Putra Mahkota Saudi Sebut Turki Komplotan 'Segitiga Kejahatan'
A
A
A
KAIRO - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menggambarkan Turki sebagai bagian dari komplotan “triangle of evil” (segitiga kejahatan) bersama dengan Iran dan kelompok Islam garis keras. Komentar Putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ini dikutip surat kabar Al-Shorouk, Mesir.
Pangeran Saudi itu juga menuduh Turki mencoba mengembalikan kekhalifahan Islam setelah Kekaisaran Ottoman runtuh.
Menurut laporan media Mesir, komentar Pangeran Mohammed mencerminkan kecurigaan Arab Saudi yang mendalam terhadap Presiden Turki Tayyip Erdogan, yang Partai Kedalian dan Pembangunan (AK) nya berakar pada politik Islam dan telah bersekutu dengan Qatar dalam perseteruannya dengan Arab Saudi dan beberapa negara Teluk lainnya.
Turki juga bekerja sama dengan Iran—rival utama Arab Saudi di Timur Tengah—untuk mencoba mengikis pertempuran di Suriah utara dalam beberapa bulan terakhir. Kepala militer Iran dan Turki diketahui telah bertukar kunjungan pada tahun lalu.
“Segitiga kontemporer kejahatan terdiri dari Iran, Turki dan kelompok ekstremis agama,” tulis surat kabar Al-Shorouk mengutip pernyataan Pangeran Mohammed, yang dilansir Reuters, Kamis (8/3/2018).
Pangeran Mohammed telah berbicara kepada editor surat kabar Mesir itu saat berkunjung ke Kairo. Kunjungan kerjanya ini tercatat sebagai yang pertama sejak menjadi pewaris raksasa pengekspor minyak pada tahun lalu.
Dia mengatakan bahwa perselisihan dengan Qatar bisa berlangsung lama. Dia membandingkannya dengan embargo Amerika Serikat (AS) terhadap Kuba yang diberlakukan 60 tahun lalu.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir dan Bahrain memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar pada Juni lalu atas tuduhan Doha mendukung terorisme. Kuartet Arab itu juga melakukan blokade terhadap negara kecil di Teluk tapi kaya tersebut. Qatar berulang kali membantah tuduhan yang dilontarkan Saudi dan para sekutunya.
Meski demikian, Pangeran Mohammed menegaskan bahwa Qatar tidak akan dilarang untuk menghadiri pertemuan puncak Arab yang diselenggarakan oleh Arab Saudi akhir bulan ini.
Pemerintah Turki maupun Erdogan belum berkomentar atas laporan media Mesir tersebut.
Pangeran Saudi itu juga menuduh Turki mencoba mengembalikan kekhalifahan Islam setelah Kekaisaran Ottoman runtuh.
Menurut laporan media Mesir, komentar Pangeran Mohammed mencerminkan kecurigaan Arab Saudi yang mendalam terhadap Presiden Turki Tayyip Erdogan, yang Partai Kedalian dan Pembangunan (AK) nya berakar pada politik Islam dan telah bersekutu dengan Qatar dalam perseteruannya dengan Arab Saudi dan beberapa negara Teluk lainnya.
Turki juga bekerja sama dengan Iran—rival utama Arab Saudi di Timur Tengah—untuk mencoba mengikis pertempuran di Suriah utara dalam beberapa bulan terakhir. Kepala militer Iran dan Turki diketahui telah bertukar kunjungan pada tahun lalu.
“Segitiga kontemporer kejahatan terdiri dari Iran, Turki dan kelompok ekstremis agama,” tulis surat kabar Al-Shorouk mengutip pernyataan Pangeran Mohammed, yang dilansir Reuters, Kamis (8/3/2018).
Pangeran Mohammed telah berbicara kepada editor surat kabar Mesir itu saat berkunjung ke Kairo. Kunjungan kerjanya ini tercatat sebagai yang pertama sejak menjadi pewaris raksasa pengekspor minyak pada tahun lalu.
Dia mengatakan bahwa perselisihan dengan Qatar bisa berlangsung lama. Dia membandingkannya dengan embargo Amerika Serikat (AS) terhadap Kuba yang diberlakukan 60 tahun lalu.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir dan Bahrain memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar pada Juni lalu atas tuduhan Doha mendukung terorisme. Kuartet Arab itu juga melakukan blokade terhadap negara kecil di Teluk tapi kaya tersebut. Qatar berulang kali membantah tuduhan yang dilontarkan Saudi dan para sekutunya.
Meski demikian, Pangeran Mohammed menegaskan bahwa Qatar tidak akan dilarang untuk menghadiri pertemuan puncak Arab yang diselenggarakan oleh Arab Saudi akhir bulan ini.
Pemerintah Turki maupun Erdogan belum berkomentar atas laporan media Mesir tersebut.
(mas)