Unik, Pohon 'Mahkota Duri' Yesus Mampu Lawan Perubahan Iklim

Kamis, 29 Maret 2018 - 16:38 WIB
Unik, Pohon Mahkota...
Unik, Pohon 'Mahkota Duri' Yesus Mampu Lawan Perubahan Iklim
A A A
NEOT KEDUMIM - Saat sengatan matahari membuat lereng-lereng tandus di sekitar Yerusalem, sebatang pohon unik ini tidak terpengaruh dan justru berbuah banyak. Pohon itu merupakan pohon dari spesies yang diyakini rantingnya sebagai mahkota duri dalam cerita penyaliban Yesus Kristus.

Pohon itu dikenal dengan nama Thorn Jujube atau Ziziphus Spina-Christi. Tak hanya berbuah banyak, pohon ini juga tumbuh dengan daun hijau segar meski kondisi di sekitarnya gersang.

Para ilmuwan Israel kini mempelajari pohon unik tersebut. Para ilmuwan percaya bahwa tanaman itu menjadi "spesies pelopor" dalam perang melawan perubahan iklim karena sifatnya yang tahan banting terhadap peningkatan suhu dan kegersangan.

Pohon Thorn Jujube dapat menyerap air dari bawah tanah dan mempertahankan kemampuan untuk berfotosintesis bahkan ketika terkena suhu tinggi dan radiasi matahari.

"Ini adalah salah satu dari beberapa spesies yang dapat kita tanam di lereng-lereng ini yang tidak memiliki apa-apa padanya," kata Shabtai Cohen dari Pusat Penelitian Pertanian Volcani Israel, yang telah bekerja dengan Institut Nasional Prancis untuk Penelitian Pertanian dan para peneliti di Universitas Ibrani Israel.

"Kami hanya tahu mungkin satu atau dua spesies lain yang bisa melakukan itu," ujarnya, seperti dikutip Reuters, Kamis (29/3/2018).

Berbagai tanaman telah diusulkan sebagai sumber dari "mahkota duri" Yesus seperti kisah dalam Alkitab. Dalam riwayat kitab suci, mahkota duri itu ditempatkan pada kepala Yesus Kristus menjelang penyaliban. Namun, konsensus di antara para sarjana Kristen cenderung sepakat bahwa Ziziphus Spina-Christi sebagai pohon yang jadi sumber "mahkota duri" Yesus.

Sama seperti mahkota yang dikaitkan dengan penderitaan, kematian dan diikuti oleh kebangkitan, para peneliti berharap pohon itu akan menyediakan makanan untuk lebah dan serangga yang dapat membantu mendukung kehidupan di daerah yang terancam oleh panas yang mematikan.

"Mempelajari atribut dan sifatnya akan membantu kami untuk membiakkan spesies yang kami inginkan di masa depan," kata Cohen.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9731 seconds (0.1#10.140)