Keroyok Rusia, NATO: Inggris Tak Sendirian

Sabtu, 17 Maret 2018 - 07:45 WIB
Keroyok Rusia, NATO: Inggris Tak Sendirian
Keroyok Rusia, NATO: Inggris Tak Sendirian
A A A
LONDON - Sekretaris Jenderal (Sekjen) North Atlantic Treaty Organization (NATO) Jens Stoltenberg mendukung Inggris untuk melawan Rusia. Dia menegaskan London tak sendirian menghadapi Moskow dan Presiden Vladimir Putin dia pastikan akan mendapatkan respons.

Perseteruan Inggris dan Rusia sedang memanas terkait tuduhan bahwa Moskow mendalangi serangan racun Novichok terhadap mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal yang membelot ke London. Serangan racun terjadi di Salisbury, Inggris selatan.

London telah memutuskan untuk mengusir 23 diplomat Moskow dan beberapa tindakan lain termasuk memboikot World Cup 2018 di Rusia. Kremlin yang membantah tuduhan tersebut membalas dengan memutuskan untuk mengusir para diplomat London.

Baca Juga: Moskow: Inggris Pilih Konfrontasi dengan Rusia!

Stoltenberg mengkritik pola perilaku Rusia yang dia anggap sembrono Rusia. Menurutnya, NATO tidak akan mencoba untuk mengisolasi Rusia, namun akan menanggapi jika Putin terus berperilaku seperti itu.

Berbicara di program BBC Radio 4's Today, Stoltenberg mengatakan bahwa para sekutu NATO akan berdiri di samping Inggris dan menetapkan bagaimana mereka menangani ketegangan yang meningkat dengan Rusia.

"Kami mendukung tindakan yang diambil oleh Pemerintah Inggris, penting agar Rusia mendapatkan sinyal yang jelas bahwa hal itu akan menimbulkan konsekuensi. Harga untuk bersikap seperti perilaku mereka dan semua sekutu NATO mengekspresikan dukungan politik yang kuat kepada Inggris," katanya, yang dikutip Sabtu (17/3/2018).

Baca Juga: Seteru dengan Inggris, Rusia Isyaratkan Perang Dingin II Dimulai

Sejauh ini, Amerika Serikat, Prancis dan Jerman yang terkenal sebagai sekutu loyal di keanggotaan NATO sudah berpihak pada Inggris dengan menyalahkan Rusia.

"Saya benar-benar yakin bahwa Rusia telah meremehkan tekad dan kesatuan sekutu NATO ketika kita telah menerapkan berbagai jenis sanksi dari tahun-tahun sebelumnya. Sanksi ekonomi telah efektif dan itu datang dari semua sekutu NATO dan banyak negara lainnya," lanjut Stoltenberg.

"NATO telah menerapkan penegakan pelanggaran kolektif terbesar sejak berakhirnya Perang Dingin dengan penyebaran armada tempur ke bagian timur aliansi, yang didukung oleh Inggris, di Estonia," katanya.

"Sekarang kita melihat peningkatan belanja pertahanan di seluruh Eropa dan Kanada. Jadi sanksi Inggris yang diberlakukan sekarang adalah bagian dari gambaran yang lebih besar, dan ini menunjukkan dengan jelas bahwa itu memiliki harga dan konsekuensi ketika Rusia berperilaku seperti itu," imbuh Stoltenberg.

Bos NATO ini juga menunjukkan bahwa aliansi yang dipimpin Amerika Serikat tersebut NATO telah meningkatkan kekuatan pertahanannya.

"Kami sekarang telah mencapai tingkat empat kelompok pertempuran. Kami tidak memiliki rencana untuk meningkatkan penyebaran, tapi yang kami lakukan adalah meningkatkan kemampuan untuk memperkuat, mengirim lebih banyak pasukan dengan cepat jika diperlukan. Jadi kita memiliki tiga kali lipat ukuran dari apa yang kita sebut kekuatan respons NATO. Ini tentang bala bantuan," paparnya.

Baca Juga: Rusia Bersiap Tes Rudal Setan 2 yang Bisa Lenyapkan Area Seukuran Inggris

Stoltenberg mengklaim bahwa tidak ingin melihat Perang Dingin baru dan dialog politik dengan Rusia harus dilanjutkan.

"Kami sedang dalam proses menerapkan adaptasi terbesar penguatan terkuat pertahanan kolektif NATO sejak berakhirnya Perang Dingin. Kami tidak mencermati tank untuk tank atau dengung untuk dengung atau lebih padat untuk orang yang lebih solid, kami mengadaptasi NATO sebagai respons terhadap pola perilaku yang telah kami lihat selama beberapa tahun ini."

"Kami memiliki pendekatan dual-tracked ke Rusia, ini tentang kekuatan, pencegahan, pertahanan tapi juga tentang dialog politik karena kami tidak menginginkan Perang Dingin yang baru, kami tidak menginginkan perlombaan senjata baru," imbuh Stoltenberg.

Perdana Menteri Theresa May telah memberikan waktu seminggu bagi 23 diplomat Moskow untuk hengkang dari Inggris. "Pemerintah Inggris menyimpulkan bahwa kemungkinan besar Rusia bertanggung jawab atas serangan ini," katanya dalam pengumuman di parlemen beberapa hari lalu.

"Ini adalah serangan langsung oleh negara Rusia terhadap negara kita atau mungkin negara tersebut dapat kehilangan kendali atas agen saraf kelas militer. Tanggapan mereka telah menunjukkan penghinaan yang menyeluruh terhadap situasi ini," ujar May.

Kremlin mengklaim bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas upaya pembunuhan Skripal yang oleh Moskow dianggap sebagai pengkhianat negara. Rusia kini bersiap mengusir para diplomat Inggris sebagai aksi pembalasan.

Moskow kesal karena merasa hak membela diri diabaikan London, termasuk meminta bukti bahwa Rusia menjadi dalang serangan racun terhadap Skripal dan putrinya, Yulia Skripal, seperti yang dituduhkan.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6185 seconds (0.1#10.140)