Malala Mudik ke Pakistan 6 Tahun setelah Kepalanya Ditembak Taliban

Kamis, 29 Maret 2018 - 09:45 WIB
Malala Mudik ke Pakistan...
Malala Mudik ke Pakistan 6 Tahun setelah Kepalanya Ditembak Taliban
A A A
ISLAMABAD - Malala Yousafzai, peraih Nobel Perdamaian dan aktivis pendidikan, pulang ke negaranya Pakistan pada hari Kamis (29/3/2018). Dia mudik enam tahun setelah kepalanya ditembak kelompok bersenjata Taliban karena membela hak anak perempuan untuk sekolah.

Tayangan stasiun Geo TV menunjukkan Malala tiba di bandara internasional Islamabad dan menuju mobil yang dikawal oleh konvoi keamanan.

Pada usia 17 tahun, Malala menjadi penerima termuda Penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 2014 atas kampanye pendidikannya. Saat ini Malala telah berusia 20 tahun.

Dia ditembak para pria bertopeng dari kelompok Taliban tahun 2012 lalu saat pulang naik bus dari sekolahnya. Dia terkena tembakan di bagian kepala. Namun bergegas diterbangkan ke Inggris untuk diselamatkan.

Beberapa hari sebelum mudik, dia telah menuliskan pesan yang mengekspresikan kegembiraannya karena bisa pulang ke negaranya.

"Pada hari ini, saya sangat menyukai kenangan indah tentang rumah, bermain kriket di atas atap dan menyanyikan lagu kebangsaan di sekolah. Selamat Hari Pakistan!" tulis Malala dalam sebuah pesan tertanggal 23 Maret 2018.

Taliban Pakistan, yang menguasai kampung halamannya di Lembah Swat Pakistan sebelum diusir oleh tentara pada tahun 2009, telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap Malala. Menurut Taliban, serangan itu sebagai respons atas blog-nya untuk BBC Urdu yang mendukung pendidikan untuk anak perempuan.

Kelompok garis keras di Pakistan telah meledakkan sekolah-sekolah perempuan dan memaksakan interpretasi yang ketat dari hukum syarit Islam selama berkuasa di Lembah Swat.

Setelah pulih dari operasi, Malala tidak dapat pulang ke Pakistan karena diancam akan dibunuh. Sejak itu, dia tinggal Inggris, mendirikan Malala Fund dan mendukung kelompok-kelompok advokasi pendidikan lokal dengan fokus pada Pakistan, Nigeria, Yordania, Suriah dan Kenya.

Awal bulan ini, Malala membuka sekolah di Shangla, dekat kampungnya di Lembah Swat. Sekolah itu dia bangun dari uang hadiah Nobel.

Aktivis pemberani itu saat ini berstatus sebagai mahasiswi di Universitas Oxford.

Meski sosoknya mendunia sebagai aktivis yang membela hak-hak kaum perempuan untuk mengakses pendidikan, Malala tetap mendapat tekanan dari kelompok konservatif di Pakistan. Kubu konservatif mengecam Malala karena dianggap menjelekkan negaranya sendiri dan mencari popularitas.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1449 seconds (0.1#10.140)