Hadapi Ancaman Korut, Jepang Gandeng AS dan Korsel
A
A
A
TOKYO - Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, mengatakan akan menyampaikan kepada dunia kerja sama antara Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea Selatan (Korsel) menghadapi ancaman dari Korea Utara (Korut). Hal itu dikatakan Abe sebelum bertolak ke Korsel untuk menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin.
Abe mengatakan bahwa dirinya dan Wakil Presiden AS Mike Pence telah mengkonfirmasi bahwa Washington dan Tokyo 100 persen bekerja sama pada pertemuan di Ibu Kota Jepang minggu ini. Abe sendiri dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Korsel Moon Jae-in.
"Dengan mempertimbangkan hal itu, saya ingin membuat pertemuan pemimpin (dengan Moon) yang mengirim pesan kepada dunia kerja sama AS-Jepang-Korea Selatan terhadap ancaman Korut tidak akan goyah," kata Abe seperti dikutip dari Reuters, Jumat (9/2/2018).
Delegasi tingkat tinggi Korut, termasuk adik perempuan pemimpinnya Kim Jong-un, akan bertemu dengan Moon Jae-in dan makan siang dengannya pada hari Sabtu.
Redanya ketegangan Korut-Korsel akibat Olimpiade telah menimbulkan kekhawatiran di Washington dan Tokyo. Seoul ditakutkan akan mengurangi kampanye "tekanan maksimum" Amerika serikat dan sekutunya untuk membuat Pyongyang menanggalkan program nuklir dan misilnya.
Abe juga mengatakan akan menyampaikan kepada Moon posisi Tokyo dalam sebuah kesepakatan bilateral 2015 tentang "wanita penghibur," sambil mendesak hubungan dua arah yang berorientasi pada masa depan.
Jepang dan Korsel mempunyai sejarah pahit yang mencakup kolonisasi Jepang di semenanjung Korea 1910-45 dan isu "wanita penghibur" sangat sensitif. Pada masa perang Dunia Kedua, banyak perempuan Korea yang dipaksa bekerja di rumah bordil militer Jepang.
Dalam kesepakatan 2015 antara Jepang dan Korsel, yang dibuat oleh pendahulu Abe dan Moon, Jepang meminta maaf kepada mantan "wanita penghibur" dan memberikan dana USD 9 juta untuk membantu mereka. Namun Korsel telah mengatakan bahwa kesepakatan tersebut gagal memenuhi kebutuhan korban, meminta lebih banyak langkah.
Abe, yang keputusannya untuk menghadiri upacara pembukaan Olimpiade membuat marah beberapa pendukung konservatifnya, menolak seruan tersebut. Ia mengatakan bahwa kesepakatan tersebut tidak akan diubah bahkan satu milimeter pun.
Abe mengatakan bahwa dirinya dan Wakil Presiden AS Mike Pence telah mengkonfirmasi bahwa Washington dan Tokyo 100 persen bekerja sama pada pertemuan di Ibu Kota Jepang minggu ini. Abe sendiri dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Korsel Moon Jae-in.
"Dengan mempertimbangkan hal itu, saya ingin membuat pertemuan pemimpin (dengan Moon) yang mengirim pesan kepada dunia kerja sama AS-Jepang-Korea Selatan terhadap ancaman Korut tidak akan goyah," kata Abe seperti dikutip dari Reuters, Jumat (9/2/2018).
Delegasi tingkat tinggi Korut, termasuk adik perempuan pemimpinnya Kim Jong-un, akan bertemu dengan Moon Jae-in dan makan siang dengannya pada hari Sabtu.
Redanya ketegangan Korut-Korsel akibat Olimpiade telah menimbulkan kekhawatiran di Washington dan Tokyo. Seoul ditakutkan akan mengurangi kampanye "tekanan maksimum" Amerika serikat dan sekutunya untuk membuat Pyongyang menanggalkan program nuklir dan misilnya.
Abe juga mengatakan akan menyampaikan kepada Moon posisi Tokyo dalam sebuah kesepakatan bilateral 2015 tentang "wanita penghibur," sambil mendesak hubungan dua arah yang berorientasi pada masa depan.
Jepang dan Korsel mempunyai sejarah pahit yang mencakup kolonisasi Jepang di semenanjung Korea 1910-45 dan isu "wanita penghibur" sangat sensitif. Pada masa perang Dunia Kedua, banyak perempuan Korea yang dipaksa bekerja di rumah bordil militer Jepang.
Dalam kesepakatan 2015 antara Jepang dan Korsel, yang dibuat oleh pendahulu Abe dan Moon, Jepang meminta maaf kepada mantan "wanita penghibur" dan memberikan dana USD 9 juta untuk membantu mereka. Namun Korsel telah mengatakan bahwa kesepakatan tersebut gagal memenuhi kebutuhan korban, meminta lebih banyak langkah.
Abe, yang keputusannya untuk menghadiri upacara pembukaan Olimpiade membuat marah beberapa pendukung konservatifnya, menolak seruan tersebut. Ia mengatakan bahwa kesepakatan tersebut tidak akan diubah bahkan satu milimeter pun.
(ian)