Pertemuan Antar Pemimpin Korea dalam Catatan Sejarah

Sabtu, 10 Februari 2018 - 17:58 WIB
Pertemuan Antar Pemimpin...
Pertemuan Antar Pemimpin Korea dalam Catatan Sejarah
A A A
SEOUL - Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in telah menerima undangan dari pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un untuk berkunjung ke Pyongyang. Undangan ini merupakan jalan untuk melakukan pertemuan antar Korea pertama dalam lebih dari satu dekade.

Sejumlah pejabat istana presiden Korsel, Blue House, mengatakan undangan itu disampaikan langsung dikatator muda Korut lewat adiknya Kim Yo-jong. Yo-jong sendiri saat ini tengah berada di Korsel sebagai bagian dari utusan khusus Korut untuk Olimpiade Musim Dingin.

Kunjungan Presiden Moon ke Korut akan menjadi pertemuan antar Korea ketiga yang pernah berlangsung. Berikut ini adalah catatan sejarah pertemuan antar pemimpin Korea yang pernah terjadi beserta hasil pertemuan tersebut seperti disitat dari Reuters, Sabtu (10/2/2018).

Pertemuan Pertama 13-15 Juni 2000 di Pyongyang

Presiden Korsel saat itu, Kim Dae-jung, mengunjungi Pyongyang untuk mengikuti pertemuan puncak antar Korea yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan pemimpin Korut Kim Jong-il. Dae-jung sendiri adalah peraih hadiah Nobel Perdamaian untuk kebijakan Shunsine-nya terkait hubungan dengan Korut.

Kedua pemimpin tersebut mengadopsi sebuah deklarasi damai bersama setelah pertemuan tiga hari itu, menyetujui untuk mempromosikan penyatuan independen dan kerja sama kemanusiaan serta ekonomi.

Pertemuan tersebut menghasilkan serangkaian reuni keluarga yang dipisahkan oleh Perang Korea 1950-53, serta peluncuran wilayah industri bersama di kota perbatasan Kaesong di Korut pada tahun 2004.

Kim Jong-il sempat berkunjung ke Beijing untuk bertemu dengan presiden China Jiang Zemin sebelum pertemuan tersebut. Korut dan Amerika Serikat (AS) juga mengadakan serangkaian perundingan tingkat tinggi mengenai program nuklir dan rudal Pyongyang.

Pertemuan Kedua 2-4 Oktober 2007 di Pyongyang

Roh Moo-hyun, seorang presiden Korsel yang liberal yang meneruskan kebijakan hubungan Kim Dae-jung, melintasi perbatasan menuju Korut untuk bertemu dengan Kim Jong-il pada tahun 2007.

Pertemuan tersebut dilakukan di tengah diplomasi cepat antara anggota perundingan denuklirisasi enam pihak - AS, China, Jepang, Rusia dan kedua Korea.

Keenam negara tersebut bekerja untuk mengimplementasikan kesepakatan kerangka kerja yang mereka capai pada bulan September 2005 di mana Pyongyang harus melepaskan program nuklirnya sebagai imbalan atas bantuan ekonomi dan energi yang besar serta diakhirinya isolasi diplomatiknya.

KTT tersebut berujung pada kesepakatan delapan poin, yang dibangun pada deklarasi tahun 2000. Kedua pemimpin tersebut berjanji untuk menyelesaikan masalah nuklir dengan menerapkan kesepakatan pada tahun 2005; mengakhiri permusuhan militer melalui dialog; ganti perjanjian gencatan senjata saat ini yang ditandatangani setelah Perang Korea dengan rezim perdamaian permanen; dan memperluas kerja sama bisnis dengan membangun kawasan ekonomi bersama baru, antara lain.

Namun kesepakatan tersebut membuat kemajuan kecil setelah Korut melakukan serangkaian uji coba nuklir dan rudal. Terlebih lagi presiden konservatif berkuasa di Korsel, mengadopsi jalur diplomasi yang lebih sulit bagi Pyongyang.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6994 seconds (0.1#10.140)