Ortega Tawarkan Perubahan Kebijakan

Senin, 23 April 2018 - 09:40 WIB
Ortega Tawarkan Perubahan...
Ortega Tawarkan Perubahan Kebijakan
A A A
MANAGUA - Presiden Nikaragua Daniel Ortega bersedia mempertimbangkan perubahan kebijakan jaminan sosial yang memicu unjuk rasa berdarah selama beberapa hari.

Unjuk rasa ini menjadi tantangan terbesar selama kepemimpinannya. Sedikitnya enam orang tewas sejak Nikaragua memulai unjuk rasa pada Rabu (18/4) untuk menentang kenaikan kontribusi yang harus dibayar pekerja dan turunnya nilai pensiun.

Demonstrasi untuk melawan Ortega yang mantan gerilyawan Marxis itu jarang terjadi. Pada Sabtu (21/4), media lokal melaporkan seorang jurnalis tertembak mati saat siaran langsung unjuk rasa dari Bluefields, kota di pantai Karibia, Nikaragua. Tayangan insiden itu pun segera menyebar ke warga lokal dan media sosial.

Jurnalis pria bernama Angel Gahona itu sedang menayangkan unjuk rasa kemudian terdengar suara tembakan dan dia terjatuh di tanah dengan darah mengucur dari kepalanya. Video merekam kejadian tersebut. Gahona sedang menjelaskan tentang mesin anjungan tunai mandiri (ATM) yang rusak menggunakan smartphone dia. Bersamaan itu, seorang kameramen merekam dari belakangnya. Surat kabar lokal El Nuevo Diario melaporkan, Gahona sedang siaran langsung di Facebook.

Sebelumnya, Ortega menyatakan perubahan tunjangan tidak akan berlaku hingga 1 Juli sehingga ada waktu untuk berunding antara pemerintah dan sektor swasta. “Kita akan melihat apa perubahan yang dapat dibuat untuk dekrit ini atau apakah kita perlu melakukan sesuatu yang baru lagi,” papar dia dalam pidato yang disiarkan televisi.

“Harapannya, kita dapat menemukan cara lebih baik untuk membuat perubahan ini. Mungkin kita dapat menemukan cara untuk menutupi bagian yang diterapkan pada para pekerja dan khususnya para pensiunan,” ungkap Ortega.

Meski demikian, lobi sektor swasta Nikaragua, COSEP mengeluarkan pernyataan pihaknya tidak akan mengikuti perundingan hingga pemerintah menghentikan represi oleh kepolisian, membebaskan demonstran yang ditahan untuk unjuk rasa damai dan memulihkan kembali kebebasan berpendapat.

“Kami mendesak pemerintah menciptakan kondisi ini segera untuk menghindari pertumpahan darah lebih banyak,” papar COSEP.

Palang Merah menjelaskan, sedikitnya lima orang tewas dalam unjuk rasa di Managua dan tempat lain di Tipitapa, timur laut ibu kota. Ratusan orang terluka.

Kepolisian menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan demonstran dan kekacauan berlanjut di Managua pada Sabtu (21/4). “Sebagian besar korban tewas akibat senjata api,” papar Lissett Guido, juru bicara Palang Merah di Nikaragua.

Guido tidak mengonfirmasi laporan bahwa sedikitnya 25 orang tewas. Korban tewas lainnya diduga terjadi di wilayah lain yang tidak dapat dijangkau Palang Merah.

Ortega memegang posisi presiden satu periode pada era 1980-an. Dia kemudian memegang jabatan itu sejak kembali berkuasa pada 2007.

Melalui percampuran kebijakan sosialis dan kapitalis, Ortega menciptakan masa pertumbuhan yang stabil sambil memperkuat kekuasaannya. Para pengkritik menuduhnya berupaya menciptakan kediktatoran di lingkaran keluarganya.

Wakil Presiden Nikaragua Rosario Murillo merupakan istri Ortega. Murillo menyatakan, hampir 10 orang tewas dalam kekerasan yang terjadi di penjuru negeri. “Sedikitnya 28 polisi terluka,” kata Murillo.

Pemerintah berpendapat perubahan keamanan sosial secara fiskal diperlukan tapi ratusan pensiunan mulai menggelar unjuk rasa pada Rabu (18/4) setelah pemerintah menyetujui perubahan kebijakan. Mereka segera bergabung dengan ribuan mahasiswa dan pekerja di penjuru negeri dan memicu unjuk rasa melawan personil kepolisian.

Sedikitnya tiga stasiun televisi lokal menyiarkan unjuk rasa itu secara live tapi sinyal mereka tiba-tiba diputus. Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk hak asasi manusia (HAM) menyatakan kekhawatiran atas kekerasan itu. Mereka mendesak otoritas Nikaragua menghentikan serangan lebih lanjut pada demonstran dan media.

Paus Fransiskus juga menyerukan dihentikannya kekerasan di Nikaragua. Saat berbicara pada puluhan ribu orang di Lapangan Santo Peter pada khutbah kemarin, Paus menyerukan diakhirinya setiap bentuk kekerasan menghindari pertumpahan darah yang tidak berguna. (Syarifudin)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7346 seconds (0.1#10.140)