Dikerjain Israel-AS, Sistem Pertahanan Suriah Tembakkan Rudal
A
A
A
DAMASKUS - Sistem pertahanan Suriah pada Senin malam dilaporkan menembak jatuh rudal-rudal musuh yang targetkan pangkalan Shayrat, Homs, dan bandara militer Dumair dekat Damaskus. Namun, sistem pertahanan itu menembakkan beberapa rudal karena alarm palsu akibat serangan siber oleh Israel dan Amerika Serikat (AS).
Seorang komandan milisi pendukung pasukan rezim Suriah yang berbicara dalam kondisi anonim kepada Reuters mengonfirmasi serangan siber pengganggu sistem pertahanan udara rezim Damaskus. Serangan siber itu mengacaukan kerja radar dari sistem tersebut, namun para ahli Rusia dengan cepat mengatasinya.
Semula, media pemerintah Suriah dan media Lebanon melaporkan bahwa pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad dengan sistem pertahanannya telah menembak jatuh rudal-rudal penyerang pangkalan Shayrat dan bandara Dumair.
Aktifnya sistem pertahanan itu juga memicu laporan bahwa negeri Bashar al-Assad diserang lagi oleh AS dan sekutunya setelah serangan ratusan rudal pada Sabtu pekan lalu. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia bahkan melaporkan ada ledakan besar yang terdengar di dekat pangkalan Shayrat dan bandara Dumair.
Komandan milisi pro-Assad dan media-media lokal melaporkan bahwa pelaku serangan siber itu adalah Israel dan AS. Namun, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berkelit."IDF tidak menyadari adanya insiden semacam itu," kata seorang juru bicara IDF, seperti dikutip Times of Israel, Rabu (18/4/2018).
Di Washington, juru bicara Pentagon Heather Babb menegaskan bahwa AS tidak melakukan operasi militer di Suriah pada Senin malam."Tidak ada operasi AS atau koalisi di daerah itu," katanya. "Kami tidak mengomentari laporan seperti itu," katanya lagi.
Pangkalan udara Shayrat merupakan pangkalan yang ditargetkan oleh rudal-rudal jelajah Tomahawk AS pada April tahun 2017 lalu. Serangan yang diperintahkan oleh Presiden Donald Trump saat itu diklaim sebagai pembalasan atas dugaan serangan kimia di kota Khan Sheikhoun yang dikuasai pemberontak di Idlib.
Seorang pejabat militer rezim Damaskus yang tidak disebutkan namanya kepada stasiun televisi pemerintah Suriah mengatakan bahwa sistem pertahanan udara menembakkan sejumlah rudal karena alarm palsu. Namun, pejabat itu tidak memberikan informasi lebih lanjut.
Seorang komandan milisi pendukung pasukan rezim Suriah yang berbicara dalam kondisi anonim kepada Reuters mengonfirmasi serangan siber pengganggu sistem pertahanan udara rezim Damaskus. Serangan siber itu mengacaukan kerja radar dari sistem tersebut, namun para ahli Rusia dengan cepat mengatasinya.
Semula, media pemerintah Suriah dan media Lebanon melaporkan bahwa pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad dengan sistem pertahanannya telah menembak jatuh rudal-rudal penyerang pangkalan Shayrat dan bandara Dumair.
Aktifnya sistem pertahanan itu juga memicu laporan bahwa negeri Bashar al-Assad diserang lagi oleh AS dan sekutunya setelah serangan ratusan rudal pada Sabtu pekan lalu. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia bahkan melaporkan ada ledakan besar yang terdengar di dekat pangkalan Shayrat dan bandara Dumair.
Komandan milisi pro-Assad dan media-media lokal melaporkan bahwa pelaku serangan siber itu adalah Israel dan AS. Namun, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berkelit."IDF tidak menyadari adanya insiden semacam itu," kata seorang juru bicara IDF, seperti dikutip Times of Israel, Rabu (18/4/2018).
Di Washington, juru bicara Pentagon Heather Babb menegaskan bahwa AS tidak melakukan operasi militer di Suriah pada Senin malam."Tidak ada operasi AS atau koalisi di daerah itu," katanya. "Kami tidak mengomentari laporan seperti itu," katanya lagi.
Pangkalan udara Shayrat merupakan pangkalan yang ditargetkan oleh rudal-rudal jelajah Tomahawk AS pada April tahun 2017 lalu. Serangan yang diperintahkan oleh Presiden Donald Trump saat itu diklaim sebagai pembalasan atas dugaan serangan kimia di kota Khan Sheikhoun yang dikuasai pemberontak di Idlib.
Seorang pejabat militer rezim Damaskus yang tidak disebutkan namanya kepada stasiun televisi pemerintah Suriah mengatakan bahwa sistem pertahanan udara menembakkan sejumlah rudal karena alarm palsu. Namun, pejabat itu tidak memberikan informasi lebih lanjut.
(mas)