Hizbullah: AS Harus Terima Tuntutan Lebanon
A
A
A
BEIRUT - Hizbullah mengatakan Amerika Serikat (AS) harus menerima tuntutan Lebanon terkait sengketa perbatasan dengan Israel. Hizbullah pun bersumpah siap mengambil tindakan terhadap Israel jika diperlukan.
Diplomat asal AS telah menengahi antara kedua negara setelah terjadi gelombang ketegangan di dinding perbatasan yang sedang dibangun Israel. Situasi semakin keruh dengan keputusan Lebanon untuk mengeksplorasi energi lepas pantai di dekat perairan yang disengketakan.
Sebelumnya, Ketua Parlemen Nabih Berri mengatakan kepada utusan AS bahwa Lebanon menolak usulan Washington mengenai perbatasan laut dengan Israel.
"Negara harus memiliki posisi yang kuat dan tegas," kata Sayyid Hassan Nasrallah, pemimpin gerakan politik dan militer yang didukung Iran itu, dalam sebuah pidato di televisi dalam sebuah demonstrasi.
"Jika orang Amerika datang dan mengatakan bahwa Anda harus bersikap responsif sehingga saya menahan orang Israel dari Anda: katakan kepada orang Amerika bahwa mereka harus menerima tuntutan (Lebanon) agar kami menahan Hizbullah dari Israel," tambahnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (17/2/2018).
Nasrallah mengatakan bahwa isu utama yang saat ini dipertaruhkan adalah perbatasan maritim Lebanon.
"Dalam pertempuran minyak dan gas, satu-satunya kekuatan (Lebanon) adalah perlawanan," katanya, merujuk pada kelompok bersenjata Hizbullah.
Menurut Nasrallah tentara Lebanon tidak dapat menghentikan Israel dalam masalah ini karena AS akan menghalangi jalannya. AS adalah sekutu kunci Israel dan juga pendukung penting militer Lebanon.
"Jika Dewan Pertahanan Tinggi Lebanon memutuskan bahwa pabrik minyak dan gas lepas pantai Israel harus dilarang bekerja, saya berjanji mereka akan berhenti bekerja dalam hitungan jam," katanya.
Nasrallah berbicara dalam sebuah pidato di televisi tentang sebuah demonstrasi yang memperingati komandan senior, termasuk mantan pemimpin militer Imad Moughniyah yang tewas dalam ledakan bom di Damaskus pada tahun 2008.
Hizbullah dibentuk pada tahun 1980-an sebagai gerakan perlawanan terhadap pendudukan Israel di Lebanon selatan dan keduanya tetap menjadi musuh. Tidak ada konflik besar antara mereka sejak perang selama sebulan di tahun 2006.
Dalam beberapa tahun terakhir, jet-jet Israel berulang kali menyerang gerilyawan Hizbullah dan konvoi di negara tetangga Suriah, tempat kelompok tersebut berperang di samping tentara Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Diplomat asal AS telah menengahi antara kedua negara setelah terjadi gelombang ketegangan di dinding perbatasan yang sedang dibangun Israel. Situasi semakin keruh dengan keputusan Lebanon untuk mengeksplorasi energi lepas pantai di dekat perairan yang disengketakan.
Sebelumnya, Ketua Parlemen Nabih Berri mengatakan kepada utusan AS bahwa Lebanon menolak usulan Washington mengenai perbatasan laut dengan Israel.
"Negara harus memiliki posisi yang kuat dan tegas," kata Sayyid Hassan Nasrallah, pemimpin gerakan politik dan militer yang didukung Iran itu, dalam sebuah pidato di televisi dalam sebuah demonstrasi.
"Jika orang Amerika datang dan mengatakan bahwa Anda harus bersikap responsif sehingga saya menahan orang Israel dari Anda: katakan kepada orang Amerika bahwa mereka harus menerima tuntutan (Lebanon) agar kami menahan Hizbullah dari Israel," tambahnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (17/2/2018).
Nasrallah mengatakan bahwa isu utama yang saat ini dipertaruhkan adalah perbatasan maritim Lebanon.
"Dalam pertempuran minyak dan gas, satu-satunya kekuatan (Lebanon) adalah perlawanan," katanya, merujuk pada kelompok bersenjata Hizbullah.
Menurut Nasrallah tentara Lebanon tidak dapat menghentikan Israel dalam masalah ini karena AS akan menghalangi jalannya. AS adalah sekutu kunci Israel dan juga pendukung penting militer Lebanon.
"Jika Dewan Pertahanan Tinggi Lebanon memutuskan bahwa pabrik minyak dan gas lepas pantai Israel harus dilarang bekerja, saya berjanji mereka akan berhenti bekerja dalam hitungan jam," katanya.
Nasrallah berbicara dalam sebuah pidato di televisi tentang sebuah demonstrasi yang memperingati komandan senior, termasuk mantan pemimpin militer Imad Moughniyah yang tewas dalam ledakan bom di Damaskus pada tahun 2008.
Hizbullah dibentuk pada tahun 1980-an sebagai gerakan perlawanan terhadap pendudukan Israel di Lebanon selatan dan keduanya tetap menjadi musuh. Tidak ada konflik besar antara mereka sejak perang selama sebulan di tahun 2006.
Dalam beberapa tahun terakhir, jet-jet Israel berulang kali menyerang gerilyawan Hizbullah dan konvoi di negara tetangga Suriah, tempat kelompok tersebut berperang di samping tentara Presiden Suriah Bashar al-Assad.
(ian)