NATO Gelar Latihan Artileri Terbesar sejak Perang Dingin
A
A
A
BERLIN - Pasukan militer dari 26 negara NATO termasuk Amerika Serikat (AS) menjalani latihan artileri terbesar sejak berakhirnya Perang Dingin. Latihan yang melibatkan sekitar 3.700 pasukan ini dipusatkan di Grafenwoehr, Jerman.
Latihan perang dengan nama “Dynamic Front 18” merupakan latihan gabungan tahunan untuk meningkatkan kemampuan NATO dalam bertindak bersama jika diserang musuh.
Dalam doktrin Pakta Pertahanan Atlantik (NATO), semua anggota berkewajiban untuk membantu sekutu manapun jika diserang musuh.
Tahun ini, jumlah pasukan yang dikerahkan dalam latihan hampir tiga kali lipat dari jumlah pasukan pada tahun lalu. Data ini dilansir surat kabar Stars and Stripes.
”Saya pikir semua orang menyadari pentingnya kesiapan, dan ini adalah latihan membangun kesiapan yang bagus,” kata wakil komandan pasukan AS-Eropa, Jenderal Timothy McGuire.
”Juga, unit menyadari seberapa banyak yang dapat kita lakukan di area pelatihan ini dan jenis pengalaman berkualitas yang Anda dapatkan saat bekerja sama di sini,” ujar McGuire, yang dilansir Jumat (9/3/2018).
Latihan artileri terbesar NATO ini dimulai sejak 23 Februari dan berakhir pada hari Sabtu (10/3/2018). Fokus latihan ini membekali tentara NATO dengan pengalaman artileri praktis dan komunikasi digital jika terjadi pertempuran nyata.
Angkatan Darat AS dalam sebuah pernyataan mengatakan, untuk pertama kalinya semua militer anggota NATO menggunakan perangkat lunak komunikasi digital dalam latihan kali ini. Perangkat yang dikenal dengan nama Artillery Systems Cooperation Activities (ASCA) itu saat ini digunakan oleh militer Prancis, Jerman, Italia, Turki dan AS.
”Sampai akhir 1990-an, tentara menyerukan tembakan artileri dengan radio, dan dibutuhkan waktu 10 sampai 15 menit untuk mendapatkan dukungan,” kata Antonio Aguto, yang memimpin Komando Pelatihan Angkatan Darat ke-7 AS. ”Sekarang kami melakukannya secara digital, dan ini menghemat banyak waktu.”
Manuver militer AS dan postur aliansi NATO-nya telah bergeser sejak 2014, ketika aneksasi Rusia terhadap Crimea dari Ukraina mengejutkan negara-negara Eropa.
Negara-negara NATO di Eropa Timur, terutama bekas Republik Soviet seperti negara-negara Baltik merasa paling terancam dengan militer Rusia. NATO sudah berkali-kali menegaskan siap untuk membela negara-negara Baltik jika diserang Moskow.
Latihan perang dengan nama “Dynamic Front 18” merupakan latihan gabungan tahunan untuk meningkatkan kemampuan NATO dalam bertindak bersama jika diserang musuh.
Dalam doktrin Pakta Pertahanan Atlantik (NATO), semua anggota berkewajiban untuk membantu sekutu manapun jika diserang musuh.
Tahun ini, jumlah pasukan yang dikerahkan dalam latihan hampir tiga kali lipat dari jumlah pasukan pada tahun lalu. Data ini dilansir surat kabar Stars and Stripes.
”Saya pikir semua orang menyadari pentingnya kesiapan, dan ini adalah latihan membangun kesiapan yang bagus,” kata wakil komandan pasukan AS-Eropa, Jenderal Timothy McGuire.
”Juga, unit menyadari seberapa banyak yang dapat kita lakukan di area pelatihan ini dan jenis pengalaman berkualitas yang Anda dapatkan saat bekerja sama di sini,” ujar McGuire, yang dilansir Jumat (9/3/2018).
Latihan artileri terbesar NATO ini dimulai sejak 23 Februari dan berakhir pada hari Sabtu (10/3/2018). Fokus latihan ini membekali tentara NATO dengan pengalaman artileri praktis dan komunikasi digital jika terjadi pertempuran nyata.
Angkatan Darat AS dalam sebuah pernyataan mengatakan, untuk pertama kalinya semua militer anggota NATO menggunakan perangkat lunak komunikasi digital dalam latihan kali ini. Perangkat yang dikenal dengan nama Artillery Systems Cooperation Activities (ASCA) itu saat ini digunakan oleh militer Prancis, Jerman, Italia, Turki dan AS.
”Sampai akhir 1990-an, tentara menyerukan tembakan artileri dengan radio, dan dibutuhkan waktu 10 sampai 15 menit untuk mendapatkan dukungan,” kata Antonio Aguto, yang memimpin Komando Pelatihan Angkatan Darat ke-7 AS. ”Sekarang kami melakukannya secara digital, dan ini menghemat banyak waktu.”
Manuver militer AS dan postur aliansi NATO-nya telah bergeser sejak 2014, ketika aneksasi Rusia terhadap Crimea dari Ukraina mengejutkan negara-negara Eropa.
Negara-negara NATO di Eropa Timur, terutama bekas Republik Soviet seperti negara-negara Baltik merasa paling terancam dengan militer Rusia. NATO sudah berkali-kali menegaskan siap untuk membela negara-negara Baltik jika diserang Moskow.
(mas)