu Akbar!"
Kantor kanselir mengkonfirmasikan kepada Oesterreich bahwa Kurz banyak menerima ancaman kematian, terutama di Facebook dan Instagram, serta di beberapa "layanan olahpesan instan.
"Situasi itu dianggap sangat serius sehingga badan intelijen domestik dan kontra-terorisme Austria, BVT, meluncurkan investigasi kontra-terorisme ke dalam masalah ini," menurut kementerian dalam negeri Austria.
Langkah-langkah tambahan juga diambil untuk meningkatkan keamanan pribadi Kurz, yang saat ini sedang berkunjung ke Israel, serta beberapa menteri lainnya.
Sementara itu, juru bicara kantor kanselir mengatakan bahwa pemerintah tidak akan membiarkan dirinya kalah dan akan melanjutkan kebijakannya seperti yang direncanakan.
Penutupan masjid dan pengusiran imam diumumkan pada tanggal 8 Juni lalu. "Masyarakat paralel, politik Islam dan kecenderungan radikalisasi tidak memiliki tempat di negara kita," kata Kurz, mengomentari keputusan pemerintah pada waktu itu.
Beberapa masjid diduga oleh pihak berwenang telah dipengaruhi oleh organisasi ultra-nasionalis Turki yang disebut 'Serigala Abu-abu.' Para pemimpin spiritual, yang dapat dikenakan pengusiran, saat ini sedang diselidiki karena melanggar Hukum Islam 2015 yang melarang agama apa pun menerima pendanaan luar negeri atau bertindak melawan negara dan masyarakat Austria.
Langkah Wina segera dikecam oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang memperingatkan itu bahkan bisa menyebabkan "perang antara salib dan bulan sabit." Sebelumnya, juru bicara pemimpin Turki, Ibrahim Kalin, menyebut langkah itu sebagai "Islamofobia" dan mengatakan itu dibuat semata-mata karena alasan politik.
Pada hari Minggu, Otoritas Agama Islam Austria, IGGO, juga mengecam langkah pemerintah dengan mengatakan itu bertujuan untuk "mendiskreditkan" komunitas Muslim Austria untuk mencetak "poin politik." Lembaga ini terutama mengutuk waktu langkah pemerintah, karena mengumumkan penutupan masjid pada hari Jumat terakhir bulan suci Ramadhan hanya beberapa jam sebelum sholat. IGGO mengaanggap itu adalah penghinaan terhadap semua Muslim Austria.
(ian)