Pengkhianat Kremlin Diracun, AS-Inggris Keroyok Rusia di DK PBB
A
A
A
NEW YORK - Inggris dan Amerika Serikat (AS) menuding Rusia bertanggung jawab atas serangan racun terhadap Sergei Skripal pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB. Sergei Skripal adalah mantan mata-mata Kremlin yang berkhianat dengan membocorkan identitas mata-mata Moskow di Inggris.
Dubes Inggris untuk PBB, Jonathan Allen mengatakan, pemerintahnya mendapati Rusia bertanggung jawab atas percobaan pembunuhan Sergei Skripal. Ia menyebutnya sebagai penggunaan kekuatan secara tidak sah di wilayah kedaulatan negara anggota PBB.
Skripal dan putrinya ditemukan duduk merosot di bangku di Salisbury pada 4 Maret. Pihak berwenang Inggris mengklaim bahwa keduanya diracuni oleh zat saraf yang direkayasa Soviet yang disebut Novichok. Keduanya tetap dalam kondisi kritis di rumah sakit.
"Berdasarkan pengetahuan bahwa Rusia sebelumnya telah menghasilkan zat ini, pemerintah Inggris menyimpulkan bahwa Rusia bertanggung jawab atas serangan ini," kata Allen.
"Rusia tidak mengumumkan zat Novichok atau fasilitas yang dibutuhkan untuk memproduksinya. Kami tahu dari kesaksian ahli bahwa fasilitas semacam itu ada di bawah Uni Soviet," imbuhnya seperti dikutip dari RT, Kamis (15/3/2018).
Hal serupa juga disuarakan oleh Utusan AS untuk PBB, Nikki Haley.
"Amerika Serikat percaya bahwa Rusia bertanggung jawab atas serangan terhadap dua orang di Inggris dengan menggunakan zat saraf kelas militer," kata Haley.
"Upaya pembunuhan di Salisbury merupakan bagian dari peningkatan yang mengkhawatirkan dalam penggunaan senjata kimia," imbuhnya.
Haley pun lantas menghubungkan penggunaan senjata kimia di Suriah dan Korea Utara. Menurutnya, jika Rusia ingin pemerintah AS berhenti mengkritik mereka, Moskow harus berhenti menggunakan senjata kimia untuk membunuh musuh, dan berhenti mendukung Assad.
"Kami tidak senang terus-menerus mengkritik Rusia," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Rusia akan menanggapi permintaan formal. Namun, Lavrov mengatakan bahwa Moskow belum menerima kontak langsung resmi dari London mengenai kasus tersebut.
"Tuduhan, bukan pengakuan, itu semata-mata hanya bukti ratu inggris," kata Lavrov.
"Kami akan menjunjung hukum internasional dan kami tidak melihat bahwa mitra Inggris kami memiliki argumen mengenai kasus ini," tukasnya.
Bagi Rusia untuk mempertimbangkan tuduhan semacam itu, Inggris harus membuat mereka melalui Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW). Moskow telah berulang kali dan secara definitif membantah terlibat dalam dugaan serangan tersebut.
Dubes Inggris untuk PBB, Jonathan Allen mengatakan, pemerintahnya mendapati Rusia bertanggung jawab atas percobaan pembunuhan Sergei Skripal. Ia menyebutnya sebagai penggunaan kekuatan secara tidak sah di wilayah kedaulatan negara anggota PBB.
Skripal dan putrinya ditemukan duduk merosot di bangku di Salisbury pada 4 Maret. Pihak berwenang Inggris mengklaim bahwa keduanya diracuni oleh zat saraf yang direkayasa Soviet yang disebut Novichok. Keduanya tetap dalam kondisi kritis di rumah sakit.
"Berdasarkan pengetahuan bahwa Rusia sebelumnya telah menghasilkan zat ini, pemerintah Inggris menyimpulkan bahwa Rusia bertanggung jawab atas serangan ini," kata Allen.
"Rusia tidak mengumumkan zat Novichok atau fasilitas yang dibutuhkan untuk memproduksinya. Kami tahu dari kesaksian ahli bahwa fasilitas semacam itu ada di bawah Uni Soviet," imbuhnya seperti dikutip dari RT, Kamis (15/3/2018).
Hal serupa juga disuarakan oleh Utusan AS untuk PBB, Nikki Haley.
"Amerika Serikat percaya bahwa Rusia bertanggung jawab atas serangan terhadap dua orang di Inggris dengan menggunakan zat saraf kelas militer," kata Haley.
"Upaya pembunuhan di Salisbury merupakan bagian dari peningkatan yang mengkhawatirkan dalam penggunaan senjata kimia," imbuhnya.
Haley pun lantas menghubungkan penggunaan senjata kimia di Suriah dan Korea Utara. Menurutnya, jika Rusia ingin pemerintah AS berhenti mengkritik mereka, Moskow harus berhenti menggunakan senjata kimia untuk membunuh musuh, dan berhenti mendukung Assad.
"Kami tidak senang terus-menerus mengkritik Rusia," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Rusia akan menanggapi permintaan formal. Namun, Lavrov mengatakan bahwa Moskow belum menerima kontak langsung resmi dari London mengenai kasus tersebut.
"Tuduhan, bukan pengakuan, itu semata-mata hanya bukti ratu inggris," kata Lavrov.
"Kami akan menjunjung hukum internasional dan kami tidak melihat bahwa mitra Inggris kami memiliki argumen mengenai kasus ini," tukasnya.
Bagi Rusia untuk mempertimbangkan tuduhan semacam itu, Inggris harus membuat mereka melalui Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW). Moskow telah berulang kali dan secara definitif membantah terlibat dalam dugaan serangan tersebut.
(ian)