Iran Tegaskan Kesepakatan Nuklir Tidak Bisa Direnegosiasi
A
A
A
TEHERAN - Menteri Luar Negeri Iran mengatakan bahwa tuntutan Amerika Serikat (AS) untuk merubah perjanjian nuklir 2015 dengan kekuatan dunia tidak dapat diterima. Presiden AS Donald Trump memberikan tenggat waktu untuk Eropa guna memperbaiki kesepakatan tersebut.
Trump telah memperingatkan bahwa kecuali jika sekutu Eropa memperbaiki "kekurangan yang mengerikan" dalam perjanjian internasional pada 12 Mei, ia akan menolak untuk memperpanjang sanksi AS bagi Republik Islam yang memproduksi minyak.
"Iran tidak akan menegosiasikan kembali apa yang telah disepakati bertahun-tahun lalu dan telah dilaksanakan," kata Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif dalam pesan video yang diposting di YouTube seperti dikutip dari Reuters, Jumat (4/5/2018).
Inggris, Prancis, dan Jerman menyatakan tetap berkomitmen dengan kesepakatan tersebut. Namun belakangan, dalam upaya untuk mempertahankan Washington di dalamnya, ketiganya ingin membuka pembicaraan tentang program rudal balistik Iran, aktivitas nuklirnya setelah 2025 - ketika syarat utama berakhir - dan peran Teheran dalam krisis Timur Tengah seperti Suriah dan Yaman.
Penandatangan kesepakatan itu asal Eropa telah berusaha membujuk Trump untuk menyelamatkan pakta tersebut, yang dicapai di bawah pendahulunya Barack Obama. Mereka berpendapat bahwa sangat penting untuk mencegah perlombaan senjata Timur Tengah yang tidak stabil dan bahwa Iran telah mematuhi ketentuan-ketentuannya, posisi yang juga diambil oleh penilaian intelijen AS dan badan pengawas nuklir AS.
"Biarkan saya membuatnya benar-benar jelas dan sekali untuk selamanya: kami tidak akan mengalihdayakan keamanan kami juga tidak akan kami renegosiasi atau tambahkan ke kesepakatan yang telah kami terapkan dengan itikad baik," tegas Zarif.
"Untuk memasukkannya ke dalam istilah real estate, ketika Anda membeli rumah dan memindahkan keluarga Anda, atau menghancurkannya untuk membangun gedung pencakar langit, Anda tidak dapat kembali dua tahun kemudian dan menegosiasikan kembali harga," imbuhnya merujuk pada masa lalu Trump sebagai raja properti.
Menentang tuntutan Barat, Iran telah berulang kali mengatakan tidak memiliki niat untuk mengurangi jejaknya dalam urusan Timur Tengah dan kemampuan rudalnya, yang telah dikatakan bersifat defensif dan tidak ada hubungannya dengan kegiatan nuklir yang tercakup dalam kesepakatan itu.
"Sekarang tampak bahwa beberapa orang Eropa telah menawarkan lebih banyak konsesi dari kantong kami," kata Zarif.
"Penenangan ini (terhadap Trump) memerlukan kesepakatan baru yang akan mencakup hal-hal yang kita semua putuskan untuk kecualikan pada awal negosiasi kita," imbuhnya.
Zarif, berbicara dalam bahasa Inggris di video YouTube, mengatakan AS telah secara konsisten melanggar kesepakatan nuklir, terutama dengan mengintimidasi orang lain untuk mencegah bisnis kembali dengan Iran.
Bank-bank dan bisnis besar Eropa terus menghindari berhubungan dengan Iran karena takut jatuh akibat sanksi AS yang tersisa, menghambat upaya Iran untuk membangun kembali perdagangan luar negeri dan memikat investasi asing yang sangat dibutuhkan untuk ekonominya.
Sementara itu penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei juga memperingatkan orang Eropa tentang niatan "merevisi" kesepakatan nuklir. Kesepakatan nuklir internasional secara ketat telah membatasi pengayaan uranium untuk membantu meredakan kekhawatiran Teheran bakal memproduksi bom atom dan mendapatkan bantuan atas sanksi sebagai balasannya.
"Bahkan jika sekutu AS, terutama Eropa, mencoba untuk merevisi kesepakatan, salah satu pilihan kami akan menarik diri dari itu," kata televisi pemerintah mengutip pernyataan Ali Akbar Velayati.
Trump telah memperingatkan bahwa kecuali jika sekutu Eropa memperbaiki "kekurangan yang mengerikan" dalam perjanjian internasional pada 12 Mei, ia akan menolak untuk memperpanjang sanksi AS bagi Republik Islam yang memproduksi minyak.
"Iran tidak akan menegosiasikan kembali apa yang telah disepakati bertahun-tahun lalu dan telah dilaksanakan," kata Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif dalam pesan video yang diposting di YouTube seperti dikutip dari Reuters, Jumat (4/5/2018).
Inggris, Prancis, dan Jerman menyatakan tetap berkomitmen dengan kesepakatan tersebut. Namun belakangan, dalam upaya untuk mempertahankan Washington di dalamnya, ketiganya ingin membuka pembicaraan tentang program rudal balistik Iran, aktivitas nuklirnya setelah 2025 - ketika syarat utama berakhir - dan peran Teheran dalam krisis Timur Tengah seperti Suriah dan Yaman.
Penandatangan kesepakatan itu asal Eropa telah berusaha membujuk Trump untuk menyelamatkan pakta tersebut, yang dicapai di bawah pendahulunya Barack Obama. Mereka berpendapat bahwa sangat penting untuk mencegah perlombaan senjata Timur Tengah yang tidak stabil dan bahwa Iran telah mematuhi ketentuan-ketentuannya, posisi yang juga diambil oleh penilaian intelijen AS dan badan pengawas nuklir AS.
"Biarkan saya membuatnya benar-benar jelas dan sekali untuk selamanya: kami tidak akan mengalihdayakan keamanan kami juga tidak akan kami renegosiasi atau tambahkan ke kesepakatan yang telah kami terapkan dengan itikad baik," tegas Zarif.
"Untuk memasukkannya ke dalam istilah real estate, ketika Anda membeli rumah dan memindahkan keluarga Anda, atau menghancurkannya untuk membangun gedung pencakar langit, Anda tidak dapat kembali dua tahun kemudian dan menegosiasikan kembali harga," imbuhnya merujuk pada masa lalu Trump sebagai raja properti.
Menentang tuntutan Barat, Iran telah berulang kali mengatakan tidak memiliki niat untuk mengurangi jejaknya dalam urusan Timur Tengah dan kemampuan rudalnya, yang telah dikatakan bersifat defensif dan tidak ada hubungannya dengan kegiatan nuklir yang tercakup dalam kesepakatan itu.
"Sekarang tampak bahwa beberapa orang Eropa telah menawarkan lebih banyak konsesi dari kantong kami," kata Zarif.
"Penenangan ini (terhadap Trump) memerlukan kesepakatan baru yang akan mencakup hal-hal yang kita semua putuskan untuk kecualikan pada awal negosiasi kita," imbuhnya.
Zarif, berbicara dalam bahasa Inggris di video YouTube, mengatakan AS telah secara konsisten melanggar kesepakatan nuklir, terutama dengan mengintimidasi orang lain untuk mencegah bisnis kembali dengan Iran.
Bank-bank dan bisnis besar Eropa terus menghindari berhubungan dengan Iran karena takut jatuh akibat sanksi AS yang tersisa, menghambat upaya Iran untuk membangun kembali perdagangan luar negeri dan memikat investasi asing yang sangat dibutuhkan untuk ekonominya.
Sementara itu penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei juga memperingatkan orang Eropa tentang niatan "merevisi" kesepakatan nuklir. Kesepakatan nuklir internasional secara ketat telah membatasi pengayaan uranium untuk membantu meredakan kekhawatiran Teheran bakal memproduksi bom atom dan mendapatkan bantuan atas sanksi sebagai balasannya.
"Bahkan jika sekutu AS, terutama Eropa, mencoba untuk merevisi kesepakatan, salah satu pilihan kami akan menarik diri dari itu," kata televisi pemerintah mengutip pernyataan Ali Akbar Velayati.
(ian)