Putin Menang Telak Pemilu Rusia, Berkuasa 6 Tahun ke Depan
A
A
A
MOSKOW - Vladimir Vladimirovich Putin, kandidat petahana dalam pemilu presiden (pilpres) Rusia menang telak dengan perolehan suara lebih dari 73 persen. Dengan demikian, Putin kembali berkuasa hingga 2024 atau enam tahun ke depan.
Pada hari Senin (19/3/2018), hasil sementara dari pemilu yang digelar pada hari Minggu telah keluar. Putin yang maju secara pribadi atau tanpa diusung partai politik meraih 76, 58 persen suara.
Penantang Putin dari Partai Komunis; Pavel Grudinin, berada di urutan kedua dengan meraih 11,9 persen suara.Selanjutnya, Vladimir Zhirinovsky, pemimpin Partai Liberal Demokratik meraih 6,7 persen suara.
Putin menemui para pendukungnya dalam perayaan besar-besaran di Lapangan Merah Moskow untuk menandai penyatuan kembali Crimea dengan Rusia. Kepada para pendukungnya, Putin menyampaikan terima kasih.
Para loyalis Putin mengatakan hasil pemilu presiden ini sebagai pembuktian sikap keras rakyat Rusia terhadap Barat.
"Saya pikir di Amerika Serikat dan Inggris mereka mengerti bahwa mereka tidak dapat memengaruhi pemilu kita," kata Igor Morozov, anggota majelis tinggi parlemen Rusia yang merupakan pendukung Putin kepada stasiun televisi pemerintah.
"Warga negara kita memahami situasi seperti apa yang ditemukan orang Rusia sendiri, hari ini."
Para lawan politk Putin seperti Navalny mengadakan demonstrasi dengan menuduh ada kecurangan yang meluas dalam pemilu Rusia. Para politisi oposisi juga memperingatkan bahwa mereka bisa turun ke jalan dan bentrok jika polisi menindak terlalu keras terhadap para demonstran.
Beberapa hari sebelum pemilu digelar, Putin mengumumkan kepemilikan senjata hipersonik Rusia yang bisa membawa hulu ledak nuklir dan mustahil bisa dicegat oleh sistem pertahanan udara manapun di dunia.
Perselisihan dengan Barat terkait Suriah, Ukraina, tuduhan campur tangan pemilu presiden Amerika Serikat dan tuduhan serangan racun di Inggris terhadap bekas mata-mata Rusia, telah memanaskan hubungan Moskow dan Barat.
Putin yang sudah berusia 65 tahun, telah berkuasa, baik sebagai presiden atau pun perdana menteri, sejak tahun 2000.
Dia merupakan mantan agen KGB yang kini dianggap sebagai figur Bapak Nasional Rusia yang berani menampilkan negaranya dalam persaingan global.
Meskipun Putin memiliki waktu enam tahun untuk mempertimbangkan kemungkinan menunjuk penerusnya, namun Orang dalam Kremlin mengatakan bahwa dia tidak memilih ahli waris.
"Semakin lama dia tetap berkuasa, semakin sulit untuk keluar," kata Andrei Kolesnikov, peneliti senior di Carnegie Moscow Center, sebuah kelompok think tank Rusia.
"Bagaimana dia bisa meninggalkan sistem yang rumit seperti itu, yang pada dasarnya adalah proyek pribadinya?," kritik dia, seperti dikutip Reuters.
Pada hari Senin (19/3/2018), hasil sementara dari pemilu yang digelar pada hari Minggu telah keluar. Putin yang maju secara pribadi atau tanpa diusung partai politik meraih 76, 58 persen suara.
Penantang Putin dari Partai Komunis; Pavel Grudinin, berada di urutan kedua dengan meraih 11,9 persen suara.Selanjutnya, Vladimir Zhirinovsky, pemimpin Partai Liberal Demokratik meraih 6,7 persen suara.
Putin menemui para pendukungnya dalam perayaan besar-besaran di Lapangan Merah Moskow untuk menandai penyatuan kembali Crimea dengan Rusia. Kepada para pendukungnya, Putin menyampaikan terima kasih.
Para loyalis Putin mengatakan hasil pemilu presiden ini sebagai pembuktian sikap keras rakyat Rusia terhadap Barat.
"Saya pikir di Amerika Serikat dan Inggris mereka mengerti bahwa mereka tidak dapat memengaruhi pemilu kita," kata Igor Morozov, anggota majelis tinggi parlemen Rusia yang merupakan pendukung Putin kepada stasiun televisi pemerintah.
"Warga negara kita memahami situasi seperti apa yang ditemukan orang Rusia sendiri, hari ini."
Para lawan politk Putin seperti Navalny mengadakan demonstrasi dengan menuduh ada kecurangan yang meluas dalam pemilu Rusia. Para politisi oposisi juga memperingatkan bahwa mereka bisa turun ke jalan dan bentrok jika polisi menindak terlalu keras terhadap para demonstran.
Beberapa hari sebelum pemilu digelar, Putin mengumumkan kepemilikan senjata hipersonik Rusia yang bisa membawa hulu ledak nuklir dan mustahil bisa dicegat oleh sistem pertahanan udara manapun di dunia.
Perselisihan dengan Barat terkait Suriah, Ukraina, tuduhan campur tangan pemilu presiden Amerika Serikat dan tuduhan serangan racun di Inggris terhadap bekas mata-mata Rusia, telah memanaskan hubungan Moskow dan Barat.
Putin yang sudah berusia 65 tahun, telah berkuasa, baik sebagai presiden atau pun perdana menteri, sejak tahun 2000.
Dia merupakan mantan agen KGB yang kini dianggap sebagai figur Bapak Nasional Rusia yang berani menampilkan negaranya dalam persaingan global.
Meskipun Putin memiliki waktu enam tahun untuk mempertimbangkan kemungkinan menunjuk penerusnya, namun Orang dalam Kremlin mengatakan bahwa dia tidak memilih ahli waris.
"Semakin lama dia tetap berkuasa, semakin sulit untuk keluar," kata Andrei Kolesnikov, peneliti senior di Carnegie Moscow Center, sebuah kelompok think tank Rusia.
"Bagaimana dia bisa meninggalkan sistem yang rumit seperti itu, yang pada dasarnya adalah proyek pribadinya?," kritik dia, seperti dikutip Reuters.
(mas)