Sanksi Baru AS 'Tampar' Kroni Putin Termasuk 7 Orang Terkaya Rusia
A
A
A
WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi baru terhadap puluhan kroni Presiden Rusia Vladimir Putin. Target sanksi baru ini mencakup tujuh orang terkaya Rusia dan 17 pejabat tinggi pemerintah Moskow.
Tindakan terbaru Administrasi Donald Trump ini diumumkan pada hari Jumat sebagai upaya terakhir untuk "menampar" rezim Putin atas tuduhan ikut campur pemilu AS tahun 2016 dan "agresi" Rusia lainnya.
Orang-orang terkaya jadi target sanksi Washington karena dianggap berkontribusi untuk membuat pemerintahan Putin semakin otoriter.
Pemerintah Trump menyatakan, aset-aset oligarki Rusia akan dibekukan. Entitas dan individu AS juga dicegah atau dilarang melakukan bisnis dengan mereka yang masuk daftar orang yang dijatuhi sanksi.
"Pemerintah Rusia beroperasi untuk keuntungan yang tidak proporsional dari oligarki dan elite pemerintah," kata Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin.
"Para oligarki dan elite Rusia yang mendapat untung dari sistem korup ini tidak akan lagi terisolasi dari konsekuensi kegiatan destabilisasi pemerintah mereka," lanjut Mnuchin, seperti dikutip New York Times, Sabtu (7/4/2018).
Orang-orang Rusia yang dijatuhi sanksi baru AS salah satunya adalah Oleg V Deripaska, seorang oligarki yang pernah memiliki hubungan dekat dengan mantan manajer kampanye Trump, Paul Manafort.
Tokoh lain yang dikenai sanksi adalah Suleiman Kerimov, seorang pemodal yang dekat dengan Putin. Kemudian Vladimir Bogdanov, seorang eksekutif top Surgutneftegaz, sebuah perusahaan minyak Rusia; Igor Rotenberg, eksekutif minyak Rusia lainnya; Kirill Shamalov, seorang eksekutif energi yang menikahi putri Putin, Katerina Tikhonova; Andrei Skoch, seorang wakil Duma Negara Federasi Rusia; dan Viktor Vekselberg, ketua Renova Group, sebuah perusahaan investasi Rusia.
Kasus serangan racun terhadap mantan agen ganda Kremlin, Sergei Skripal, di Salisbury, Inggris, juga menjadi pertimbangan Washington untuk menjatuhkan sanksi baru. Dalam kasus Skripal, London menyalahkan Moskow sebagai dalang serangan. Namun, Kremlin telah membantahnya.
Menurut laporan media AS, "hukuman" untuk Rusia diusulkan Penasihat Keamanan Nasional Trump, Letnan Jenderal HR McMaster, yang dalam beberapa hari ke depan akan pensiun dan digantikan John Bolton.
Sementara itu, pemerintah Mosow mengecam saksi baru dari Washington. Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa demokrasi AS sedang terdegradasi karena Washington menggunakan segala cara guna mempertahankan hegemoni globalnya, bahkan dengan tindakan-tindakan yang merugikan rakyat Amerika.
Moskow menegaskan akan bereaksi terhadap babak baru sanksi anti-Rusia.
"Demokrasi Amerika jelas sedang terdegradasi. Keinginan (satu-satunya) adalah memastikan dengan segala cara bahwa hegemoni global AS tetap ada, termasuk menekan negara-negara yang melakukan jalur independen dan berbicara (dengan) suara mereka sendiri, tidak seperti sekutu NATO," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan.
Tindakan terbaru Administrasi Donald Trump ini diumumkan pada hari Jumat sebagai upaya terakhir untuk "menampar" rezim Putin atas tuduhan ikut campur pemilu AS tahun 2016 dan "agresi" Rusia lainnya.
Orang-orang terkaya jadi target sanksi Washington karena dianggap berkontribusi untuk membuat pemerintahan Putin semakin otoriter.
Pemerintah Trump menyatakan, aset-aset oligarki Rusia akan dibekukan. Entitas dan individu AS juga dicegah atau dilarang melakukan bisnis dengan mereka yang masuk daftar orang yang dijatuhi sanksi.
"Pemerintah Rusia beroperasi untuk keuntungan yang tidak proporsional dari oligarki dan elite pemerintah," kata Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin.
"Para oligarki dan elite Rusia yang mendapat untung dari sistem korup ini tidak akan lagi terisolasi dari konsekuensi kegiatan destabilisasi pemerintah mereka," lanjut Mnuchin, seperti dikutip New York Times, Sabtu (7/4/2018).
Orang-orang Rusia yang dijatuhi sanksi baru AS salah satunya adalah Oleg V Deripaska, seorang oligarki yang pernah memiliki hubungan dekat dengan mantan manajer kampanye Trump, Paul Manafort.
Tokoh lain yang dikenai sanksi adalah Suleiman Kerimov, seorang pemodal yang dekat dengan Putin. Kemudian Vladimir Bogdanov, seorang eksekutif top Surgutneftegaz, sebuah perusahaan minyak Rusia; Igor Rotenberg, eksekutif minyak Rusia lainnya; Kirill Shamalov, seorang eksekutif energi yang menikahi putri Putin, Katerina Tikhonova; Andrei Skoch, seorang wakil Duma Negara Federasi Rusia; dan Viktor Vekselberg, ketua Renova Group, sebuah perusahaan investasi Rusia.
Kasus serangan racun terhadap mantan agen ganda Kremlin, Sergei Skripal, di Salisbury, Inggris, juga menjadi pertimbangan Washington untuk menjatuhkan sanksi baru. Dalam kasus Skripal, London menyalahkan Moskow sebagai dalang serangan. Namun, Kremlin telah membantahnya.
Menurut laporan media AS, "hukuman" untuk Rusia diusulkan Penasihat Keamanan Nasional Trump, Letnan Jenderal HR McMaster, yang dalam beberapa hari ke depan akan pensiun dan digantikan John Bolton.
Sementara itu, pemerintah Mosow mengecam saksi baru dari Washington. Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa demokrasi AS sedang terdegradasi karena Washington menggunakan segala cara guna mempertahankan hegemoni globalnya, bahkan dengan tindakan-tindakan yang merugikan rakyat Amerika.
Moskow menegaskan akan bereaksi terhadap babak baru sanksi anti-Rusia.
"Demokrasi Amerika jelas sedang terdegradasi. Keinginan (satu-satunya) adalah memastikan dengan segala cara bahwa hegemoni global AS tetap ada, termasuk menekan negara-negara yang melakukan jalur independen dan berbicara (dengan) suara mereka sendiri, tidak seperti sekutu NATO," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan.
(mas)