China Gagal Dapat Dukungan India
A
A
A
BEIJING - China gagal mendapat dukungan India untuk proyek infrastruktur ambisius Belt and Road atau disebut Jalur Sutra Baru. Kegagalan ini terjadi dalam pertemuan para menteri luar negeri (menlu) anggota Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) pimpinan China dan Rusia. Belt and Road merupakan inisiatif yang dicanangkan Presiden China Xi Jinping untuk membangun infrastruktur yang menghubungkan China dengan seluruh wilayah Asia dan kawasan lain.
India tidak menandatangani inisiatif itu sebagai bagian dari salah satu proyek utama Koridor Ekonomi China-Pakistan senilai USD57 miliar yang terbentang melintasi Kashmir yang dikontrol Pakistan. Keterlibatan India dalam inisiatif itu sangat penting dalam pertemuan informal antara Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi dan Presiden Xi pada Jumat (27/4) dan Sabtu (28/4).
Meski demikian, Menteri Luar Negeri India tidak menyatakan mendukung Belt and Road dalam pernyataan bersama yang dirilis setelah pertemuan para menlu SCO di Beijing. India, bersama Pakistan, bergabung kelompok SCO tahun lalu.
Dari semua menlu lainnya, dari Kazakhstan, Kirgistan, Pakistan, Rusia, Tajikistan dan Uzbekistan, mereka mendukung proposal Belt and Road yang dicanangkan China. Tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang hal itu.
Pernyataan bersama merupakan ekspresi persatuan para menteri dalam berbagai isu mulai dari dukungan pada kesepakatan nuklir Iran hingga perlunya memerangi penyebaran ekstremisme. Modi datang ke China sebagai upaya mendekatkan hubungan kedua negara setelah setahun ketegangan.
Militer kedua raksasa Asia itu terlibat baku tembak selama 73 hari di wilayah perbatasan terpencil Himalaya pada tahun lalu. Pada satu titik, para tentara dari kedua negara saling melempar batu dan saling pukul.
Konfrontasi antara dua kekuatan nuklir di wilayah Himalaya itu menunjukkan kekhawatiran India terhadap meluasnya pengaruh ekonomi dan keamanan China di Asia Selatan.
Saat berbicara dalam konferensi pers, juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China Lu Kang menyatakan kesediaan kedua negara sepakat menggelar pertemuan informal itu sebagai ide bagus. “Ini dapat menyediakan atmosfer yang nyaman untuk kedua pemimpin negara agar memiliki pertukaran penuh dan mendalam tentang isu-isu penting yang menjadi kekhawatiran bersama,” papar Lu, dikutip kantor berita Reuters. (Syarifudin)
India tidak menandatangani inisiatif itu sebagai bagian dari salah satu proyek utama Koridor Ekonomi China-Pakistan senilai USD57 miliar yang terbentang melintasi Kashmir yang dikontrol Pakistan. Keterlibatan India dalam inisiatif itu sangat penting dalam pertemuan informal antara Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi dan Presiden Xi pada Jumat (27/4) dan Sabtu (28/4).
Meski demikian, Menteri Luar Negeri India tidak menyatakan mendukung Belt and Road dalam pernyataan bersama yang dirilis setelah pertemuan para menlu SCO di Beijing. India, bersama Pakistan, bergabung kelompok SCO tahun lalu.
Dari semua menlu lainnya, dari Kazakhstan, Kirgistan, Pakistan, Rusia, Tajikistan dan Uzbekistan, mereka mendukung proposal Belt and Road yang dicanangkan China. Tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang hal itu.
Pernyataan bersama merupakan ekspresi persatuan para menteri dalam berbagai isu mulai dari dukungan pada kesepakatan nuklir Iran hingga perlunya memerangi penyebaran ekstremisme. Modi datang ke China sebagai upaya mendekatkan hubungan kedua negara setelah setahun ketegangan.
Militer kedua raksasa Asia itu terlibat baku tembak selama 73 hari di wilayah perbatasan terpencil Himalaya pada tahun lalu. Pada satu titik, para tentara dari kedua negara saling melempar batu dan saling pukul.
Konfrontasi antara dua kekuatan nuklir di wilayah Himalaya itu menunjukkan kekhawatiran India terhadap meluasnya pengaruh ekonomi dan keamanan China di Asia Selatan.
Saat berbicara dalam konferensi pers, juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China Lu Kang menyatakan kesediaan kedua negara sepakat menggelar pertemuan informal itu sebagai ide bagus. “Ini dapat menyediakan atmosfer yang nyaman untuk kedua pemimpin negara agar memiliki pertukaran penuh dan mendalam tentang isu-isu penting yang menjadi kekhawatiran bersama,” papar Lu, dikutip kantor berita Reuters. (Syarifudin)
(nfl)