Ingin Istirahat, Presiden Myanmar Mengundurkan Diri

Rabu, 21 Maret 2018 - 14:52 WIB
Ingin Istirahat, Presiden...
Ingin Istirahat, Presiden Myanmar Mengundurkan Diri
A A A
NAYPYIDAW - Presiden Myanmar, Htin Kyaw, mengumumkan pengunduran dirinya. Kyaw tidak memberikan alasan terkait keputusannya itu. Namun ada kekhawatiran yang berkembang dalam beberapa bulan terakhir mengenai kesehatan pria berusi 71 tahun itu setelah ia tampak lemah dalam menjalankan fungsi resminya.

Pernyataan yang diposting di laman Facebook kepresidenan mengatakan bahwa Htin Kyaw ingin "beristirahat".

"Wakil Presiden Myint Swe, mantan jenderal, akan bertindak sebagai presiden sampai presiden baru dipilih dalam tujuh hari," bunyi pernyataan itu seperti dikutip dari BBC, Rabu (21/3/2018).

Htin Kyaw disumpah sebagai presiden pada tahun 2016 setelah pemilu bersejarah yang mengakhiri kepemimpinan militer selama beberapa dekade. Tapi ia pada dasarnya hanyalah pemimpin seremonial, dengan pemimpin oposisi lama Aung San Suu Kyi bertindak sebagai presiden de facto.

Suu Kyi, yang dipenjara bertahun-tahun di bawah junta militer, dilarang memangku jabatan penting.

Sebuah klausul dalam undang-undang dasar - yang secara luas dilihat sengaja dirancang untuk menjauhkannya dari jabatan penting - menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai keturunan dari negara lain dapat menjadi presiden. Suu Kyi diketahui mempunyai dua anak dengan suaminya yang berasal dari Inggris.

Htin Kyaw adalah teman masa kecil Suu Kyi, penasihat dan terkadang menjadi supirnya. Ia secara luas dipandang sosok pendiam dan bisa diandalkan, serta seseorang yang bisa dipercaya sepenuhnya.

Liga Nasional untuk Demokrasi yang dipimpin oleh Suu Kyi mengalami kemenangan telak dalam pemilihan yang diadakan pada bulan November 2015.

Namun kepemimpinannya telah tercoreang oleh sejumlah isu setelah berhasil mengambil alih kekuasaan, paling jelas adalah krisis di negara bagian Rakhine.

Puluhan ribu migran Rohingya yang tanpa kewarganegaraan telah melarikan diri ditengah-tengah penumpasan militer yang dipicu oleh serangan mematikan terhadap kantor polisi.

Pemerintah mengatakan pihaknya menargetkan gerilyawan, tetapi skala operasi telah menyebabkan tuduhan bahwa aksi itu bisa menjadi tindakan genosida.

Isu ini juga yang telah membuat tingkat popularitas Suu Kyi di kancah internasional menurun, dan dia telah menemukan dirinya semakin terisolasi oleh mantan sekutu internasionalnya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0850 seconds (0.1#10.140)