Putin, Erdogan dan Rouhani Bahas Krisis Suriah di Ankara
A
A
A
ANKARA - Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menggelar pertemuan trilateral tentang krisis Suriah di Ankara pada hari Rabu (4/4/2018). Pertemuan digelar di tengah perkembangan signifikan yang terjadi di lapangan dalam perang sipil Suriah yang telah berlangsung tujuh tahun.
Putin tiba di Ankara pada hari Selasa dan disusul oleh Rouhani. Pertemuan untuk membahas krisis Suriah ini merupakan yang kedua kali sejak November lalu.
Pertemuan trilateral ini unik, karena Iran dan Rusia merupakan pendukung rezim pemerintah Suriah, sedangkan Turki mendukung oposisi moderat. Meski berbeda kebijakan, ketiga negara tersebut telah bekerjasama erat melalui serangkaian pembicaraan sejak tahun lalu yang bertujuan menemukan solusi untuk konflik Suriah.
Dalam pertemuan tahun 2017, ketiga negara menyepakati pembentukan berbagai zona de-eskalasi. Pembicaraan tersebut berlangsung di Sochi dan Astana.
Menurut Mensur Akgun, ketua departemen hubungan internasional di Universitas Kultur, Istanbul, ketiga negara itu secara bertahap semakin dekat atas isu Suriah sebagai akibat dari keinginan mereka untuk menyelesaikan krisis.
"Karena para aktor berpengaruh di Suriah, tidak satu pun dari ketiga negara itu yang tertarik dengan kelanjutan krisis serta kehadiran dan pengaruh Amerika Serikat (AS) di negara yang dilanda perang tersebut," kata Akgun kepada Al Jazeera.
"Mereka mencoba mencari jalan keluar meskipun ada perbedaan, dan menjaga integritas wilayah negara saat melakukan itu," ujarnya.
Presiden Erdogan kerap mengutuk krisis kemanusiaan yang terjadi di Ghouta Timur sebagai akibat dari pengepungan yang dilakukan oleh pasukan pemerintah Presiden Bashar al-Assad yang didukung pemerintah Iran dan Rusia.
Sementara itu, pasukan Turki dan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) telah menyerbu wilayah Afrin, Suriah untuk memerangi pasukan YPG Kurdi karena dianggap Ankara sebagai organisasi teroris. Pasukan Kurdi di Suriah merupakan sekutu AS dalam perang melawan kelompok Islamic State atau ISIS.
Operasi militer Ankara di Afrin telah dikecam rezim Suriah. Namun, pemerintah Erdogan mengklaim operasi itu bukan agresi melainkan operasi melawan kelompok teroris.
Sementara itu, hubungan Turki dan Rusia saat ini semakin baik. Kedua belah pihak telah menyelesaikan kesepakatan tentang pembelian sistem rudal S-400 Rusia oleh Ankara. Tak hanya itu, Rusia juga sepakat membangun reaktor nuklir pertama Turki pada 2023.
Putin tiba di Ankara pada hari Selasa dan disusul oleh Rouhani. Pertemuan untuk membahas krisis Suriah ini merupakan yang kedua kali sejak November lalu.
Pertemuan trilateral ini unik, karena Iran dan Rusia merupakan pendukung rezim pemerintah Suriah, sedangkan Turki mendukung oposisi moderat. Meski berbeda kebijakan, ketiga negara tersebut telah bekerjasama erat melalui serangkaian pembicaraan sejak tahun lalu yang bertujuan menemukan solusi untuk konflik Suriah.
Dalam pertemuan tahun 2017, ketiga negara menyepakati pembentukan berbagai zona de-eskalasi. Pembicaraan tersebut berlangsung di Sochi dan Astana.
Menurut Mensur Akgun, ketua departemen hubungan internasional di Universitas Kultur, Istanbul, ketiga negara itu secara bertahap semakin dekat atas isu Suriah sebagai akibat dari keinginan mereka untuk menyelesaikan krisis.
"Karena para aktor berpengaruh di Suriah, tidak satu pun dari ketiga negara itu yang tertarik dengan kelanjutan krisis serta kehadiran dan pengaruh Amerika Serikat (AS) di negara yang dilanda perang tersebut," kata Akgun kepada Al Jazeera.
"Mereka mencoba mencari jalan keluar meskipun ada perbedaan, dan menjaga integritas wilayah negara saat melakukan itu," ujarnya.
Presiden Erdogan kerap mengutuk krisis kemanusiaan yang terjadi di Ghouta Timur sebagai akibat dari pengepungan yang dilakukan oleh pasukan pemerintah Presiden Bashar al-Assad yang didukung pemerintah Iran dan Rusia.
Sementara itu, pasukan Turki dan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) telah menyerbu wilayah Afrin, Suriah untuk memerangi pasukan YPG Kurdi karena dianggap Ankara sebagai organisasi teroris. Pasukan Kurdi di Suriah merupakan sekutu AS dalam perang melawan kelompok Islamic State atau ISIS.
Operasi militer Ankara di Afrin telah dikecam rezim Suriah. Namun, pemerintah Erdogan mengklaim operasi itu bukan agresi melainkan operasi melawan kelompok teroris.
Sementara itu, hubungan Turki dan Rusia saat ini semakin baik. Kedua belah pihak telah menyelesaikan kesepakatan tentang pembelian sistem rudal S-400 Rusia oleh Ankara. Tak hanya itu, Rusia juga sepakat membangun reaktor nuklir pertama Turki pada 2023.
(mas)