Milisi Kurdi Sibuk Perangi Turki, AS Bekukan Operasi Anti ISIS

Selasa, 06 Maret 2018 - 12:07 WIB
Milisi Kurdi Sibuk Perangi Turki, AS Bekukan Operasi Anti ISIS
Milisi Kurdi Sibuk Perangi Turki, AS Bekukan Operasi Anti ISIS
A A A
WASHINGTON - Sejumlah milisi yang didukung Amerika Serikat (AS) telah mengubah prioritas mereka untuk memerangi serangan yang dipimpin Turki di Afrin alih-alih melawan teroris. Demikian kata Pentagon yang mengumumkan sebuah jeda dalam operasi darat di Suriah timur.

Pada tanggal 20 Januari, Turki meluncurkan Operation Olive Branch, sebuah operasi militer lintas batas guna membersihkan milisi Kurdi dari Afrin, Suriah timur. Turki mendapat bantuan dari milisi Tentara Pembebasan Suriah (FSA). Selama lebih dari sebulan, Pasukan Demokratik Suriah (SDF)yang didukung oleh AS, yang tulang punggungnya dibentuk oleh Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), telah membagi usaha mereka antara memerangi serangan Turki dan mendukung agenda AS di Suriah utara.

Juru bicara Pentagon, Kolonel Robert Manning, mengakui bahwa serangan Turki telah mempengaruhi perang terhadap ISIS yang dipimpin AS di lapangan, yang secara efektif mengarah pada "jeda operasional".

"Operasi darat melawan ISIS di Lembah Sungai Euphrat telah dihentikan sementara," kata Manning, namun menekankan bahwa serangan udara AS di wilayah tersebut terus berlanjut seperti dilansir dari RT, Selasa (6/3/2018).

"Beberapa pejuang yang beroperasi di SDF telah memutuskan untuk meninggalkan operasi di lembah sungai Eufrat untuk berperang di tempat lain, mungkin di Afrin," aku juru bicara Pentagon lainnya, Mayor Adrian Rankine-Galloway.

"Mereka tidak melawan ISIS lagi, dan pada dasarnya berarti mereka tidak mengambil wilayah kembali dari ISIS secepatnya di masa lalu," sambungnya.

Operasi Turki di Afrin telah memperburuk hubungan AS dan Turki. Ankara menganggap milisi Kurdi sebagai perpanjangan tangan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dilarang dan dianggap sebagai organisasi teroris oleh Turki.

Turki telah memiliki kecemasan terkait ambisi otonomi warga Kurdi, yang menguasai wilayah-wilayah yang luas di Suriah utara dengan bantuan Pentagon. Ketegangan terus meningkat sejak AS mengumumkan rencana untuk mensponsori pembentukan 30.000 pasukan keamanan perbatasan yang kuat, setengahnya akan direkrut dari pasukan pimpinan Kurdi.

Meskipun ada keberatan Ankara, Washington tetap berkomitmen untuk menggunakan SDF untuk memastikan tujuan mereka di Suriah.

"Sifat misi kami di Suriah tidak berubah," kata Manning, menegaskan kembali bahwa SDF tetap menjadi "mitra utama" di lapangan di Suriah.

Pemerintah Suriah berulang kali mengutuk operasi Turki tersebut sebagai pelanggaran atas kedaulatan negara tersebut, setelah bertahun-tahun "melakukan agresi" terhadap rakyat Suriah oleh koalisi pimpinan AS. Lebih jauh menyulitkan situasi di daerah tersebut, milisi pro-Damaskus juga telah dikirim ke Afrin akhir bulan lalu setelah sebuah seruan dari orang Kurdi untuk memperkuat penduduk setempat dalam perlawanan mereka terhadap orang-orang Turki.

Menurut Ankara, setidaknya 2.795 "teroris" telah terbunuh akibat Operasi Olive Branch. Turki bertujuan untuk menciptakan "zona aman" 30 mil di provinsi Afrin, Suriah utara. Operasi tersebut berlanjut sesuai rencana, Wakil Perdana Menteri Bekir Bozdag mencatat, setelah Ankara menolak sebuah resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 24 Februari yang menuntut gencatan senjata sebulan penuh di seluruh Suriah. Menurut Turki, FSA telah "membebaskan" 147 lokasi termasuk tiga pusat kota, 112 desa, 30 gunung strategis dan bukit dan dua basis YPG sejauh ini.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7469 seconds (0.1#10.140)