Mantan Presiden Prancis Sarkozy Ditahan Kepolisian
A
A
A
PARIS - Mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy ditahan dan diperiksa kepolisian, Selasa (20/3/2018). Dia ditanya apakah mendiang Pemimpin Libya Muammar Gaddafi membantu mendanai kampanye pemilunya pada 2007.
Ini merupakan investigasi yudisial kedua pada Sarkozy,63, yang pernah menjadi presiden dari 2007 hingga 2012. Dia telah menghadapi pengadilan dalam dakwaan berbeda tentang belanja ilegal selama kampanye pemilu 2012. Pengacara Sarkozy tidak dapat dimintai komentar tentang penahanan tersebut. Sarkozy menyebut tuduhan terkait dana dari Libya itu merupakan manipulasi.
Prancis membuka penyelidikan tentang kasus Libya itu pada 2013, setelah laporan website Prancis, Mediapart, berdasarkan berbagai klaim oleh pebisnis Prancis-Lebanon Ziad Takieddine yang mengaku mengirim dana USD6 juta dari bekas kepala intelijen Gaddafi, Abdullah Senussi, pada direktur kampanye Sarkozy.
Beberapa bulan setelah Sarkozy menjabat pada 2007, pemimpin Prancis itu dikritik karena menerima kunjungan kenegaraan oleh Gaddafi. Saat itu Gaddafi tampik unik dengan ciri khasnya memasang tenda ala Badui dekat Istana Elysee.
Lawatan Gaddafi itu merupakan kunjungan pertamanya bertemu pemimpin Barat dalam puluhan tahun. Dia ke Prancis dengan menandatangani sejumlah kesepakatan bisnis. Kunjungan itu juga setelah Sarkozy membantu membebaskan lima perawat asal Bulgaria dari penjara di Libya. Lima perawat itu dituduh menginfeksi anak-anak dengan HIV.
Sarkozy juga menjadi salah satu pemimpin negara yang terlibat kampanye militer NATO untuk menggulingkan Gaddafi. Pemimpin Libya itu pun tewas di tangan pasukan pemberontak pada 2011.
Prosedur yudisial Prancis mengizinkan para investigator menahan seseorang untuk diinterogasi hingga 48 jam. Setelah waktu itu terlampaui, investigator dapat menentukan apakah mereka memiliki bukti untuk mengubah penyelidikan awal menjadi investigasi penuh. Investigasi penuh itu dapat membawa seseorang ke proses pengadilan, meski tidak selalu.
Penyelidikan tentang pendanaan kampanye dari Libya itu sempat tenang hingga Januari lalu, saat pebisnis Prancis Alexandre Djouhri dituduh para investigator telah menyalurkan dana dari Gaddafi untuk mendanai kampanye Sarkozy. Djouhri ditahan di Inggris atas surat perintah penahanan dari Prancis.
Pengacara Djouhri bulan lalu menuduh otoritas Prancis mempolitisir kasus tersebut dan memanipulasi tuduhan terhadap kliennya. Otoritas Prancis menolak berkomentar.
Pendahulu Sarkozy, Jacques Chirac juga didakwa pada 2011 setelah pensiun. Chirac dituduh menggelapkan dana publik untuk mempertahankan aliansi politiknya dalam sejumlah pekerjaan fiktif. Kasus itu menjadikan Chirac sebagai kepala negara Prancis pertama yang divonis pengadilan sejak pendukung Nazi Marshal Philippe Petain pada 1945.
Sarkozy selama bertahun-tahun juga dibayangi berbagai skandal politik tapi tidak pernah ada yang sampai pada vonis pengadilan. Penyelidikan Libya ini sebagian besar fokus pada bukti yang diberikan pebisnis Prancis-Lebanon Ziad Takieddine yang juga diselidiki dalam masalah berbeda tentang penjualan senjata ke Pakistan pada era 1990-an.
Takieddine menyatakan pada 2016 bahwa dia secara pribadi menyerahkan tiga koper berisi uang tunai dari Gaddafi ke Sarkozy dan pembantu seniornya untuk membantu kampanye Sarkozy. Pengacara Sarkozy saat itu, Thierry Herzog, menyangkal tuduhan Takieddine dan membuat salinan pernyataan seorang saksi pada kepolisian oleh Takieddine pada 2012 di mana pebisnis itu mengatakan dia terakhir melihat Sarkozy pada November 2003.
Sarkozy lahir di Paris pada 28 Januari 1955 dari orang tua keturunan Yahudi Yunani dan Hungaria. Karir politiknya dimulai saat menjadi wali kota Neuilly-sur-Seine pada 1983 hingga 2002. Dia pernah menjabat sebagai Menteri Anggaran di era PM Edouard Balladur selama periode kedua Francois Mitterrrand.
Saat Jacques Chirac memegang jabatan presiden periode kedua, Sarkozy menjadi Menteri Dalam Negeri, serta Menteri Keuangan. Sarkozy merupakan pemimpin Partai Persatuan untuk Gerakan Populer (UMP) pada 2004-2007 sebelum dia menang pemilu presiden Prancis pada 2007 dengan meraih 53,1% suara dibanding lawannya Segolene Royal dari Partai Sosialis yang meraih 46,9%.
Selama masa pemerintahannya, Sarkozy menghadapi krisis keuangan pada akhir 2000-an, yang mengakibatkan resesi dan krisis utang di Eropa. Sarkozy juga menghadapi Arab Spring yang mengakibatkan gejolak politik di Tunisia, Libya dan Suriah.
Popularitas Sarkozy semakin meningkat saat dia menikahi penyanyi dan penulis lagu keturunan Italia-Prancis Carla Bruni pada 2 Februari 2008 di Istana Elysee, Paris. Selama kepemimpinannya, Sarkozy mendorong penguatan hubungan dengan Inggris dan mempererat kerja sama dengan Amerika Serikat.
Hingga pada pemilu 2012, Francois Hollande dari Partai Sosialis mengalahkan Sarkozy dengan selisih hanya 3,2% suara. Setelah meninggalkan kantor kepresidenan, Sarkozy berjanji pensiun dari kehidupan publik hingga dia muncul lagi pada September 2014, serta dipilih lagi memimpin UMP yang kemudian namanya diubah menjadi Partai Republikan pada 2015.
Ini merupakan investigasi yudisial kedua pada Sarkozy,63, yang pernah menjadi presiden dari 2007 hingga 2012. Dia telah menghadapi pengadilan dalam dakwaan berbeda tentang belanja ilegal selama kampanye pemilu 2012. Pengacara Sarkozy tidak dapat dimintai komentar tentang penahanan tersebut. Sarkozy menyebut tuduhan terkait dana dari Libya itu merupakan manipulasi.
Prancis membuka penyelidikan tentang kasus Libya itu pada 2013, setelah laporan website Prancis, Mediapart, berdasarkan berbagai klaim oleh pebisnis Prancis-Lebanon Ziad Takieddine yang mengaku mengirim dana USD6 juta dari bekas kepala intelijen Gaddafi, Abdullah Senussi, pada direktur kampanye Sarkozy.
Beberapa bulan setelah Sarkozy menjabat pada 2007, pemimpin Prancis itu dikritik karena menerima kunjungan kenegaraan oleh Gaddafi. Saat itu Gaddafi tampik unik dengan ciri khasnya memasang tenda ala Badui dekat Istana Elysee.
Lawatan Gaddafi itu merupakan kunjungan pertamanya bertemu pemimpin Barat dalam puluhan tahun. Dia ke Prancis dengan menandatangani sejumlah kesepakatan bisnis. Kunjungan itu juga setelah Sarkozy membantu membebaskan lima perawat asal Bulgaria dari penjara di Libya. Lima perawat itu dituduh menginfeksi anak-anak dengan HIV.
Sarkozy juga menjadi salah satu pemimpin negara yang terlibat kampanye militer NATO untuk menggulingkan Gaddafi. Pemimpin Libya itu pun tewas di tangan pasukan pemberontak pada 2011.
Prosedur yudisial Prancis mengizinkan para investigator menahan seseorang untuk diinterogasi hingga 48 jam. Setelah waktu itu terlampaui, investigator dapat menentukan apakah mereka memiliki bukti untuk mengubah penyelidikan awal menjadi investigasi penuh. Investigasi penuh itu dapat membawa seseorang ke proses pengadilan, meski tidak selalu.
Penyelidikan tentang pendanaan kampanye dari Libya itu sempat tenang hingga Januari lalu, saat pebisnis Prancis Alexandre Djouhri dituduh para investigator telah menyalurkan dana dari Gaddafi untuk mendanai kampanye Sarkozy. Djouhri ditahan di Inggris atas surat perintah penahanan dari Prancis.
Pengacara Djouhri bulan lalu menuduh otoritas Prancis mempolitisir kasus tersebut dan memanipulasi tuduhan terhadap kliennya. Otoritas Prancis menolak berkomentar.
Pendahulu Sarkozy, Jacques Chirac juga didakwa pada 2011 setelah pensiun. Chirac dituduh menggelapkan dana publik untuk mempertahankan aliansi politiknya dalam sejumlah pekerjaan fiktif. Kasus itu menjadikan Chirac sebagai kepala negara Prancis pertama yang divonis pengadilan sejak pendukung Nazi Marshal Philippe Petain pada 1945.
Sarkozy selama bertahun-tahun juga dibayangi berbagai skandal politik tapi tidak pernah ada yang sampai pada vonis pengadilan. Penyelidikan Libya ini sebagian besar fokus pada bukti yang diberikan pebisnis Prancis-Lebanon Ziad Takieddine yang juga diselidiki dalam masalah berbeda tentang penjualan senjata ke Pakistan pada era 1990-an.
Takieddine menyatakan pada 2016 bahwa dia secara pribadi menyerahkan tiga koper berisi uang tunai dari Gaddafi ke Sarkozy dan pembantu seniornya untuk membantu kampanye Sarkozy. Pengacara Sarkozy saat itu, Thierry Herzog, menyangkal tuduhan Takieddine dan membuat salinan pernyataan seorang saksi pada kepolisian oleh Takieddine pada 2012 di mana pebisnis itu mengatakan dia terakhir melihat Sarkozy pada November 2003.
Sarkozy lahir di Paris pada 28 Januari 1955 dari orang tua keturunan Yahudi Yunani dan Hungaria. Karir politiknya dimulai saat menjadi wali kota Neuilly-sur-Seine pada 1983 hingga 2002. Dia pernah menjabat sebagai Menteri Anggaran di era PM Edouard Balladur selama periode kedua Francois Mitterrrand.
Saat Jacques Chirac memegang jabatan presiden periode kedua, Sarkozy menjadi Menteri Dalam Negeri, serta Menteri Keuangan. Sarkozy merupakan pemimpin Partai Persatuan untuk Gerakan Populer (UMP) pada 2004-2007 sebelum dia menang pemilu presiden Prancis pada 2007 dengan meraih 53,1% suara dibanding lawannya Segolene Royal dari Partai Sosialis yang meraih 46,9%.
Selama masa pemerintahannya, Sarkozy menghadapi krisis keuangan pada akhir 2000-an, yang mengakibatkan resesi dan krisis utang di Eropa. Sarkozy juga menghadapi Arab Spring yang mengakibatkan gejolak politik di Tunisia, Libya dan Suriah.
Popularitas Sarkozy semakin meningkat saat dia menikahi penyanyi dan penulis lagu keturunan Italia-Prancis Carla Bruni pada 2 Februari 2008 di Istana Elysee, Paris. Selama kepemimpinannya, Sarkozy mendorong penguatan hubungan dengan Inggris dan mempererat kerja sama dengan Amerika Serikat.
Hingga pada pemilu 2012, Francois Hollande dari Partai Sosialis mengalahkan Sarkozy dengan selisih hanya 3,2% suara. Setelah meninggalkan kantor kepresidenan, Sarkozy berjanji pensiun dari kehidupan publik hingga dia muncul lagi pada September 2014, serta dipilih lagi memimpin UMP yang kemudian namanya diubah menjadi Partai Republikan pada 2015.
(amm)