Netanyahu Sombongkan Israel Bak Dinding Besi, Mustahil Ditembus Musuh
A
A
A
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengumbar ancaman pembalasan jika ada setiap negara yang nekat menyerang Israel. Dia menyombongkan pertahanan negaranya ibarat "dinding besi" yang mustahil ditembus musuh.
Komentar itu muncul di saat Amerika Serikat (AS) sedang bersiap menentukan keputusannya apakah bertahan atau menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2015.
Pernyataan Netanyahu ini juga hanya berselang sehari setelah media-media Israel memperingatkan potensi serangan rudal dari Iran sebagai balas dendam atas serangan Tel Aviv terhadap pangkalan udara Suriah yang menewaskan beberapa personel militer Teheran beberapa waktu lalu.
Tanpa menyebut Iran, Netanyahu memperingatkan bahwa setiap negara yang berencana untuk menargetkan Israel harus tahu bahwa Tel Aviv akan membalas.
"Musuh potensial yang mengancam untuk menghancurkan Israel akan menemukan 'dinding besi' yang tidak akan pernah ditembus," katanya, seperti dikutip Jerusalem Post, Selasa (8/5/2018).
"Perjuangan kami dilancarkan dengan tetap menjaga kemurnian senjata, dan dalam upaya terus-menerus untuk mencegah, sebanyak mungkin, yang merugikan warga sipil tak bersalah. Tidak ada lagi tentara etis ketimbang IDF (Pasukan Pertahanan Israel)," ujar Netanyahu.
Sementara itu, Kepala Staf Militer Iran, Mohammad Baqeri, menegaskan bahwa Teheran siap dan siap untuk menanggapi dengan cara yang sama terhadap kemungkinan tindakan agresi terhadap Republik Islam Iran.
"Jika musuh melemparkan mata tamak pada kepentingan kami atau melakukan tindakan agresi sedikit pun, Republik Islam akan memberikan respons yang tepat pada waktu yang tepat," kata Baqeri yang disiarkan stasiun televisi pemerintah Iran.
Pernyataan Netanyahu dan Baqeri muncul setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan dalam sebuah posting Twitter bahwa pada hari Selasa waktu Washington dia akan mengumumkan keputusannya mengenai posisi AS dalam perjanjian nuklir Iran tahun 2015 yang bernama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Trump telah berulang kali menyuarakan ketidakpuasannya dengan JCPOA. Dia telah meminta Kongres AS untuk mengatasi kekurangan dalam kesepakatan nuklir Iran tersebut atau dia akan membuat Washington menarik diri dari perjanjian JCPOA.
Awal pekan lalu, Trump menyalahkan mantan Menteri Luar Negeri AS John Kerry karena terlibat dalam diplomasi ilegal dengan para pejabat Iran untuk mencoba menyelamatkan perjanjian itu.
Rusia, yang ambil bagian dalam perjanjian itu, mengisyaratkan diri untuk tetap bertahan dengan JCPOA selama penandatangan lain juga melakukannya. Moskow telah berulang kali menggarisbawahi bahwa kesepakatan nuklir itu sudah tidak perlu diubah.
(mas)
Komentar itu muncul di saat Amerika Serikat (AS) sedang bersiap menentukan keputusannya apakah bertahan atau menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2015.
Pernyataan Netanyahu ini juga hanya berselang sehari setelah media-media Israel memperingatkan potensi serangan rudal dari Iran sebagai balas dendam atas serangan Tel Aviv terhadap pangkalan udara Suriah yang menewaskan beberapa personel militer Teheran beberapa waktu lalu.
Tanpa menyebut Iran, Netanyahu memperingatkan bahwa setiap negara yang berencana untuk menargetkan Israel harus tahu bahwa Tel Aviv akan membalas.
"Musuh potensial yang mengancam untuk menghancurkan Israel akan menemukan 'dinding besi' yang tidak akan pernah ditembus," katanya, seperti dikutip Jerusalem Post, Selasa (8/5/2018).
"Perjuangan kami dilancarkan dengan tetap menjaga kemurnian senjata, dan dalam upaya terus-menerus untuk mencegah, sebanyak mungkin, yang merugikan warga sipil tak bersalah. Tidak ada lagi tentara etis ketimbang IDF (Pasukan Pertahanan Israel)," ujar Netanyahu.
Sementara itu, Kepala Staf Militer Iran, Mohammad Baqeri, menegaskan bahwa Teheran siap dan siap untuk menanggapi dengan cara yang sama terhadap kemungkinan tindakan agresi terhadap Republik Islam Iran.
"Jika musuh melemparkan mata tamak pada kepentingan kami atau melakukan tindakan agresi sedikit pun, Republik Islam akan memberikan respons yang tepat pada waktu yang tepat," kata Baqeri yang disiarkan stasiun televisi pemerintah Iran.
Pernyataan Netanyahu dan Baqeri muncul setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan dalam sebuah posting Twitter bahwa pada hari Selasa waktu Washington dia akan mengumumkan keputusannya mengenai posisi AS dalam perjanjian nuklir Iran tahun 2015 yang bernama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Trump telah berulang kali menyuarakan ketidakpuasannya dengan JCPOA. Dia telah meminta Kongres AS untuk mengatasi kekurangan dalam kesepakatan nuklir Iran tersebut atau dia akan membuat Washington menarik diri dari perjanjian JCPOA.
Awal pekan lalu, Trump menyalahkan mantan Menteri Luar Negeri AS John Kerry karena terlibat dalam diplomasi ilegal dengan para pejabat Iran untuk mencoba menyelamatkan perjanjian itu.
Rusia, yang ambil bagian dalam perjanjian itu, mengisyaratkan diri untuk tetap bertahan dengan JCPOA selama penandatangan lain juga melakukannya. Moskow telah berulang kali menggarisbawahi bahwa kesepakatan nuklir itu sudah tidak perlu diubah.
(mas)