Polisi Inggris: Pengkhianat Rusia Jadi Target Pembunuhan
A
A
A
LONDON - Mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal, dan putrinya Yulia secara khusus ditargetkan dalam serangan racun yang terjadi pada akhir pekan lalu. Hal itu diungkapkan oleh pihak kepolisian Inggris.
Pernyataan dari pihak kepolisian Inggris mengatakan bahwa sekarang mereka dalam posisi untuk mengkonfirmasi bahwa keduanya terpapar zat saraf.
"Uji ilmiah oleh pakar pemerintah telah mengidentifikasi zat saraf tertentu yang digunakan," kata pihak kepolisian Inggris, namun tidak memberikan rincian tentang sifat zat yang digunakan seperti dikutip dari Anadolu, Kamis (8/3/2018).
Pernyataan tersebut menambahkan bahwa satu petugas polisi, yang merupakan bagian dari respons awal, juga dalam kondisi serius dan mendapat perawatan intensif.
"Ini diperlakukan sebagai insiden besar yang melibatkan percobaan pembunuhan dengan pemberian zat saraf," tambahnya.
"Kami percaya bahwa dua orang yang semula tidak sehat itu adalah sasaran spesifik dan berfokus untuk mengidentifikasi serta menemukan mereka yang bertanggung jawab," kata pihak kepolisian Ingggris.
Sergei Skripal (66) dan putrinya Yulia (33) dirawat di rumah sakit setelah ditemukan tidak sadarkan diri di sebuah bangku pada hari Minggu di kota Salisbury, Inggris selatan.
Dinas darurat mengatakan dalam sebuah pernyataan awal bahwa mereka percaya bahwa ayah dan anak perempuannya telah terkena zat yang tidak diketahui.
Skripal diberi perlindungan di Inggris setelah pertukaran mata-mata 2010 antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Ia telah dihukum karena pengkhianatan tingkat tinggi dalam bentuk spionase oleh sebuah pengadilan militer Moskow pada tahun 2006 dan dijatuhi hukuman 13 tahun penjara setelah mengaku membocorkan informasi ke dinas intelijen Inggris.
Selama sesi tanya jawab mingguan di parlemen, Perdana Menteri Theresa May mengatakan penyelidikan sedang berlangsung, menyebutkan bahwa dia memimpin sebuah pertemuan dewan keamanan nasional pada hari Selasa.
Sekretaris Kerajaan Inggris Amber Rudd memimpin sebuah pertemuan keamanan nasional darurat (COBRA) - sebuah mekanisme yang mempertemukan pejabat tingkat tinggi biasanya setelah insiden teror - untuk membahas penyelidikan, dimana tim kontra-terorisme negara tersebut sekarang tengah menjalankan penyelidikan.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mengatakan akan salah untuk berspekulasi, namun anggota parlemen akan mencatat kematian mantan agen KGB Alexander Litvinenko pada tahun 2006.
Litvinenko, yang dikabarkan akan bekerja untuk intelijen Inggris, meninggal tak lama setelah minum teh radioaktif di sebuah hotel di London tengah. Mantan pengawal KGB yang diidentifikasi sebagai tersangka dalam pembunuhan tersebut telah membantah terlibat.
"Saya dapat meyakinkan parlemen bahwa, jika ada bukti yang menyiratkan tanggung jawab negara, maka pemerintahan Yang Mulia akan merespons dengan tepat dan tegas," kata Johnson pada sebuah sidang pertanyaan mendesak di parlemen Inggris.
Pada hari Rabu, Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan bahwa mereka tidak memiliki informasi mengenai insiden tersebut. "Segala sesuatu yang terjadi pada Skripal segera digunakan untuk membangkitkan sentimen anti-Rusia," kata Kementerian Luar Negeri Rusia.
Pernyataan dari pihak kepolisian Inggris mengatakan bahwa sekarang mereka dalam posisi untuk mengkonfirmasi bahwa keduanya terpapar zat saraf.
"Uji ilmiah oleh pakar pemerintah telah mengidentifikasi zat saraf tertentu yang digunakan," kata pihak kepolisian Inggris, namun tidak memberikan rincian tentang sifat zat yang digunakan seperti dikutip dari Anadolu, Kamis (8/3/2018).
Pernyataan tersebut menambahkan bahwa satu petugas polisi, yang merupakan bagian dari respons awal, juga dalam kondisi serius dan mendapat perawatan intensif.
"Ini diperlakukan sebagai insiden besar yang melibatkan percobaan pembunuhan dengan pemberian zat saraf," tambahnya.
"Kami percaya bahwa dua orang yang semula tidak sehat itu adalah sasaran spesifik dan berfokus untuk mengidentifikasi serta menemukan mereka yang bertanggung jawab," kata pihak kepolisian Ingggris.
Sergei Skripal (66) dan putrinya Yulia (33) dirawat di rumah sakit setelah ditemukan tidak sadarkan diri di sebuah bangku pada hari Minggu di kota Salisbury, Inggris selatan.
Dinas darurat mengatakan dalam sebuah pernyataan awal bahwa mereka percaya bahwa ayah dan anak perempuannya telah terkena zat yang tidak diketahui.
Skripal diberi perlindungan di Inggris setelah pertukaran mata-mata 2010 antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Ia telah dihukum karena pengkhianatan tingkat tinggi dalam bentuk spionase oleh sebuah pengadilan militer Moskow pada tahun 2006 dan dijatuhi hukuman 13 tahun penjara setelah mengaku membocorkan informasi ke dinas intelijen Inggris.
Selama sesi tanya jawab mingguan di parlemen, Perdana Menteri Theresa May mengatakan penyelidikan sedang berlangsung, menyebutkan bahwa dia memimpin sebuah pertemuan dewan keamanan nasional pada hari Selasa.
Sekretaris Kerajaan Inggris Amber Rudd memimpin sebuah pertemuan keamanan nasional darurat (COBRA) - sebuah mekanisme yang mempertemukan pejabat tingkat tinggi biasanya setelah insiden teror - untuk membahas penyelidikan, dimana tim kontra-terorisme negara tersebut sekarang tengah menjalankan penyelidikan.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mengatakan akan salah untuk berspekulasi, namun anggota parlemen akan mencatat kematian mantan agen KGB Alexander Litvinenko pada tahun 2006.
Litvinenko, yang dikabarkan akan bekerja untuk intelijen Inggris, meninggal tak lama setelah minum teh radioaktif di sebuah hotel di London tengah. Mantan pengawal KGB yang diidentifikasi sebagai tersangka dalam pembunuhan tersebut telah membantah terlibat.
"Saya dapat meyakinkan parlemen bahwa, jika ada bukti yang menyiratkan tanggung jawab negara, maka pemerintahan Yang Mulia akan merespons dengan tepat dan tegas," kata Johnson pada sebuah sidang pertanyaan mendesak di parlemen Inggris.
Pada hari Rabu, Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan bahwa mereka tidak memiliki informasi mengenai insiden tersebut. "Segala sesuatu yang terjadi pada Skripal segera digunakan untuk membangkitkan sentimen anti-Rusia," kata Kementerian Luar Negeri Rusia.
(ian)