Israel Desak AS: Lupakan soal Gaza, Serang Rezim Suriah!
A
A
A
TEL AVIV - Laporan tentang serangan senjata kimia di Douma, Suriah, membuat para pejabat Israel mendesak masyarakat internasional terutama Amerika Serikat (AS) untuk melupakan konflik di Gaza, Palestina. Tel Aviv mendesak Washington untuk menyerang rezim Suriah.
Menteri Urusan Strategis dan Keamanan Publik Israel Gilad Erdan mengatakan, Washington harus meluncurkan serangan terhadap rezim Damaskus sebagai tanggapan atas dugaan serangan kimia di kota Douma.
Erdan kepada Army Radio melanjutkan bahwa dia secara pribadi berharap AS akan mengambil tindakan militer terhadap pemerintah Suriah yang dituduh sebagai pelaku serangan kimia di Douma.
Menteri Pembangunan Israel yang mantan jenderal IDF, Yoav Galant, mendesak Washington membidikkan serangan militernya secara langsung terhadap Presiden Suriah. "(Bashar) Al-Assad adalah malaikat maut, dan dunia akan lebih baik tanpa dia," kata Galant.
Pemimpin oposisi Israel Isaac Herzog juga meminta AS untuk mengambil tindakan militer yang menentukan terhadap Suriah.
Pada saat yang sama, para pejabat Israel tersebut merasa tidak nyaman dengan masyarakat internasional memperhatikan perkembangan di Gaza. Puluhan pemrotes Palestina telah dibunuh oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) selama protes massal di Jalur Gaza. Namun, Erdan mengatakan bahwa komunitas global melihat dari sudut pandang yang keliru.
"Serangan mengejutkan menunjukkan kemunafikan internasional yang luar biasa dari komunitas internasional yang berfokus pada Israel yang menghadapi organisasi teroris Hamas yang mengirim warga sipil ke pagar (perbatasan) kami, ketika puluhan orang terbunuh di Suriah setiap hari," katanya.
Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman juga mengecam masyarakat internasional, karena ketidaktahuan yang disengaja tentang tragedi kemanusiaan di Suriah dan negara-negara lain, tapi mengkritik secara tidak adil terhadap tindakan Israel di Gaza. "Dunia puas tentang kematian warga sipil di Suriah, sementara itu semuanya mengutuk IDF karena membunuh warga Palestina dalam aksi membela diri," kata Lieberman.
Pada saat yang sama, Lieberman tidak mengesampingkan campur tangan Israel dalam konflik Suriah. "Saya selalu beroperasi dengan asumsi bahwa, pada akhirnya, Israel harus berurusan dengan ancaman utara dan ancaman selatan," katanya ketika ditanya tentang perkembangan di Suriah, kepada KANN Radio, yang dilansir Senin (9/4/2018).
Dia juga mengkritik pernyataan Presiden AS Donald Trump yang akan menarikan pasukannya dari Suriah. Menurutnya, Presiden Trump tidak meminta pendapatnya tentang masalah ini.
Ide intervensi militer Israel di Suriah didukung oleh Kepala Rabbi Israel Yitzhak Yosef, yang menyebut perkembangan di negara Timur Tengah itu sebagai genosida terkejam. "Kami memiliki kewajiban moral untuk tidak diam dan mencoba menghentikan pembantaian ini," katanya yang dilansir Times of Israel.
Baik Suriah maupun Rusia menepis tuduhan bahwa Damaskus sebagai pelaku serangan kimia di Douma. Kedunya menyebutnya sebagai laporan berita palsu, yang bertujuan membantu ekstremis dan membenarkan potensi serangan terhadap pasukan Suriah.
Menteri Urusan Strategis dan Keamanan Publik Israel Gilad Erdan mengatakan, Washington harus meluncurkan serangan terhadap rezim Damaskus sebagai tanggapan atas dugaan serangan kimia di kota Douma.
Erdan kepada Army Radio melanjutkan bahwa dia secara pribadi berharap AS akan mengambil tindakan militer terhadap pemerintah Suriah yang dituduh sebagai pelaku serangan kimia di Douma.
Menteri Pembangunan Israel yang mantan jenderal IDF, Yoav Galant, mendesak Washington membidikkan serangan militernya secara langsung terhadap Presiden Suriah. "(Bashar) Al-Assad adalah malaikat maut, dan dunia akan lebih baik tanpa dia," kata Galant.
Pemimpin oposisi Israel Isaac Herzog juga meminta AS untuk mengambil tindakan militer yang menentukan terhadap Suriah.
Pada saat yang sama, para pejabat Israel tersebut merasa tidak nyaman dengan masyarakat internasional memperhatikan perkembangan di Gaza. Puluhan pemrotes Palestina telah dibunuh oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) selama protes massal di Jalur Gaza. Namun, Erdan mengatakan bahwa komunitas global melihat dari sudut pandang yang keliru.
"Serangan mengejutkan menunjukkan kemunafikan internasional yang luar biasa dari komunitas internasional yang berfokus pada Israel yang menghadapi organisasi teroris Hamas yang mengirim warga sipil ke pagar (perbatasan) kami, ketika puluhan orang terbunuh di Suriah setiap hari," katanya.
Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman juga mengecam masyarakat internasional, karena ketidaktahuan yang disengaja tentang tragedi kemanusiaan di Suriah dan negara-negara lain, tapi mengkritik secara tidak adil terhadap tindakan Israel di Gaza. "Dunia puas tentang kematian warga sipil di Suriah, sementara itu semuanya mengutuk IDF karena membunuh warga Palestina dalam aksi membela diri," kata Lieberman.
Pada saat yang sama, Lieberman tidak mengesampingkan campur tangan Israel dalam konflik Suriah. "Saya selalu beroperasi dengan asumsi bahwa, pada akhirnya, Israel harus berurusan dengan ancaman utara dan ancaman selatan," katanya ketika ditanya tentang perkembangan di Suriah, kepada KANN Radio, yang dilansir Senin (9/4/2018).
Dia juga mengkritik pernyataan Presiden AS Donald Trump yang akan menarikan pasukannya dari Suriah. Menurutnya, Presiden Trump tidak meminta pendapatnya tentang masalah ini.
Ide intervensi militer Israel di Suriah didukung oleh Kepala Rabbi Israel Yitzhak Yosef, yang menyebut perkembangan di negara Timur Tengah itu sebagai genosida terkejam. "Kami memiliki kewajiban moral untuk tidak diam dan mencoba menghentikan pembantaian ini," katanya yang dilansir Times of Israel.
Baik Suriah maupun Rusia menepis tuduhan bahwa Damaskus sebagai pelaku serangan kimia di Douma. Kedunya menyebutnya sebagai laporan berita palsu, yang bertujuan membantu ekstremis dan membenarkan potensi serangan terhadap pasukan Suriah.
(mas)