Israel Bisa Hancurkan Pantsir-S1 Rusia di Suriah, Ini Penjelasannya
A
A
A
Militer Tel Aviv telah merilis rekaman video yang menunjukkan rudal Israel menghancurkan sistem rudal pertahanan udara Pantsir-S1 atau SA-22 Greyhound Rusia yang dioperasikan militer Suriah. Secara fungsional, sistem itu tidak akan pernah membiarkan rudal musuh mendekatinya.
Rekaman video itu hasil serangan militer Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di wilayah Suriah pada Kamis dini hari lalu. IDF dengan puluhan jet tempur menembakkan lebih dari 60 rudal. Menurut IDF, target serangan adalah basis-basis militer Iran di berbagai wilayah Suriah.
Sistem Pantsir-S1 buatan Rusia yang dioperasikan Suriah terlihat dihancurkan oleh rudal jelajah Spike NLOS.
Mantan Wakil Komandan Angkatan Udara Rusia, Aytech Bizhev, mengatakan bahwa hanya ada dua penjelasan yang mungkin untuk serangan yang mengalahkan sistem Pantsir-S1.
"Salah satunya adalah bahwa mereka telah menggunakan cadangan amunisinya. Yang lain adalah bahwa (sistem) itu dimatikan; itu bukan pertempuran yang siap," kata Bizhev kepada Russia Today, yang dilansir Sabtu (12/5/2018).
"Tidak ada pilihan ketiga karena (Pantsir-S1) tidak akan membiarkan dirinya dihancurkan. Ketika sistem itu siap tempur, sistem itu melakukan pengawasan konstan terhadap pesawat musuh dan memiliki waktu reaksi yang sangat cepat. Itu akan menjatuhkan rudal jelajah dengan baik," paparnya.
Dalam rekaman video tersebut, ada tiga orang yang berdiri di luar kendaraan operasional sistem Pantsir-S1 yang kemungkinan mereka adalah kru. Orang-orang itu terlihat tidak mengoperasikan sistem pertahanan udara pada saat serangan terjadi.
Menurut Bizhev, Angkatan Udara Israel menggunakan keuntungan geografisnya untuk membidik militer Suriah yang lengah pada hari Kamis.
"Tidak peduli seberapa terlatih personel Anda dan seberapa bagus perangkat keras Anda, Anda tahu bahwa waktu terbang antara Israel dan Suriah adalah nol (karena negara-negara memiliki perbatasan bersama). Selanjutnya, jet tempur F-15 dan F-16 Israel membawa serangan tanpa memasuki area pertahanan udara (Suriah)," ujar Bizhev.
"Mereka mendekat di dataran rendah kemudian memantul dari belakang Dataran Tinggi Golan, melakukan serangan dan pergi," papar Bizhev.
Menurut ahli militer, Pantsir-S1 membutuhkan waktu antara tiga hingga lima menit untuk beroperasi. Menjaga sistem itu siaga penuh setiap saat adalah tidak mungkin, karena benar-benar melelahkan bagi kru.
Seorang pengamat militer untuk situs Gazeta.ru, pensiunan Kolonel Mikhail Khodorenok, juga menunjukkan bahwa sistem pertahanan buatan Rusia sama sekali tidak disamarkan atau ditempatkan dalam posisi yang disiapkan khusus pada saat serangan udara Israel. "Ini menunjukkan bahwa Pantsir-S1 belum siap untuk pertempuran," ujarnya.
Khodorenok mengatakan bahwa insiden di Suriah tidak memberikan alasan untuk mempertanyakan kemampuan tempur yang tinggi dari sistem Pantsir-S1.
Rekaman video itu hasil serangan militer Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di wilayah Suriah pada Kamis dini hari lalu. IDF dengan puluhan jet tempur menembakkan lebih dari 60 rudal. Menurut IDF, target serangan adalah basis-basis militer Iran di berbagai wilayah Suriah.
Sistem Pantsir-S1 buatan Rusia yang dioperasikan Suriah terlihat dihancurkan oleh rudal jelajah Spike NLOS.
Mantan Wakil Komandan Angkatan Udara Rusia, Aytech Bizhev, mengatakan bahwa hanya ada dua penjelasan yang mungkin untuk serangan yang mengalahkan sistem Pantsir-S1.
"Salah satunya adalah bahwa mereka telah menggunakan cadangan amunisinya. Yang lain adalah bahwa (sistem) itu dimatikan; itu bukan pertempuran yang siap," kata Bizhev kepada Russia Today, yang dilansir Sabtu (12/5/2018).
"Tidak ada pilihan ketiga karena (Pantsir-S1) tidak akan membiarkan dirinya dihancurkan. Ketika sistem itu siap tempur, sistem itu melakukan pengawasan konstan terhadap pesawat musuh dan memiliki waktu reaksi yang sangat cepat. Itu akan menjatuhkan rudal jelajah dengan baik," paparnya.
Dalam rekaman video tersebut, ada tiga orang yang berdiri di luar kendaraan operasional sistem Pantsir-S1 yang kemungkinan mereka adalah kru. Orang-orang itu terlihat tidak mengoperasikan sistem pertahanan udara pada saat serangan terjadi.
Menurut Bizhev, Angkatan Udara Israel menggunakan keuntungan geografisnya untuk membidik militer Suriah yang lengah pada hari Kamis.
"Tidak peduli seberapa terlatih personel Anda dan seberapa bagus perangkat keras Anda, Anda tahu bahwa waktu terbang antara Israel dan Suriah adalah nol (karena negara-negara memiliki perbatasan bersama). Selanjutnya, jet tempur F-15 dan F-16 Israel membawa serangan tanpa memasuki area pertahanan udara (Suriah)," ujar Bizhev.
"Mereka mendekat di dataran rendah kemudian memantul dari belakang Dataran Tinggi Golan, melakukan serangan dan pergi," papar Bizhev.
Menurut ahli militer, Pantsir-S1 membutuhkan waktu antara tiga hingga lima menit untuk beroperasi. Menjaga sistem itu siaga penuh setiap saat adalah tidak mungkin, karena benar-benar melelahkan bagi kru.
Seorang pengamat militer untuk situs Gazeta.ru, pensiunan Kolonel Mikhail Khodorenok, juga menunjukkan bahwa sistem pertahanan buatan Rusia sama sekali tidak disamarkan atau ditempatkan dalam posisi yang disiapkan khusus pada saat serangan udara Israel. "Ini menunjukkan bahwa Pantsir-S1 belum siap untuk pertempuran," ujarnya.
Khodorenok mengatakan bahwa insiden di Suriah tidak memberikan alasan untuk mempertanyakan kemampuan tempur yang tinggi dari sistem Pantsir-S1.
(mas)