Inggris dan AS Cs Usir Diplomat Rusia, Israel Pilih Tidak
A
A
A
TEL AVIV - Inggris, Amerika Serikat (AS), 16 negara Uni Eropa, Kanada dan beberapa negara lain telah kompak untuk mengusir para diplomat Rusia . Namun, Israel memilih berbeda dengan tidak melakukannya.
Tindakan AS dan para sekutu Barat-nya itu sebagai dukungan untuk Inggris yang berseteru dengan Moskow terkait dugaan serangan racun terhadap mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal di Salisbury, Inggris selatan, 4 Maret 2018 lalu.
London dan Washington kompak menuduh Moskow sebagai dalang serangan tanpa memberikan bukti. Kremlin telah berulang kali membantah terlibat apalagi mendalangi serangan terhadap mantan intelijennya yang telah berkhianat itu.
London sudah lebih dulu mengusir 23 diplomat Moskow dan telah dibalas Kremlin. Pada hari Senin, giliran Washington dan banyak negara sekutunya mengumumkan pengusiran para diplomat Moskow. Jika ditotal, sudah lebih dari 100 diplomat Moskow dalam status diusir.
Kementerian Luar Negeri Israel di Yerusalem pada hari Senin menolak untuk berkomentar apakah akan ikut mengusir diplomat Moskow atau tidak. Namun Namun Kedutaan Besar Rusia di Tel Aviv mengatakan kepada The Times of Israel bahwa pemerintah negara Yahudi itu tidak melakukan seperti yang dilakukan AS dan para sekutu Barat-nya.
Dengan tidak bergabung dengan negara-negara yang berusaha menghukum Rusia terkait dugaan serangan racun saraf, Israel telah memilih berada di posisi negara-negara yang menjauhkan diri dari kontroversi ini, seperti China, Brasil dan India.
Kedutaan Inggris di Israel mengatakan pada hari Selasa (27/3/2018), bahwa mereka tidak berkomentar lebih jauh di luar apa yang dikatakannya pekan lalu, setelah Israel hanya mengeluarkan kecaman lemah dari serangan racun saraf terhadap Skripal dan putrinya, Yulia Skripal.
"Kami mengharapkan pernyataan dukungan kuat dari semua mitra dekat kami, termasuk Israel," kata kedutaan besar Inggris di Ramat Gan pada 20 Maret 2018 lalu. Pernyataan kedutaan itu muncul setelah seorang pejabat Inggris mengeluh kepada rekan Israel-nya bahwa Tel Aviv gagal menanggapi serangan racun, di mana Rusia dinyatakan London sebagai penanggung jawab.
Pada 15 Maret 2018, Kementerian Luar Negeri Israel memang mengeluarkan kecaman, namun tidak berani menyebutkan Rusia sebagai pelaku atau dalang serangan.
"Israel melihat peristiwa yang terjadi di Inggris Raya dengan gravitasi dan sangat mengutuknya. Kami berharap bahwa masyarakat internasional akan dapat bergabung untuk mencegah terulangnya peristiwa semacam itu di masa depan," bunyi pernyataan itu.
Sikap Israel itu diduga sebagai bentuk kehati-hatian Tel Aviv dalam menjaga hubungan dengan Moskow. Terlebih, pasukan militer Rusia aktif di Suriah yang berbatasan langsung dengan Israel.
Tindakan AS dan para sekutu Barat-nya itu sebagai dukungan untuk Inggris yang berseteru dengan Moskow terkait dugaan serangan racun terhadap mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal di Salisbury, Inggris selatan, 4 Maret 2018 lalu.
London dan Washington kompak menuduh Moskow sebagai dalang serangan tanpa memberikan bukti. Kremlin telah berulang kali membantah terlibat apalagi mendalangi serangan terhadap mantan intelijennya yang telah berkhianat itu.
London sudah lebih dulu mengusir 23 diplomat Moskow dan telah dibalas Kremlin. Pada hari Senin, giliran Washington dan banyak negara sekutunya mengumumkan pengusiran para diplomat Moskow. Jika ditotal, sudah lebih dari 100 diplomat Moskow dalam status diusir.
Kementerian Luar Negeri Israel di Yerusalem pada hari Senin menolak untuk berkomentar apakah akan ikut mengusir diplomat Moskow atau tidak. Namun Namun Kedutaan Besar Rusia di Tel Aviv mengatakan kepada The Times of Israel bahwa pemerintah negara Yahudi itu tidak melakukan seperti yang dilakukan AS dan para sekutu Barat-nya.
Dengan tidak bergabung dengan negara-negara yang berusaha menghukum Rusia terkait dugaan serangan racun saraf, Israel telah memilih berada di posisi negara-negara yang menjauhkan diri dari kontroversi ini, seperti China, Brasil dan India.
Kedutaan Inggris di Israel mengatakan pada hari Selasa (27/3/2018), bahwa mereka tidak berkomentar lebih jauh di luar apa yang dikatakannya pekan lalu, setelah Israel hanya mengeluarkan kecaman lemah dari serangan racun saraf terhadap Skripal dan putrinya, Yulia Skripal.
"Kami mengharapkan pernyataan dukungan kuat dari semua mitra dekat kami, termasuk Israel," kata kedutaan besar Inggris di Ramat Gan pada 20 Maret 2018 lalu. Pernyataan kedutaan itu muncul setelah seorang pejabat Inggris mengeluh kepada rekan Israel-nya bahwa Tel Aviv gagal menanggapi serangan racun, di mana Rusia dinyatakan London sebagai penanggung jawab.
Pada 15 Maret 2018, Kementerian Luar Negeri Israel memang mengeluarkan kecaman, namun tidak berani menyebutkan Rusia sebagai pelaku atau dalang serangan.
"Israel melihat peristiwa yang terjadi di Inggris Raya dengan gravitasi dan sangat mengutuknya. Kami berharap bahwa masyarakat internasional akan dapat bergabung untuk mencegah terulangnya peristiwa semacam itu di masa depan," bunyi pernyataan itu.
Sikap Israel itu diduga sebagai bentuk kehati-hatian Tel Aviv dalam menjaga hubungan dengan Moskow. Terlebih, pasukan militer Rusia aktif di Suriah yang berbatasan langsung dengan Israel.
(mas)