Video Suriah dan Teror Paris Jadi Tontonan Pelaku Bom Surabaya

Rabu, 16 Mei 2018 - 01:32 WIB
Video Suriah dan Teror Paris Jadi Tontonan Pelaku Bom Surabaya
Video Suriah dan Teror Paris Jadi Tontonan Pelaku Bom Surabaya
A A A
SURABAYA - Para pelaku serangan bom bunuh diri di beberapa gereja di Surabaya serta serangan bom di Sidoarjo dinyatakan polisi sebagai satu jaringan. Jauh hari sebelum beraksi, mereka menonton video-video kekerasan di Suriah dan Irak serta serangan teror di Paris.

Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Irjen Machfud Arifin mengatakan ada tiga keluarga yang membentuk kelompok belajar agama yang sama. Beberapa keluarga itu meradikalisasi anak-anaknya melalui homeschooling.

Ketiga keluarga bertemu setiap Minggu malam di rumah Dita Oepriarto, salah satu pelaku serangan bom di Surabaya. Dita juga kepala keluarga, di mana seorang ibu membawa dua gadis ciliknya untuk ikut aksi bom bunuh diri.

Menurut Machfud Arifin pertemuan ketiga keluarga itu kerap mempelajari tentang Islam dan menonton video-video kekerasan di Suriah, Irak dan Paris.

"Sel Surabaya dan sel Sidoarjo adalah jaringan yang sama karena mereka bertemu secara teratur pada Minggu malam," kata Machfud Arifin kepada wartawan, mengacu pada tiga keluarga di balik rentetan serangan bom di Jawa Timur tersebut, Selasa (15/5/2018).

Serangan bom pada hari Minggu di tiga gereja di Surabaya menewaskan 13 orang termasuk para pelaku. Serangan ini dilakukan keluarga Dita.

Pada hari Senin, satu keluarga militan lainnya yang mengendarai dua sepeda motor meledakkan diri di sebuah pos pemeriksaan polisi di Polrestabes Surabaya. Beberapa orang tewas dalam serangan tersebut.

Sedangkan di Sidoarjo, bom meledek di Rusunawa Wonocolo. Ledakan itu dilaporkan menewaskan dua orang yakni Puspita Sari, 47 dan Hilta Aulita Rachman 17. Mereka adalah istri dan anak pelaku atau pemilik bom, Anton. Beberapa orang lainnya dilaporkan terluka.

"Anak-anak ini telah diindoktrinasi oleh orang tua mereka. Sepertinya mereka tidak banyak berinteraksi dengan orang lain," ujar Machfud Arifin.

Polisi menduga serangan bom di Jawa Timur ini melibatkan kelompok Jemaah Ansharut Daulah (JAD), sebuah organisasi yang dinyatakan sebagai Departemen Luar Negeri AS sebagai kelompok teroris yang berafiliasi dengan ISIS.

Dita Oepriarto merupakan pemimpin sel JAD di Jawa Timur. "Saya pikir pengaturan keluarga dan isolasi dari dunia luar adalah pengaturan yang sempurna baginya untuk mengindoktrinasi sisa-sisa keluarganya," kata Alexander Raymond Arifianto, seorang pakar di Nanyang Technological University di Singapura.

Sidney Jones, dari Institute for Policy Analysis of Conflict, mengatakan dalam sebuah komentar untuk Lowy Institute bahwa serangan di Jawa Timur menunjukkan betapa mendesaknya bagi pihak berwenang untuk belajar lebih banyak tentang jaringan keluarga.

"Jika tiga keluarga dapat terlibat dalam dua hari serangan teroris di Surabaya, pasti ada lebih siap untuk bertindak," katanya, yang dilansir Reuters, Rabu (16/5/2018).
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3959 seconds (0.1#10.140)