Iran Ancam Tingkatkan Pengayaan Nuklir
A
A
A
TEHERAN - Iran memperingatkan pihaknya siap untuk memulai kembali pengayaan nuklir pada "skala industri". Ancaman ini muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional.
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif. Meski begitu, Zarif menyatakan akan mencoba dan menyelamatkan kesepakatan itu dengan memulai putaran diplomasi internasional.
"Pada saat yang sama, kami akan membuat persiapan untuk memulai kembali program pengayaan nuklir," katanya seperti dikutip dari CNN, Sabtu (12/5/2018).
Dalam pernyataannya, Zarif menuduh Trump tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dan bodoh. Ia juga mengatakan kebijakan luar negeri AS telah menyeret Timur Tengah ke dalam kekacauan.
Ia mengatakan Iran akan berusaha menyelamatkan kesepakatan nuklir melalui negosiasi dengan negara-negara Eropa yang ikut menandatangani kesepakatan itu. Zarif akan bertemu dengan rekan-rekannya dari Jerman, Prancis dan Inggris di Brussels pada hari Selasa pekan depan.
Sementara itu Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan keputusan AS untuk menarik diri dari kesepakatan itu merupakan pukulan serius. Berbicara pada konferensi Hari Katolik di Muenster, Merkel mengatakan akan sulit untuk menjaga kesepakatan tetap hidup, mengingat bahwa kekuatan ekonomi besar telah pergi.
"Kami berharap kami bisa, tetapi ada banyak hal yang berperan dalam hal ini," katanya.
"Kami harus mendiskusikannya dengan Iran," tukasnya.
Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir yang bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015 pada Rabu lalu. Keputusan Trump ini menuai kecaman dari negara-negara penandatangan kesepakatan tersebut. Tindakan Trump sama artinya dengan pengkhianatan perjanjian nuklir yang telah disepakati.
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif. Meski begitu, Zarif menyatakan akan mencoba dan menyelamatkan kesepakatan itu dengan memulai putaran diplomasi internasional.
"Pada saat yang sama, kami akan membuat persiapan untuk memulai kembali program pengayaan nuklir," katanya seperti dikutip dari CNN, Sabtu (12/5/2018).
Dalam pernyataannya, Zarif menuduh Trump tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dan bodoh. Ia juga mengatakan kebijakan luar negeri AS telah menyeret Timur Tengah ke dalam kekacauan.
Ia mengatakan Iran akan berusaha menyelamatkan kesepakatan nuklir melalui negosiasi dengan negara-negara Eropa yang ikut menandatangani kesepakatan itu. Zarif akan bertemu dengan rekan-rekannya dari Jerman, Prancis dan Inggris di Brussels pada hari Selasa pekan depan.
Sementara itu Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan keputusan AS untuk menarik diri dari kesepakatan itu merupakan pukulan serius. Berbicara pada konferensi Hari Katolik di Muenster, Merkel mengatakan akan sulit untuk menjaga kesepakatan tetap hidup, mengingat bahwa kekuatan ekonomi besar telah pergi.
"Kami berharap kami bisa, tetapi ada banyak hal yang berperan dalam hal ini," katanya.
"Kami harus mendiskusikannya dengan Iran," tukasnya.
Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir yang bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015 pada Rabu lalu. Keputusan Trump ini menuai kecaman dari negara-negara penandatangan kesepakatan tersebut. Tindakan Trump sama artinya dengan pengkhianatan perjanjian nuklir yang telah disepakati.
(ian)